Kamis, 20 Desember 2012

ARTI ORANG TUA

Pada ujian akhir penerimaan raport di sebuah pesantren, tampak seorang santri putra tak henti-hentinya senyum terkulum di bibir mungilnya. Wajah imutnya menghiasi panggung kehormatan haflah (acara perpisahan) karena menyabet predikat santri teladan tahun ini. Anak 10 tahunan ini mampu melampaui nilai-nilai akumulasi kepribadian kakak-kakak kelasnya.

"Apa yang menyebabkan Adik bisa terpilih sebagai santri teladan tahun ini?" tanya MC kepadanya.
"Saya tidak tahu, tapi ini adalah hadiah dari Allah swt untuk saya." jawabnya polos
"Apa yang membuat dewan Asatid memilihmu, bahkan kamu bisa mengalahkan kakak-kakak kelasmu?"
"Ya.. Tugas saya cuma belajar, jadi gak ada yang istimewa dalam diri saya!"
"Ada laporan bahwa kamu sangat rajin dalam belajar dalam mengulang-ulang pelajaran, betul?"
"Betul!"
"Apa yang membuat kamu begitu rajin belajar?"
"Ibu saya!"
"Kenapa dengan Ibumu?"
"Karena ibu selalu mendoakan saya jadi anak shalih, berguna dan bermanfaat bagi lainnya!"
"Jadi kamu terpilih jadi santri teladan karena ibumu?"
"Ya!"
"Apa yang menjadikan ibumu sebagai sosok penting dalam hidupmu?"
"Karena ibu saya seorang wanita shalihah."
"Apa yang ibu ajarkan kepadamu?"
"Banyak!"
"Salah satunya apa?"
"Beliau Selalu berterima kasih pada pemberian ayah saya, walau sekecil apapun. Dan juga tak lupa ibu menyuruhku tersenyum meski sesusah apapun!"
"Bagaimana ibumu bisa sehebat itu?"
"Karena ayah saya selalu memberi contoh untuk selalu bersyukur dengan ikhlas dalam setiap perbuatan."

Jawaban anak kecil itu benar-benar menyentuh hati para hadirin. Isak tangis pun terdengar dimana mana. Sang kyai dengan bangga dan terharu memeluk anak didiknya.

"Anakku, mana ibu bapakmu, suruh mereka naik ke atas panggung. Berkat mereka kamu jadi anak yang shalih!" kata sang kyai.
Santri belia itu hanya terdiam, kemudian menjawab, "Maaf pak kyai, saya tidak berani memanggil Bapak ibu saya untuk bisa hadir."
"Kenapa, nak?"
"Karena mereka sudah dipanggil oleh Allah swt!"

(Sumber: CAP Cerita Anak Pesantren, Karya Jun Haris)

PESONA IMAM SYAFI'I

Pada suatu hari Imam Asy-Syafi’i ra datang berkunjung ke rumah al-Imam Ahmad bin Hambal. Seusai makan malam bersama, Imam Asy-Syafi’i masuk ke kamar yang telah disediakan untuknya, dan beliau segera berbaring (tidur) hingga esok fajar.

Puteri Imam Ahmad yang mengamati Imam Syafi’i sejak awal kedatangannya hingga masuk kamar tidur, terkejut melihat teman dekat ayahnya itu. Dengan terheran-heran ia bertanya, “Ayah…, ayah selalu memuji dan mengatakan bahwa Imam Syafi’i itu seorang ulama yang amat alim. Tapi setelah kuperhatikan dengan seksama, pada dirinya banyak hal yang tidak berkenan di hatiku, dan tidak sealim yang kukira.”

Imam Ahmad bin hambal agak terkejut mendengar perkataan puterinya. Ia balik bertanya,
“Ia seorang yang alim, anakku. Mengapa engkau berkata demikian?”
Sang putri berkata lagi, “Aku perhatikan ada tiga hal kekurangannya, Ayah.
Pertama, pada waktu disuguhi makanan, makannya lahap sekali. Kedua, sejak masuk ke kamarnya, ia tidak shalat malam dan baru keluar dari kamarnya sesudah tiba shalat subuh. Ketiga, ia shalat subuh tanpa berwudhu lebih dahulu."

Imam Ahmad bin hambal merenungkan perkataan puterinya itu, maka untuk mengetahui lebih jelasnya dia menyampaikan pengamatan puterinya kepada Imam Syafi’i.

Maka Imam Syafi’i tersenyum mendengar pengaduan puteri Imam Ahmad tersebut. Lalu dia berkata, “Wahai Ahmad sahabatku, ketahuilah olehmu. Aku banyak makan di rumahmu karena aku tahu makanan yang ada di rumahmu jelas halal dan thoyib. Maka aku tidak meragukannya sama sekali. Karena itulah aku bisa makan dengan tenang dan lahap. Lagi pula aku tahu engkau adalah seorang pemurah.
Makanan orang yang pemurah itu adalah obat, sedangkan makanan orang kikir adalah penyakit.
Aku makan semalam bukan untuk kenyang, akan tetapi untuk berobat dengan makananmu itu, wahai Ahmad.

Sedangkan mengapa aku semalam tidak shalat malam, karena ketika aku meletakkan kepalaku di atas bantal tidur, tiba-tiba seakan aku melihat dihadapanku kitab Allah dan sunnah RasulNya. Dengan izin Allah, malam itu aku dapat menyusun 72 masalah ilmu fiqih Islam sehingga aku tidak sempat shalat malam lebih lama.

Sedangkan kenapa aku tidak wudhu lagi ketika shalat subuh, karena aku pada malam itu tidak dapat tidur sekejap pun. Aku semalam tidak tidur sehingga aku shalat fajar dengan wudhu shalat Isya’. Karena kebiasaanku menggunakan wudlu shalat isya'ku untuk shalat subuh. Dan itu sudah berlangsung lama semenjak aku masuk akil baligh."

(Sumber: Manaqibus Syafi'i rahimahulloh)

KETIKA IKHLAS BICARA

Ikhlas itu tidak terpaksa
Tidak terasa
Dan tidak pula merasa

Meremehkan pada orang lain berarti kau sudah kalah satu langkah darinya.

Suudzon pada keberhasilan dan kemuliaan orang lain berarti kau menghancur-leburkan karaktermu sendiri.

Iri dan dengki pada kenikmatan orang lain berarti kau tak punya semangat untuk bangkit.

Banyak bicara, dalih dan alasan pada satu kegagalan berarti kau banyak kebohongan.

Suka berburuk sangka pada orang lain berarti kau biasa membohongi orang lain.

Suka mencari kekurangan dan kesalahan orang lain berarti kau yang merasa paling benar sendiri.

Keras dan kasar terhadap anak kecil dan orang yang lemah, berarti kau orang yang tak mengenal kedamaian.

Belajar tak harus dari buku
Tak harus duduk manis di atas bangku
Tak harus formal beralmamater
Di sekitarmu banyak ilmu
Di dekatmu banyak pengetahuan
Hanya saja kita tak sanggup membuka hati, mata dan telinga
Kita hanya cenderung membuka mulut saja.

(Sumber: Buah Kecil Kebahagiaan, Karya Jun Haris)

SECANGKIR KOPI DARI PESANTREN

Serombongan orang datang mengunjungi Kyai Sepuh di sebuah pesantren kecil di sebuah desa. Meskipun dari pesantren kecil dan di desa pula, Kyai Sepuh ini kerap sekali menerima tamu dari berbagai kalangan untuk berbagai urusan. Kyai Sepuh ini terkenal dengan kemampuannya memberikan berbagai solusi persoalan yang rumit dengan caranya yang mudah – sederhana. Seperti biasa Pak Kyai mendengarkan dahulu masalah para tamunya, baru kemudian memberikan solusinya.

Maka satu demi satu rombongan tersebut mengutarakan problemnya masing masing. Ada yang mengeluhkan problem keluarganya yang seret ekonomi, ada yang meminta pengasihan supaya enteng jodoh, ada yang mengeluhkan anaknya yang bandel, ada yang meminta jampi-jampi untuk saudaranya yang sakit dlsb.

Setelah semua berkesempatan menyampaikan uneg-uneg mereka, Mbah Kyai minta ijin untuk mengambilkan kopi di belakang – saking sederhananya Kyai ini sampai tidak memiliki pembantu. Tidak lama kemudian Beliau datang dengan membawa teko berisi kopi, didampingi istrinya yang membawakan sejumlah cangkir.

Karena kesederhaannya pula diantara cangkir-cangkir tersebut tidak ada yang sama bentuk, model maupun ukurannya. Menyadari akan adanya rasa penasaran para tamunya, Mbah Kyai-pun menjelaskan : “Anu, itu cangkir-cangkir peninggalan para santri yang sudah lulus dari pesantren ini…”.
Kemudian dia mempersilahkan tamunya: “Silahkan ambil sendiri kopinya…”

Setengah berebut, tamunya memilih cangkir yang paling baik untuknya. Jumlah cangkir memang cukup dan semuanya mendapatkan cangkirnya, tetapi tentu saja yang duluan yang mendapatkan cangkir yang paling bagus.

Sambil memperhatikan tamu2nya menikmati kopi dari beraneka ragam cangkir, Mbah Kyai –pun siap memberikan SATU solusi untuk seluruh keluhan dan masalah yang disampaikan oleh tamu-tamunya.

“Dari yang saya dengarkan tadi, dan dari cangkir-cangkir kopi yang kalian pegang – masalah kalian sebenarnya sederhana”.

Dia melanjutkan:
“Selama ini terasa rumit, karena kalian fokus pada cangkirnya bukan pada kopinya. Yang kalian butuhkan kan kopi tho? – sedangkan cangkir hanyalah alat untuk bisa minum kopi. Bila kalian terlalu fokus pada alat, kalian tidak akan sampai pada tujuan…”

“Sekarang fokuslah pada kopi kalian, maka cangkir yang berwarna-warni beraneka bentuk tidak akan mengganggu kenikmatan kopi kalian…!”.

Lalu Mbah Kyai membacakan surat Ad Dzariyat – ayat 56, “Dan Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah menyembah-Ku.”

Lalu beliau menutup nasehatnya: “Selama kalian tidak kehilangan fokus pada tujuan hidup kalian yaitu menyembah kepadaNya, selama kalian hanya mengajak masyarakat untuk menyembah kepadaNya, insyaallah kalian tidak akan terganggu oleh aneka persoalan ekonomi dan keluarga, jodoh, kesehatan, sakit dan kematian dan sejenisnya.”

Para tamu hanya manggut-manggut sambil menginstrospeksi diri, mereka mengurai permasalahan masing-masing di dalam hati. Dalam hati pula sebagian mereka berkata: “Jadi selama ini kita cuma rebutan cangkir, sampai mengesampingkan kopinya.. Masyaalloh?”

Sebagian ada lagi yang tersenyum, tersenyum geli melihat betapa lucu tingkahnya selama ini.

Kita.. Terkadang menilai sesuatu berdasar dari dzohirnya. Menilai seseorang sebatas wajah dan fisiknya. Menilai buku dari sampulnya. Menghormati karena kekayaan, pangkat dan jabatannya. Penampilan tak selamanya menampilkan keaslian. Kita tertipu dan ditipu oleh mata kita sendiri.

Ingatlah satu peribahasa, "Dari jarum yang buruk bisa tersulam kain yang bagus. Dari pena yang jelek mampu tersusun syair yang indah."

(Sumber: CAP, Cerita Anak Pesantren, Karya Jun Haris)

SU'UDZON PADA ALLAH

Terkadang Allah memberikan harta kekayaan kepada hambaNya supaya mereka bersyukur. Bisa mentasharufkan (membelanjakan) pada jalan Allah. Tapi mereka malah menganggap suatu PEMBERATAN

Terkadang Allah memberikan pangkat dan kedudukan kepada hambaNya supaya mereka bisa mengatur dunia sebaik-baiknya sesuai perintahNya, tapi mereka anggap sebuah TIRANI

Terkadang Allah memberikan kemiskinan dan kemelaratan kepada hambaNya supaya mereka ringan hisabnya, supaya bersabar. Tapi mereka anggap sebuah KEHINAAN

Terkadang Allah memberikan hambaNya ujian, cobaan dan musibah supaya mereka mau kembali padaNya. Tapi mereka anggap sebuah KEMURKAAN.

Siapa yang suudzon kepada Allah, maka jangan harap hatinya ada setetes KEDAMAIAN

IBLIS MAU TOBAT ?

Satu ketika nenek moyangnya setan yang bernama Iblis mendatangi Nabi Musa AS.
Ia berkata:
"Wahai Musa, Engkau adalah manusia yang diutus oleh Allah, dan Dia telah berfirman kepadamu secara langsung."

Melihat gelagat yang kurang enak maka Nabi Musa alaihi salam menjawab:
"Ya, benar. Apa yang kamu inginkan dan kamu ini siapa?"

Jawab Iblis:
"Aku iblis, wahai Musa! Dan katakan kepada Tuhanmu, ada diantara makhluk-Mu yang mau bertobat."

Nabi Musa sangat hati-hati dalam menghadapi Musuh para nabi ini. Kemudian Diapun berkata pada Allah apa yang dikatakan iblis kepadanya, dia tak ingin berbuat sesuatu tanpa perintah dari Allah.

Kemudian, setelah munajat, Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa AS:
"Katakan padanya bahwa Aku menerima permohonannya. Dan sekarang perintahkan dia untuk sujud perhormatan kepada kuburannya Nabi Adam AS. Kalau dia mau bersujud (penghormatan) kepada Adam, Aku mau menerima tobatnya."

Setelah mendapat wahyu, nabi Musa AS segera memberitahukan berita ini kepada iblis.
"Kalau kamu pengin taubat, datangilah kuburan Adam alaihi salam, dan berilah sujud penghormatan kepada beliau!"

Tapi apa, iblis justru marah-marah dan dengan congkak mengumpat-umpat (misuh-misuh) pada nabi musa as.

Iblis membantah:
"Wahai Musa, aku sudah tidak sujud ketika Adam masih di surga, lalu bagaimana mungkin aku sujud padanya yang sudah mati. Diperintah oleh Allah untuk sujud saja aku menolak, apalagi yang memerintah adalah kamu yang hanya seorang nabi."

Sambil berlalu, iblis tetap mengumpat-umpat dan berjalan sambil terkentut-kentut, karena itulah salah satu kebiasaan iblis.

(Sumber: Majalisus Saniyah)

SURAT IMAM AL GHAZALI

Imam Al-Ghazali, penulis kitab Ihya Ulumuddin, pernah mengirim surat kepada salah seorang muridnya. Melalui surat itu, Al-Ghazali ingin menyampaikan tentang pentingnya memadukan antara ilmu dan amal. Karena ilmu saja tidak cukup, harus ada pengajaran dan pengamalan.
***
Assalamu alaikum wr wb
Anakku…
Nasihat itu mudah. Yang sulit adalah menerimanya. Karena, ia keluar dari mulut yang tidak biasa merasakan pahitnya nasihat. Sesungguhnya siapa yang menerima ilmu tetapi tidak mengamalkannya, maka pertanggungjawabannya akan lebih besar. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Orang yang paling berat azabnya pada hari kiamat kelak adalah orang berilmu (‘alim ulama) yang tidak memanfaatkan ilmunya.”

Anakku…
Janganlah engkau termasuk orang yang bangkrut dalam beramal, dan kosong dari ketaatan yang sungguh-sungguh. Yakinlah, ilmu semata tak akan bermanfaat-tanpa mengamalkannya. Sebagaimana halnya orang yang memiliki sepuluh pedang Hindi; saat ia berada di padang pasir tiba-tiba seekor macan besar nan menakutkan menyerangnya, apakah pedang-pedang tersebut dapat membelanya dari serangan macan, jika ia tidak menggunakannya?! Begitulah perumpamaan ilmu dan amal. Ilmu tak ada guna tanpa amal.

Anakku…
Sekalipun engkau belajar selama 100 tahun dan mengumpulkan 1000 kitab, kamu tidak akan mendapatkan rahmat Allah tanpa beramal.
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm: 39)
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. Al-Kahfi: 110)

Anakku…
Selama tidak beramal, engkaupun tidak akan mendapatkan pahala. Ali Karramallahu wajhahu berkata, “Siapa yang mengira dirinya akan sampai pada tujuan tanpa sungguh-sungguh, ia hanyalah berangan-angan. Angan-angan adalah barang dagangan milik orang-orang bodoh."

Hasan Al-Basri rahimahullah berkata, “Meminta surga tanpa berbuat amal termasuk perbuatan dosa.”

Dalam sebuah khabar, Allah SWT berfirman, “Sungguh tak punya malu orang yang meminta surga tanpa berbuat amal.”

Rasulullah saw bersabda, “Orang cerdas ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya dan berbuat untuk setelah kematian. Dan orang bodoh ialah siapa yang memperturutkan hawa nafsunya dan selalu berangan-angan akan mendapatkan ampunan Allah.”

Anakku…
Hiduplah semaumu, karena pada hakikatnya engkau itu mayit. Cintailah sesukamu, karena pasti engkau akan meninggalkannya. Dan, lakukanlah amal karena pasti engkau akan diberi balasan.

Ilmu tanpa amal adalah gila.
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44). Dan, amal tanpa ilmu adalah sia-sia.
Keduanya harus dipadukan satu sama lain.

Ilmu semata tak akan menghindarkanmu dari maksiat hari ini, dan tidak pula dapat menyelamatkanmu dari siksa neraka di hari esok. Jika hari ini kamu tidak sungguh-sungguh beramal, maka pada hari kiamat kelak engkau akan berkata,
“Kembalikanlah kami (ke dunia) agar dapat melakukan amal salih.”
Namun dijawab, “Hei kamu, bukankah kamu telah dari sana?!”

Camkanlah anakku..
Semoga ilmumu manfaaat dunia akherat.
Wassalamu alaikum wr wb

(Sumber: Manakibul Ghazali)

MASUK SURGA KARENA ANJING

Ada seseorang sedang berjalan-jalan, dan ketika ia merasa kehausan, ia turun ke suatu sumur yang tidak jauh dari situ. Setelah dahaganya hilang, ia segera naik lagi dan ia melihat seekor anjing yang lidahnya terjulur ke tanah karena hausnya. Ia berkata dalam hati, “Anjing ini pasti kehausan seperti aku tadi!!”

Ia turun lagi ke dalam sumur, ia menciduk air dengan menggunakan sepatunya dan membawanya ke atas dengan menggigitnya. Sampai di atas, ia memberi minum anjing tersebut dengan air di dalam sepatunya.

Rasulullah SAW yang menceritakan kisah tersebut bersabda, “Allah SWT berterima kasih kepada lelaki itu dan mengampuni dosa-dosanya!!”

Salah seorang sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, memangnya kita bisa memperoleh pahala sehubungan dengan (memberi makan/minum) pada binatang?”
Beliau bersabda, “Pada setiap yang berjantung lagi hidup ada pahala!!”

Pada riwayat lain yang hampir senada, Nabi SAW menceritakan bahwa seorang wanita pelacur melihat seekor anjing yang terengah-engah dan lidahnya terjulur, tampaknya ia hampir mati kehausan.
Pelacur itu melepas sepatunya dan diikatkan pada kain kerudungnya untuk menimba air dari sumur yang tidak jauh dari situ. Setelah itu ia memberi minum anjing itu sehingga ia segar kembali.

Nabi SAW menyatakan bahwa Allah mengampuni dosa-dosa wanita pelacur itu karena kepedulian dan sikap kasih sayangnya memberi minum pada anjing yang kehausan. Dan ia juga memperoleh hidayah sehingga meninggalkan perbuatan maksiatnya dan bertaubat kepada Allah.


(Sumber: CAP Cerita Anak Pesantren, Karya Jun Haris)

SANTRI DAN SEMUT

Namanya Az Zamakhsyari. Ia seorang ulama terkenal, ahli dalam banyak ilmu pengetahuan agama. Namun, ia lebih terkenal sebagai tokoh ilmu nahwu (gramatika bahasa Arab).

Menjadi ahli dalam ilmu bahasa bagi Az Zamakhsyari adalah keberhasilan yang boleh dibilang sebagai prestasi dan kesuksesan luar biasa dalam menghadapi rintangan. Betapa tidak, sejak kecil ia telah mempelajari ilmu nahwu, tetapi hingga menginjak remaja ia tak kunjung paham dengan ilmu yang dipelajarinya.

Bayangkan, selama bertahun-tahun belajar untuk membedakan antara subyek (mubtada) dan obyek (khabar) saja ia tidak bisa. Tak paham mana kata benda (isim) dan mana kata kerja (fi'il). Sementara teman-temannya, hampir semuanya telah mengusai ilmu itu. Bahkan ada di antara mereka yang diberi tugas untuk mengajar adik-adik kelas mereka.

Kenyataan ini nyaris membuat Az-Zamakhsyari putus asa. Ia merasa malu dengan usianya yang semakin tua tetapi belum tahu apa-apa, apalagi ia harus duduk dan belajar bersama anak-anak yang jauh di bawah usianya.

Di tengah kegalauannya, ia pun meninggalkan pesantren di mana sekarang ia diami, pergi merantau untuk mencari ilmu di tempat lain. Tanpa pamit pada sang kyai. Karena jelas nantinya pak kyai tak akan memberinya izin.

Setelah cukup jauh berjalan, ia mampir berteduh di sebuah rumah. Ketika sedang beristirahat sambil menyandarkan punggungnya di tembok, ia melihat seekor semut kecil sedang menggigit sisa kulit korma. Semut itu berusaha menarik kulit korma yang ukurannya lima kali lipat lebih besar dari tubuhnya, ia tarik dengan mulutnya ke lubang di tembok itu. Berkali-kali ia melakukannya namun selalu gagal, kulit korma selalu jatuh ke tanah.

Az-Zamakhsyari terpaku melihat kelakuan semut itu, yang mempunyai keuletan dan kegigihan yang mengagumkan. Setelah berkali-kali gagal, ternyata sang semut akhirnya berhasil membawa naik kulit korma itu dengan cara dipotong kecil-kecil seukuran mulut mungilnya.

Saat itu muncullah pemikiran dalam benak Az-Zamakhsyari,
“Seandainya aku melakukan seperti yang dilakukan semut ini, niscaya aku juga akan berhasil.”

Setelah mengucapkan itu, ia pun menyesal perbuatannya lari dari pesantren. Dia memutuskan untuk kembali ke pesantrennya dan membatalkan niatnya untuk merantau. Ia pun menyesali perbuatannya di hadapan pak kyai. Dan berjanji tak akan mengulanginya lagi. Ia bertekad tak akan kembali ke rumah sebelum menguasai ilmu-ilmunya pak kyai.

Hasilnya, dalam waktu tak lebih dari 3 bulan, ia pahami ilmu di pesantren itu sedikit demi sedikit hingga sang kyai pun akhirnya menunjuknya sebagai wakilnya (badal) menggantikan sang kyai ketika sang kyai udzur. Inilah ilmu, seperti semut membawa kulit kurma. Az-Zamakhsyari akhirnya benar-benar meraih impiannya. Ia menguasai ilmunya sedemikian rupa. Bahkan, ia menjadi tokoh nahwu yang sangat disegani.

Cita-cita yang luhur, yang di dalamnya terkandung tekad, semangat dan kerja keras, memang seringkali membuat orang tidak mau berhenti. Bahkan, seekor semut pun, menghayati semangat ini. Apalagi kita, manusia yang telah dimodali akal, pikiran dan perasaan. Harusnya lebih dari semut yang mengandalkan insting belaka.

(Sumber : CAP Cerita Anak Pesantren, Karya Jun Haris)

WTS SABA PESANTREN

Malam itu, seorang wanita cantik datang ke pesantren kami. Penampilan yang gemulai, kaos merah lengan pendek yang pressbody, dibalut celana panjang pensil, kerudung putih menutupi rambut bagian belakang. Hal ini menambah rasa penasaran.

Setelah salam dan masuk ke ruang tamu di rumah pak kyai, wanita cantik itupun mengutarakan maksud kedatangannya,
"Maaf pak kyai, nama saya Elvira, sowan saya kemari tiada lain mau minta PENGLARISAN. Karena dagangan saya akhir-akhir ini mulai sepi pembeli, sebab saya banyak mendapat saingan oleh para pedagang baru yang notabene umurnya lebih muda dari saya."
"Umur sampeyan?"
"23, pak!"
"Rumah sampeyan?"
"Surabaya, pak?"
"Oh.. Pantes. Dagang di kota besar emang banyak saingan, kalau kita gak pinter-pinter mengelola keuangan dan modal dobel bisa-bisa bangkrut."
"Tapi dagangan saya modalnya ya begini ini, pak kyai!"
"Emang Sampeyan dagang apa, mbak?"
"Dagang buah, pak kyai!"
"Sudah lama sampeyan menekuni pekerjaan itu?"
"Sejak kelas 2 SMA, ya sekitar 7 tahunan!"
"Emang buah apa saja yang sampeyan jual?"
"Cuma satu macam, pak!"
"Lho...?"
"Saya jualan buah dada, sekaligus tubuh saya. Untuk menyambung hidup keluarga dan sekolah adik-adik saya. Bapak sudah meninggal dan ibu saya adalah janda dengan 6 orang anak. Saya adalah anak yang pertama."

Astaghfirullah al adzim.. Bisik hati pak kyai. Apa gak nyasar ya orang ini, jual kesucian kok minta penglarisan. Tapi karena didorong oleh rasa kasihan, pak kyaipun kemudian hanya diam mendengar tangisan penuturan balada hidupnya, dan kisah hidup keluarga si gadis cantik itu yang ternyata adalah WTS (Wanita Tuna Susila)

"Jadi niat sampeyan melakukan pekerjaan ini adalah demi menghidupi ibu dan adik-adik sampeyan?"
"Betul pak kyai, selain itu KEBAHAGIAAN adalah tujuan utama saya, karena terus terang, hidup saya seakan tanpa arah dan tujuan. Sampai detik ini saya belum pernah merasakan apa itu kedamaian dan kebahagiaan dalam hati!"
"Kalau demikian niat dan tujuan sampeyan kemari.. Ok saya bantu. Tapi apa sampeyan bisa menepati syarat-syarat PENGLARISAN ini?"
"Apapun syarat yang pak kyai minta, akan saya tepati!"
"Persyaratan penglarisan ini berat, meski dibilang tak ada hubungannya sama sekali dengan uang atau materi, tapi WAKTU!"
"Saya akan berusaha menurut pada petunjuk kyai."
"Syarat pertama, Sampeyan harus MANDI JINABAT keramas sebanyak 41 hari. Dan dilakukan dini hari jam 12 ke atas. Bagaimana sanggup?"

Si gadis diam. Lalu menjawab, "Baik pak kyai, saya sanggup mandi malam keramas selama 41 malam!"
Saya kan tiap hari kerja malam, aih.. Gampang amat syaratnya, pikir si gadis.
"Bagus... Syarat kedua, sampeyan HARUS SELALU MENJAGA KESUCIAN selama 41 Hari. Selama itu badan sampeyan harus selalu SUCI. Sampeyan harus menjauhi segala hal yang membatalkan wudlu. Bila kentut atau buang air sampeyan harus langsung wudlu lagi. Mau tidur wudlu dulu, bangun tidur juga langsung wudlu!"
"Dengan begitu, pekerjaan saya gak terganggu kan, pak kyai?"
"Oh gak kok, mbak. Silahkan kerjakan pekerjaan sampeyan yang menurut sampeyan baik dan bermanfaat, tapi sampeyan harus selalu suci dan tak boleh batal. Apa sampeyan sanggup?"

Si gadis kali ini tersenyum. Dia berpikir, Saya pasti bisa melakukannya ... ini kan pekerjaan enteng dan mudah! Anak TK pun bisa. Setiap orang juga mampu melakukannya.. Ada ada aja pak kyai satu ini.

"Syarat ketiga.. Apa pak kyai..?"
 
"Syarat yang ketiga, ketika sampeyan selesai keramas malam, sampeyan harus melakukan SHALAT MALAM sebanyak 11 rakaat dan harus dilakukan rutin tiap malam.
2 rakaat shalat taubatan nasuha
2 rakaat shalat Meminta ridho Allah swt
2 rakaat shalat birrul walidain
2 rakaat shalat hajat
3 rakaat shalat witir
Setelah itu duduk membaca wirid ini." Kata pak kyai sambil menyodorkan tulisan yang ditulis dengan abc biasa, tidak ditulis dengan huruf arab.
"Tapi saya gak bisa shalat yang begitu-begituan, tolong minta ditulis sekalian!"
"Tapi sampeyan bisa shalat kan?"
"Bisa pak, di komplek juga ada pengajiannya juga kok!"
"Oo... Begitu." kata pak kyai. "Ya sudah saya tuliskan niat shalat-shalat itu sekalian."

Setelah selesai menulis dan menerima kertas dari pak kyai, si gadis pun pamitan pulang. Si gadis berniat memberikan amplop kepada pak kyai.
"Apa ini.. Bawa pulang saja. Berikan pada ibu dan adik-adik sampeyan. Sampeyan kan kesusahan, tak perlu saya menambah kesusahan sampeyan. Bukankah begitu?"
"Tapi pak kyai..?"
"Gak pakai tapi-tapian. Ibu dan adik-adik sampeyan lebih membutuhkan!"
Si gadis pun pulang ke surabaya malam itu.

Sampai di rumah, ia langsung ke kamar mandi wudlu. Ia ikuti petunjuk pak kyai. Dandan rapi, pakai minyak wangi, kosmetik ia masukkan dalam tas kecilnya. Tak lupa secarik kertas dari pak kyai ia selipkan di dalamnya. Ia pun berangkat kerja.

Tiba di komplek, ia langsung dapat job. Tak tanggung-tangung kali ini kontraktor apartemen membokingnya. Ih mujur amat gue malam ini dapat mangsa kelas kakap, bisiknya.

Setelah tawar menawar harga, akhirnya sepakat, ia dibawa ke sebuah apartemen. Masih di komplek, Dalam hati ia bingung, ketika si hidung belang meraih tangannya. Terpikir olehnya, laki-laki megang tangan saya kan.. waduh.. batal dong wudlu saya..

"Maaf mas, saya mau ke kamar mandi.. bentar saja!"
"Ok.." sahut hidung belang.
Di kamar mandi ia pun wudlu kembali. Sip.. Sekarang saya sudah suci.. Kerja lagi.

Dalam apartemen, ia berkata, "Mas jangan pegang-pegang atau ngapa-ngapain saya ya, nanti wudlu saya batal lagi, saya capek mas bolak-balik ke kamar mandi, nih udah 7 kali saya wudlu."
"Lho saya udah bayar kamu mahal untuk melayani saya. Bukan untuk lihat kamu wira-wiri ke kamar mandi."
"Ya udah.. saya layani mas. Mau kopi, teh atau apa aku buatin mas.."
"Aku mau kamu melayani aku!" Hidung belang mulai marah.
"Untuk yang begituan maaf aja mas, saya gak bisa, saya mau melayani mas, tapi saya gak disentuh, saya gak mau wudlu saya batal."

Akhirnya, berlalulah si hidung belang darinya. Tak sepeser pun uang ia dapatkan. Begitu juga hari-hari berikutnya, tak disangka dirinya begitu laris namun tak satupun lelaki mampu menaklukkannya membatalkan wudlu. Juga tak ada uang ia hasilkan. si gadis semakin bingung dengan dirinya sendiri. Di sisi lain ia butuh uang, tapi di sisi lain ia sudah berkata "SANGGUP" memenuhi persyaratan. Ini pilihan sulit, pilih uang atau menepati janji. Dan ia lebih memilih tidak mendapat uang daripada harus membatalkan wudlunya.

Malam-malam yang ia lewati, ia mandi keramas, shalat malam dan wirid. Dan anehnya, wirid yang ditulis pak kyai untuk ia amalkan cuma SYAHADAT, TASBIH, ISTIGHFAR, SHALAWAT DAN AYAT KURSI yang masing-masing dibaca 11x. Begitu besar pengaruhnya pada gadis WTS ini.

"Kalau tiap hari aku gak dapat uang, bagaimana aku menghidupi ibu dan adik-adikku?
Tapi meski aku gak dapat uang, hatiku bisa menemukan kedamaian dan kebahagiaan.
Sementara aku tak tega lihat ibu jualan sayur keliling...
Ya Allah beri hamba jalan terbaik...

Seminggu berlalu, si gadis kembali datang ke pesantren pak kyai. Ia utarakan semua yang telah ia lakukan.
"Pak kyai.. Apa tidak ada keringanan bagi saya, tentang syarat-syarat itu? Kalau begini saya gak bisa lagi menghidupi ibu dan adik-adik saya lagi..
Kini ibu saya malah jualan sayuran keliling, hati saya merintih dengan semua ini, sementara adik-adik saya mendapat teguran dari BP3 karena tunggakan SPP. Tolong pak kyai, beri saya solusi.."


"Baiklah, bila sampeyan mau, tinggallah di pesantren ini, pada siang hari. Dan sore hari sampeyan boleh pulang." Kata pak kyai
"Maksudnya, pak kyai?"
"Sampeyan bisa memasak kan?"
"Bisa pak!"
"Ya sudah, Sampeyan sementara di sini saja, masak sama santri-santri putri yang menetap di sini, bagaimana?"
"Apa saya gak merepotkan pak?"
"Ya Gak lah, sampeyan pulang dulu pamit sama ibu. Ini ada sangu buat sampeyan!" Pak kyai mengulurkan amplop berisi uang. Si gadis hanya menangis tak tahu harus berbuat apa.
"Kalau ibu sampeyan setuju, Mulai besok pagi, sampeyan memasak sama santri-santri putri di sini, sebab bu nyai repot sendirian ngurus semuanya. Apalagi lagi banyak tukang dan kuli bangunan yang lagi kerja."

"Kasihan ya bah.." kata ibu nyai saat melepas kepergian si gadis.
"Ya mudah-mudahan bu.. Allah membuka pintu hidayah kepadanya. Saya lihat anak itu sudah ada tanda-tanda mau berhenti dari kegiatan kotornya. Siapa tahu dia mau bertaubat kembali pada jalan yang benar, tetap dalam bakti pada orangtuanya, tanpa harus melakukan tindakan asusila."
"Amin. Mudah-mudahan Allah memberikan hidayah pada kita semua."

Begitulah, akhirnya si gadis membantu memasak di pesantren itu di siang hari. Malam ia berada di rumah. Tak lupa ibu nyai membawakan sekedar oleh-oleh untuk ibunya. Alangkah terkejutnya si gadis, saat ibu nyai memberikan sebuah amplop kepadanya.
"Apa-apaan ini bu? Saya di sini cuma bantu-bantu saja, bukan kerja. Saya bisa bantu-bantu disini sudah senang jangan lagi memberati pikiran saya dengan menerima uang dari ibu nyai."
"Yang memberi uang sama sampeyan itu lho siapa? Aku cuma nitip ini, berikan pada ibumu! Saya memberi untuk ibumu, bukan untuk kamu!"
"Tapi saya gak bisa menerima itu bu!"
"Kalau kamu gak mau dititipi ya sudah gak apa-apa, nanti pak kyai dan saya sendiri yang akan datang pada ibumu!"

Door..
Hati gadis itu bagai disambar halilintar. Haru bercampur bahagia mengaduk-aduk perasaan dan batinnya. Suara tangisnya pun tak dapat dibendung. Tatkala dunia tak bersahabat dengannya, ternyata Allah masih menghargainya dengan mengirim penolong dalam hidupnya. Di saat dunia saling merebutkan untungnya masing-masing ternyata masih ada satu celah untuk menghargai kebersamaan.

"Ya Allah..." Teriak gadis itu sambil bersimpuh memeluk lutut bu nyai. Perasaannya meledak tanpa bisa ditahan. Gemuruh kekosongan jiwa ia tumpahkan sejadi-jadinya lewat tangisnya.

Perlahan bu nyai mengelus-elus kepalanya yang sekarang sudah berjilbab. Seperti usapan kasih sayang dari ibu untuk anaknya.
"Kamu sekarang sudah menjadi salah satu bagian dari warga pesantren. Jadi masalahmu adalah masalah kami juga. Kesusahanmu adalah kesusahan kami juga. Kami akan terus berusaha membantumu sebisanya. Jadi tolonglah.. Jangan buat pak kyai kecewa karenamu. Biarkanlah masa lalu yang kelam cuma jadi sejarah dan kenangan. Biarlah membusuk seiring berjalannya waktu.
Ingatlah.. Anakku.. Allah tak akan memberikan kesengsaraan pada hambaNya yang benar-benar bertaubat dan menyesali perbuatannya. Asal kita benar-benar dan sungguh-sungguh mengganti perbuatan buruk kita dengan perbuatan yang baik dan bermanfaat."

Nasehat bu nyai menancap dalam ke dasar sanubarinya. Di rumah, biasanya ia gunakan pergi kerja ke komplek kini perlahan ia tinggalkan. Semalaman ia hanya membaca Quran yang siang hari ia pelajari dari bu nyai. Kegiatan keramas malam, shalat malam dan wirid semakin ia perbanyak. Bahkan tak jarang ia tak tidur semalaman. Sementara itu, ibu dan adik-adiknya malah ikutan ngaji dan shalat bersamanya hingga ia pun mampu memenuhi persyaratan genap 41 hari.

Bulan-bulan berlalu, si gadis tampak betah di pesantren. Bahkan 2 adiknya, menyusul untuk menetap di sana. Perlaha tapi pasti, perubahan muncul dalam diri dan keluarganya. Hingga pada akhirnya, pak kyai menemukan seorang pemuda untuknya dan menikahkannya. Kabar terakhir suaminya menjadi seorang pejabat tinggi di daerah sumbawa. Ia kini dan suami yang shalih itu, menjadi donatur tetap pesantren. Tiap 3 bulan ia sekeluarga mengunjungi pak kyai dan bu nyai yang telah berjasa mengangkatnya dari dunia hitam.
Bahkan kesibukannya makin bertambah setelah kini juga menjadi guru ngaji dan guru PAUD.

Rahasia Allah siapa yang tahu. Yang pasti berbuat baik bagi sesama adalah tanda-tanda dari orang yang bermanfaat.
Tamat


 (Sumber: CAP Cerita Anak Pesantren, Karya Jun Haris)

Rabu, 17 Oktober 2012

TENTARA MASUK PESANTREN

Tak sengaja, sampailah Ibrahim bin Adham pada sebuah pasar di tengah kota Bashrah. Pasar yang begitu becek akibat terguyur hujan malam tadi. Pedagang-pedagang sangat berterima kasih atas kehadirannya di tengah-tengah mereka. Semua saling berkeroyokan berebut menyalaminya. Bagaimana tidak bangga, Ulama agung yang selama ini menjadi panutan hadir dan mau bertemu bermasyarakat, bertutur sapa dan duduk bersama.

Di tengah-tengah keasyikan mereka, sekumpulan tentara berjalan tegap dan berbaris rapi di atas tanah yang sedikit tergenang air. Para pedagangpun segera minggir supaya tidak tertabrak tentara-tentara muda itu. Tangan serempak yang terayun menimbulkan bunyi yang selaras. Sang komandan begitu antusias sekali menunjukkan kegagahan mereka di tengah pasar.

Hap.. Hap kiri kanan
Hap.. Hap kiri kanan

Tak peduli, Crat.. Crat air jalanan becek injakan kaki mereka muncrat kesana kemari mengenai baju, pakaian dan makanan yang dijajakan oleh para pedagang kota bashrah. Para pedagang dengan dongkol hanya bisa memadangi mereka dilambari rasa jengkel pada tentara pengaman itu. Merasa dipandangi, sang komandan memberhentikan pasukannya.
"Pasukan.. Berhentiii... Grak!"

Tanpa lama sang komandan muda itu segera mendekati kaum pedagang yang bajunya pada belepotan tanah liat becek yang terciprat.

"Apa kamu melotot saja! Gak terima kena cipratan tanah becek hah? Kalau gak terima, sana... Pergi saja dari sini, jangan jualan di kota bashrah."

Plak.. PLak

Dua pukulan tangan komandan itu melayang di pipi salah seorang yang bergerombol di pinggir jalan. Ia hanya diam saja sambil memandangi sang tentara muda dengan senyum. Dengan ramah orang tua itu berkata,
"Tuan seharusnya sebagai pelindung para pedagang bukan malah menakut-nakuti. Tuan seharusnya memberikan keuntungan bagi para pedagang dengan tugas anda sebagai tentara pengaman, bukan memberi kerugian dengan mengotori dagangan mereka. Bayangkan siapa yang mau membeli makanan yang berlumuran dengan lumpur?
Betapa banyak kerugian mereka karena dagangan tak laku dan terbuang percuma. Bayangkan kalau diri anda adalah pedagang, atau bayangkan bahwa diri anda adalah putra dari pedagang seperti mereka. Apa yang ada dalam pikiran anda, Anda susah apa senang?"

Setelah berucap demikian orang tua itu segera berlalu. Ucapan itu begitu menghujam dalam hati komandan muda. Ia pun kemudian bertanya pada salah seorang pedagang.
"Hai fulan, kamu tahu siapakah orang tua itu?"
Dengan rasa tak senang pedagang itu menjawab, "Dia adalah Tuan Ibrahim!"
"Ibrahim siapa? Di bashrah ini ratusan bahkan ribuan orang bernama Ibrahim!"
"Ibrahim bin Adham!"

Para pedagangpun segera bubar. Kini tinggal ia dan pasukannya terbengong-bengong. Tak menyangka bahwa ia bisa bertemu dengan ulama besar daerahnya. Namun apa yang dilakukan bukan malah menghormati dan menyalami tapi menampar muka orang yang selama ini menjadi penerang hidupnya melalui teladan dan petunjuknya.

"Siapa diantara kalian yang mengetahui rumah Tuan Ibrahim bin adham?" tanya sang komandan pada pasukannya.
"Saya tahu pak!" jawab salah seorang tentara.
"Di mana?"
"Pinggiran kota pak!"
"Bisa antarkan saya ke rumahnya?"
"Siap pak!"

Esok harinya, dua tentara muda mendatangi ibrahim. Mereka duduk bersila di depan gerbang pesantren dengan berpakaian lengkap ala tentara. Rambut cepat. Dari pagi hingga dzuhur dua tentara itu tak beringsut dari duduknya. Salah seorang santri yang kebetulan tahu segera melapor. Ibrahim bin adham bangkit dari duduk dan menghampiri pintu gerbang dan terjadilah dialog komandan dan ibrahim bin adham.
"Gerbang kami tak berpintu, kenapa tuan tidak masuk saja? Pesantren dan masjid ini milik semua muslim jadi tuan tak usah sungkan-sungkan di sini. Anggap saja di rumah sendiri."
"Kami akan terus bersila di sini sampai tuan memaafkan kami!"
"Bangkitlah kalian berdua, aku sudah memaafkan sebelum kalian datang kemari."
"Kenapa tuan begitu mudah memaafkan, padahal kami berbuat biadap kepadamu?"
"Karena Mukmin tak baik jadi pemarah dan pendendam. Pemaaf adalah kekasih Tuhan, hati tentram dan hidup pun dapat dilalui dalam kedamaian menuju surga dunia dan akherat. Sedangkan Pemarah dan pendendam adalah kekasih setan, hidupnya tak akan nyaman dan hanya ada permusuhan yang akan membawa ke neraka. Ayo bangkitlah kalian berdua, nanti tubuh kalian kotor."
"Kami belum akan bangkit, sebelum tuan guru menerima kami sebagai santri tuan."
Aku bisa saja menerima kalian, tapi bagaimana dengan tugas kalian sebagai tentara?"
"Izinkan kami tinggal di pesantren yang tuan asuh. Pagi kami berangkat tugas sebagai tentara, malam hari kami mengaji."
Baiklah kalau itu kemauan tuan-tuan, kami dengan bangga menyambut kalian sebagai keluarga baru di sini. Semoga betah dan krasan."

Demikianlah sikap dan sifat ulama salafus shalih terhadap umat, semoga kita bisa meneladani dan mengambil hikmah.

(Sumber CAP: Cerita Anak Pesantren, karya Jun Haris)

SYUKUR DI ATAS PENDERITAAN ORANG LAIN

Sirri al-Saqothi adalah salah seorang Sufi, beliau pernah berkata, ”Sudah tiga puluh tahun aku beristighfar kepada Allah hanya karena ucapan al-hamdulillah yang keluar dari mulutku.”

Junaid Al Baghdad

y santri syeikh Sirri As Saqoty bercerita tentang gurunya. "Tentu saja banyak orang menjadi bingung dengan pernyataan guru sirri, lalu Akupun bertanya kepada beliau, ”Wahai Guru, Bagaimana itu bisa terjadi?”

Syeikh Sirri lalu berkata, ”Dulu kala, Saat itu aku memiliki sebuah toko di Baghdad. Suatu saat aku mendengar berita bahwa pasar Baghdad hangus dilalap si jago merah, aku pun tergopoh-gopoh mendengar, sebab tokoku berada tepat di tengah pasar tersebut. Aku bersegera pergi ke sana untuk memastikan apakah tokoku juga terbakar ataukah tidak?

Seseorang sesama pedagang bicara memberitahuku, ”Santai saja kang sirri, daganganmu selamat, api tidak sampai menjalar ke tokomu.”
Terbengong-bengong Aku pun mengucapkan,
”Alhamdulillah!”

Setelah itu banyak hari dan waktu hanya terpikir olehku, ”Apakah hanya engkau saja yang hidup dan berada di dunia ini? Walaupun tokomu tidak terbakar, bukankah toko-toko orang lain banyak yang terbakar. Ucapanmu: "Alhamdulilah" menunjukkan bahwa engkau bersyukur karena api tidak membakar tokomu.
Dengan demikian, engkau telah rela toko-toko orang lain terbakar asalkan tokomu tidak terbakar!"

Lalu aku pun berkata kepada diriku sendiri lagi, ”Tidak adakah barang sedikit perasaan sedih atas musibah yang menimpa banyak orang-orang dan teman-teman sesama pedagang di hatimu, wahai Sirri? Kau bersyukur di atas penderitaan orang lain!”

Junaid Al baghdady melanjutkan kisah kehidupan gurunya, "Dari kejadian kebakaran inilah kemudian syeikh Sirri mengambil dari hadits Nabi, ”Barang siapa melewatkan waktu paginya tanpa memperhatikan urusan kaum muslimin, niscaya bukanlah ia termasuk dari mereka (kaum muslimin).”
"Sudah 30 tahun saya beristighfar atas ucapan al-hamdulillah itu."

Junaid al baghdady berkata, "Akhirnya beliau keluarkan harta bendanya yang ada dan dibagikan kepada masyarakat yang terkena musibah kebakaran, terutama yatim dan fakir miskin. Beliau selalu menerima tamu dan orang-orang yang mengharap derma darinya. Banyak juga anak-anak telantar di jalanan yang hidup tak tentu arah dan tujuan, tanpa orang tua dan saudara. Mereka kemudian diasuh, diadopsi dan dibesarkannya dalam pesantren kami. Bahkan kebanyakan santri-santri di sini adalah anak-anak yatim piatu dan bekas-bekas anak jalanan yang diinsyafkan olehnya. Mereka semua di sini bagai saudara sendiri, makan, pakaian, semua fasilitas dan sarana gratis ia sediakan di pesantren ini asal mereka mau qonaah dan menerima apa adanya."

Subhanalloh...
Adakah di negeri kita yang kepeduliannya terhadap sesama menyamai Syekh Sirri Saqothi rahimahullah. Memberi makan ratusan santri tanpa harus mencari sumbangan kesana-kemari, tanpa yayasan dan akte notaris.
Jika tidak ada layaknya beliau, ada baiknya kita menjadikan sikap beliau sebagai suri tauladan.

(Sumber: CAP, Cerita Anak Pesantren, karya Jun Haris)

NIKAHKANLAH AKU......!

Seorang pemuda ganteng anak kyai yang biasa kami sebut GUS ILHAM menghabiskan banyak waktunya hanya untuk mengaji dan ibadah di pesantren kami, tak terpikir olehnya untuk menikah meski usia sudah 35 tahun. Satu ketika o
rang tua dan kerabatnya bermaksud menikahkannya, ia selalu saja menolak. Ia beranggapan bahwa kesibukannya mengurus istri dan anak-anak hanya akan mengganggu ibadahnya kepada Allah.

Gus ilham disukai banyak orang karena keshalihan dan kesosialannya pada masyarakat, dan banyak diantaranya yang ingin mengambilnya sebagai menantu. Di jaman itu, ukuran keutamaan seseorang di masyarakat adalah akhlak dan keshalehannya, tidak seperti sekarang ini meski shalih tapi tak berharta, tak punya gajian, tak punya profesi mapan maka kemana-mana akan dipandang sebelah mata. Seumpama ada yang shalih yang pekerjaannya hanya ‘sekedarnya’ mungkin hanya satu-dua orang yang berkeinginan menikahkan putrinya atas dasar KESHALIHAN.

Meski banyak sekali orang yang ingin ‘melamar’ gus ilham untuk
dinikahkan dengan putrinya, namun ia menolaknya dgn sopan dan Ia makin meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya.

Suatu hari ketika bangun dari tidurnya, tiba-tiba saja pemuda itu berkata,
“Nikahkanlah aku, nikahkanlah aku!!”

Karena kayaknya gus ilham dilanda galau berat, Pak kyai dan para kerabatnya, saling berpandangan penuh keheranan. Ibu Nyai berkata pada anaknya,
“Mengapa tiba-tiba kamu minta menikah tho le, padahal selama ini kamu selalu menolaknya??”

Gus ilham menjawab,
“Dalem (saya, jawa) ingin mempunyai anak yang banyak Umi, dan ada diantara
mereka yang meninggal ketika masih kecil (belum baligh), dan saya akan bersabar karena kematiannya!!”

Sekali lagi Keluarga Ndalem dibuat kebingungan, Pak kyai dan Bu nyai berpandangan tidak mengerti, sepertinya janggal nian keinginan putranya ini. Gus ilham mengerti akan kebingungan abah dan uminya, dan ia menceritakan kalau ia baru saja bermimpi, seolah-olah kiamat telah tiba. Ia berdiri di padang Mahsyar dalam keadaan panas dan haus yang tidak terperikan, seolah-olah panas dan haus akan mematahkan lehernya. Tidak ada sesuatu yang bisa diminum untuk menghilangkan rasa haus dan panas itu, dan sepertinya ‘penderitaan’ itu akan berlangsung sangat lama.

Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba ia melihat anak-anak yang berjalan dan bergerak diantara begitu banyak orang dengan membawa gelas-gelas perak yang ditutup dengan saputangan dari cahaya. Mereka itu tengak-tengok kiri kanan mencari-cari seseorang dan ketika menemukan seseorang, mereka berikan minuman dalam gelas tersebut.

Ketika beberapa anak melewatinya, ia mencoba mengulurkan tangan meminta gelas itu sambil berkata, “Berikanlah kepadaku karena aku juga sangat haus!!”

Anak-anak itu menghalangi maksudnya, mereka memandangi gus ilham beberapa saat, kemudian berkata, “Panjenengan (anda, jawa) tidak mempunyai anak diantara kami, dan kami hanya akan memberikan minuman kepada ayah dan ibu kami!!”
Gus ilham bertanya, “Siapakah sebenarnya kalian ini!!”
Mereka menjawab, “Kami adalah anak-anak dari kaum muslimin, dan kami meninggal sewaktu kami masih kecil dan belum baligh, sementara orang tua kami bersabar dengan musibah dari Allah berupa kematian kami!!”

Setelah menceritakan tentang mimpinya Gus ilham berkata kepada Pak kyai dan Ibu nyai beserta kerabat yang mengitarinya, “Saat itu (di padang mahsyar) aku sangat menyesal dan menangisi nasibku karena aku mati sebelum mau menikah. Mungkin itu hukumanku karena ‘tidak mengikuti’ sunnah Rasulullah SAW. Saat aku menangis, tiba-tiba aku terbangun dari mimpi dan semua peristiwa itu ternyata hanya dalam mimpi, walau sepertinya sangat jelas dan terasa nyata. Karena itulah aku berteriak minta segera dinikahkan!!”

(Sumber: CAP, Cerita Anak Pesantren, Karya Jun Haris)

MATEMATIKA SAHABAT

Seorang lelaki shalih yang mempunyai 3 orang anak lelaki, istrinya telah meninggal dunia. Suatu saat sang bapak memanggil anak-anaknya dan berkata,
“Wahai anak-anakku, kalau kelak aku meninggal, hendaknya kalian tetap ru
kun berkasih sayang dan saling membantu seperti saat ini. Harta peninggalanku, hendaknya engkau bagi sesuai pesanku. Engkau yang tertua, karena telah mapan dan mempunyai penghasilan yang mencukupi, maka memperoleh seper-sembilannya. Engkau yang nomor dua memperoleh seper-tiganya. Dan engkau terkecil memperoleh seper-duanya.
Tetapi ingatlah, kalian harus tetap rukun berkasih sayang dan saling menolong satu sama lainnya. Janganlah bermusuhan hanya karena berebut harta dunia, sesungguhnya kehidupan di dunia itu hanya sesaat…!!”

Beberapa waktu kemudian lelaki tersebut meninggal dunia. Karena anak-anaknya juga shalih sebagaimana didikan ayahnya, maka setelah pemakaman ayahnya, mereka menyelesaikan segala tanggungan orang tuanya tersebut. Setelah tidak ada lagi hutang dan tanggungan lainnya, tugas mereka selanjutnya adalah membagi harta sisa peninggalan (warisan) yang memang menjadi hak mereka bertiga, seperti wasiat ayahnya sebelum meninggal dunia.

Mereka menghitung dan ternyata harta yang masih tersisa berupa 17 (tujuh belas) ekor unta untuk mereka bertiga. Tentu saja mereka kesulitan untuk membaginya sesuai dengan wasiat ayahnya, sebab harta sisa bukan berupa uang yang mudah dibagi, melainkan berupa unta.

Mereka kesana-kemari mendatangi beberapa orang pintar dan bijaksana untuk bisa membagi sesuai wasiat ayahnya, tetapi mereka tetap menemui jalan buntu.

Sampai akhirnya seseorang menyarankan untuk meminta tolong kepada khalifah Ali bin Abu Thalib radiyallahu anhu. Mereka mengirim utusan kepada Khalifah Ali dan beliau bersedia membantu kesulitan saudaranya sesama kaum muslim. Didikan Rasulullah SAW sebagai orang yang zuhud dan tawadhu, membuat Khalifah Ali dengan senang hati mendatangi tempat tinggal mereka dengan menunggangi untanya.

Setibanya di sana, mereka menceritakan permasalahannya, dan Khalifah Ali dengan tersenyum berkata,
“Bawalah unta-unta itu kemari!!”

Setelah unta-unta dikumpulkan di hadapan Khalifah Ali, beliau berkata,
“Aku tambahkan untaku dalam harta warisan ini, sehingga jumlahnya menjadi 18 (delapan belas) ekor. Wahai engkau yang tertua, ambillah bagianmu, seper-sembilannya, berarti dua ekor unta!!”
Anak yang tertua pun kemudian mengambil bagiannya dua ekor unta dengan gembira.
Kemudian Khalifah Ali berkata lagi, “Wahai engkau anak yang nomor dua, ambillah bagianmu. Sepertiganya, berarti sebanyak enam ekor unta!!”
Anak kedua pun kemudian mengambil bagiannya sebanyak enam ekor unta dengan ikhlas dan terharu.

Dan beliau berkata lagi, “Dan engkau, wahai anak yang termuda, ambillah bagianmu seper-duanya, berarti kamu mendapatkan sembilan ekor unta!!”
Anak termuda pun kemudian mengambil bagiannya sebanyak sembilan ekor unta, dan ternyata masih tersisa satu ekor lagi, dan Khalifah Ali berkata,
“Masih tersisa satu ekor, dan ini memang unta milikku tadi, maka aku mengambilnya kembali!!’

Coba anda perhatikan,
18 x 1/9 = 2
18 x 1/3 = 6
18 x 1/2 = 9
Jumlah dari 2+6+9=17
Sahabat Ali meminjamkan 1 ekor untanya supaya berjumlah 18 dan memudahkan dalam pembagian tanpa harus menyembelih unta. Karena angka 17 tak bisa buat membagi pecahan 1/9, 1/3 dan 1/2, yang dalam pembagian unta hidup dan setelah dibagipun unta supaya tetap dalam keadaan hidup. Remeh memang, tapi itu benar-benar tindakan yang luar biasa, yang luput dari pemikiran manusia manapun.

Sungguh benarlah apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW, “Ana madinatul ‘ilmi, wa aliyyun
baabuuha!!” (Sesungguhnya saya ini kotanya ilmu, dan Ali adalah pintu gerbangnya).

AKU TERPESONA KEJUJURANMU

“Wahai ibu, serahkanlah aku kepada Allah dan ijinkanlah aku pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu mukim di pesantren dan berziarah kepada orang-orang shalih di sana…!!” ungkap Abdul qadir kecil, yang kala itu berus
ia 9 tahunan.

Tentu saja sang ibu terkejut dengan sikap dan permintaan anaknya yang begitu tiba-tiba, tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. Sang ibu berkata,
“Wahai anakku, kamu masih kecil, kenapa engkau tiba-tiba berkata seperti itu!!”

Abdul qadir menjawab, "Ketika saya bermaksud untuk menggembala sapi kita, aku berjalan mengiringinya yang berjalan di depanku. Saat itu pagi hari tepat tanggal 9 Dzulhijjah, hari Arafah yang mulia di mana kaum muslimin sedang beribadah haji bersiap-siap untuk wuquf di Padang Arafah. Tanpa saya duga, tiba-tiba sapi itu menoleh kepadaku yang berjalan mengikutinya, dan berkata,
“Wahai Abdul Qadir, engkau tidak dijadikan untuk ini, dan engkau tidak diperintahkan untuk mengerjakan ini, kau harus menuntut ilmu dan beribadah kepada-Nya!!”

Sang ibu menangis penuh haru sekaligus pilu mendengarnya, tangisan bahagia dan sedih.
Bahagia, karena ia yakin anaknya akan memperoleh derajad yang mulia di sisi Allah, sebagaimana “isyarat” yang dikandung dari peristiwa yang diceritakan anaknyanya.
Sedih, karena ia harus berpisah dengan putra kesayangannya, dan belum tentu akan bertemu di kemudian hari.
Tetapi sebagai seorang ibu yang sholihah, ia merasa bahwa sudah merupakan kehendak Allah anaknya akan menjalani kehidupan terpisah dengan dirinya, karena itu ia harus merelakan dan meridhoinya.

Pada waktu yang ditentukan, sang ibu menitipkannya pada kafilah yang akan berangkat ke Baghdad, ibunya berpesan, "Anakku, selalu berkatalah benar dan berlaku jujurlah dalam keadaan
apapun dan kepada siapapun. Berangkatlah wahai anakku, aku telah menitipkan engkau kepada Allah. Mungkin wajahmu takkan pernah kulihat lagi hingga datangnya hari kiamat!!”

Sang ibu sebelumnya memberi bekal anaknya 40 dinar dan menaruhnya pada SAKU RAHASIA di bawah ketiak anaknya.

Di tengah perjalanan, sekelompok perampok berjumlah enam puluh orang mengepung kafilah tersebut. Tak ada seorangpun luput dari penjarahan kecuali diambil dan dikuras hartanya. Tetapi Abdul Qadir kecil dibiarkan begitu saja karena ia tampak miskin dan tidak membawa apa-apa. Ternyata ada salah seorang perampok yang secara iseng bertanya, “Wahai bocah miskin, apakah kamu membawa sesuatu?”

Abdul Qadir menjawab,
“Saya memiliki empat puluh dinar!!”
“Di mana?” Tanya perampok itu.
“Terjahit di dalam saku rahasia di bawah ketiakku!!”

Tampaknya perampok itu menganggap Abdul Qadir bergurau atau hanya mengejek, karena itu ia tidak menanggapinya secara serius. Beberapa orang perampok lain yang melihatnya sempat menanyakan hal yang sama, dan Abdul Qadir kecil tidak pernah merubah jawabannya.

Ketika para perampok berkumpul di depan pimpinannya, mengumpulkan hasil jarahannya, sang pemimpin berkata, “Apakah harta mereka sudah kalian ambil semuanya?”

“Sudah semua Boss, hanya saja ada bocah miskin yang mengaku memiliki empat puluh dinar, tetapi saya tidak mempercayainya!!”

Dengan penasaran, maka sang pemimpin memerintahkan agar mendatangkan bocah itu. Abdul Qadir dihadapkan kepada sang pemimpin perampok, ia langsung berkata, “Hai bocah.. Kamu punya apa?”

Abdul Qadir menjawab,
“Saya memiliki empat puluh dinar yang dijahit di dalam saku di bawah ketiakku!!”

Sang pemimpin segera menggeledah ketiak abdul qadir, dan menemukan uang 40 dinar di bawah ketiaknya. Tapi kemudian ia tampak tercenung tak percaya melihat anak kecil di depannya. Ia berkata,
“Wahai bocah, mengapa kamu mengakui memilikinya dan tidak berbohong agar hartamu tidak kami rampas?”

Abdul Qadir kecil berkata, “Ibuku berwasiat agar aku selalu berkata benar dan berlaku jujur dalam keadaan apapun dan siapapun, dan aku tidak akan pernah mengingkari janjiku kepada beliau!!”

Pemimpin perampok itu langsung menangis mendengar kejujuran Abdul Qadir, dan berkata sambil terisak-isak, “Hai bocah, kamu tidak pernah sekalipun mengingkari janjimu kepada ibumu, sedang aku telah bertahun-tahun ‘mengingkari’ Allah, selalu menyalahi dan melanggar laranganNya!! Mulai saat ini aku bertaubat kepada Allah dan tidak akan merampok lagi, aku akan ikut kamu saja!!”

Para anak buahnya yang ikut terperangah kagum dengan kejujuran Abdul Qadir berkata kepada pimpinannya, “Engkau adalah pemimpin kami dalam kejahatan, maka engkau adalah pemimpin kami pula dalam bertaubat, kalau engkau ikut bocah ini, kami pun akan turut serta mengikutinya!!”

Para perompak yang bertaubat itu mengembalikan hasil jarahannya kepada kafilah, dan mengakui Abdul Qadir yang masih kecil sebagai guru mereka, bahkan mereka ikut menuntut ilmu di pesantren yang sama dengan abdul qadir.

(Sumber : CAP Cerita Anak Pesantren, Jun Haris)

NABI MUSA AS BERTEMU IBLIS

Suatu ketika Nabi Musa AS sedang duduk sendirian di muka rumah, tiba-tiba datang seorang lelaki dengan penampilan nyentrik dan aneh memakai topi yang berwarna-warni.

Saat tiba di hadapan Nabi Musa, lelaki it
u membuka topinya yang aneh dan mengucap salam, tetapi beliau tidak serta merta menjawab salamnya. Ada firasat tak enak dalam hati sehingga beliau tidak menjawab salamnya.

Karena terlihat aneh dan mencurigakan maka Nabi Musa pun bertanya,
“Siapakah engkau ini?”

Lelaki aneh itu pun menjawab,
“Aku iblis!!”

Benarlah apa yang dirasakan Nabi Musa sembari mengernyitkan dahi beliau berkata, “Kenapa kamu datang kemari??”

Iblis menjawab, “Untuk memberi ucapan selamat kepadamu atas terpilihnya kamu sebagai kalamullah dan atas kedudukan muliamu di sisi Allah!!”

Nabi Musa tidak mau terjebak dengan perangkap iblis yang bernada pujian tersebut, dan beliau mengalihkan pembicaraan pada hal lainnya, beliau berkata, “Untuk apa topi yang kamu bawa itu, aneh sekali bentuknya?”

“Untuk mengelabuhi manusia!!” Jawab Iblis.

“Beritahukanlah kepadaku, dosa apakah yang bila dilakukan seorang manusia, yang membuat dirimu akan mudah menguasai manusia tersebut?” Tanya Nabi Musa.

Maka iblis menjawab, “Apabila manusia itu merasa bangga bercampur sombong atas dirinya sendiri. Merasa amalnya telah banyak dan melupakan dosa-dosanya. Maka saat itulah saya dengan mudah dapat menguasainya tanpa kesulitan!!”

TERSESAT DALAM KUBUR

Seorang anak terkena penyakit cukup ganas, banyak tabib, dokter dihadirkan namun penyakit tak kunjung sembuh, tidak tahan melihat kondisi anaknya sang ibu bernadzar,
"Ya Allah.. Segala ikhtiar segala usaha telah hamba
tempuh, berbagai doa telah hamba panjatkan, bermacam cara telah hamba lakukan, tumpukan harta telah hamba korbankan demi kesembuhan buah hatiku.
Ya Allah..
Kini tak tahu kemana hamba harus melangkah, hamba tak tentu arah. Tolong hambaMu ya Allah. Tiada tali tempat bergantung kecuali taliMu, tak ada pintu yang pantas diketuk kecuali pintuMu.
Jika hamba boleh memilih, maka ambillah nyawa hamba sebagai gantinya. Namun jika hamba tak diperkenankan untuk memilih, maka sembuhkanlah dia. Apabila Engkau beri anak hamba sembuh, maka sebagai bukti kesungguhanku, hamba akan keluar dari alam dunia selama seminggu. Semoga Engkau kabulkan doa hamba."

Tak lama kemudian, Allah berikan kesembuhan pada si anak dari penyakitnya, kini ia bisa bermain-main lagi dengan temannya, tidak cacat dan normal seperti lainnya. Namun anehnya sang ibu tidak segera memenuhi apa yang telah ia nadzarkan pada Allah.

Pada suatu malam ketika ibu tidur, ia bermimpi salah seorang menegurnya agar menepati janji yang telah ia ikrarkan, dan jika ia mengingkarinya maka siksaan pedih akan ditimpakan padanya, keluarga dan anaknya. Sambil terengah-engah ia bangun dari tidur, ia berfikir bagaimana caranya untuk memenuhi janjinya.

Pada pagi hari ia bercerita kepada keluarganya tentang nadzarnya, setelah berembug, maka semua keluarga ternyata mendukung agar nadzar tsb segera dilaksanakan.

Keluarga akhirnya menggali lubang kuburan di belakang rumah untuk ibu muda yang baru beranak satu, setelah selesai semuanya sang ibu masuk ke dalam liang kubur lengkap dengan accesoris mayat, mata, hidung, telinga dan jumlah 9 lubang dalam tubuhnya ditempel dengan kapas dan hanya mengenakan kain kafan.

Tak lama setelah sempurna proses penguburan, si ibu duduk bersila menghadap kiblat. Mulutnya komat-kamit membaca tahlil, tahmid, tasbih, takbir dan shalawat. Jari-jarinya bergerak-gerak seperti memutar tasbih, tubuhnya meliuk ke kanan ke kiri mengikuti irama dzikirnya.

Mendadak wajahnya seperti menangkap cahaya dari arah depan. Cahaya itu makin lama semakin menambah penasaran. Segera ia membuka kapas penutup matanya. Ia melihat lubang kecil yang semakin lama semakin membesar, menampilkan pemandangan luas hingga tak nampak lagi bahwa ia berada dalam lubang ukuran 2 meter.

Lalu ia mencoba melangkah ke pemandangan indah itu dan di sana ia mendapati sebuah kebun yang indah, luas tanpa batas yang hanya dihuni oleh dua orang
wanita berpakaian dan berkerudung putih-putih.

Dengan hati-hati ibu muda itu menyapa sambil mengucapkan
salam kepada keduanya.
"Assalamu 'alaikum."

Mereka berdua diam tidak menjawab salamnya, mereka hanya tersenyum.
Sang ibu muda bertanya:
"Maaf bu.. Kenapa kalian berdua tidak menjawab salam saya?"

Mereka menyalami tangan sambil menjawab: "Kita sudah tidak dituntut untuk menjawab salam (di akherat sudah tidak ada kewajiban sebagaimana di dunia).

Lalu si ibu bertanya lagi, "Memang di sini daerah mana bu, masuk kabupaten apa?"

Lagi-lagi mereka berdua tersenyum melihat ibu muda itu takjub melihat pemandangan di situ.
"Kamu lupa sama aku, perhatikan baik-baik. Aku ini istrinya mbah abdullah, yang ini istri mbah hadi, teman jamaah di masjid. Kamu pangling ya?" Tanya mereka

Sejenak jantung ibu muda ini berdetak, "Lho kalian berdua kan sudah mati. Lagian kok lebih muda kalian dibanding aku. Padahal jamaah di masjid dulu sampean udah tua-tua banget?
Lalu kenapa ada perbedaan antara kalian berdua, istri mbah abdullah memakai mahkota dan istri mbah hadi di atas kepala ada seekor burung yang terus menerus mematuk kepala?"

Wanita pertama istri mbah abdullah menjawab: "Aku di dunia adalah wanita solihah dan ketika aku meninggal dunia suamiku rela denganku karena aku selalu taat kepadanya."

Wanita yang kedua menjawab: "Sementara aku adalah wanita sholihah di dunia namun ketika aku meninggal dunia, suamiku dalam keadaan murka kepadaku karena aku sering membantah perkataannya dan tidak taat kepadanya, maka tolonglah aku. Jika kamu kembali ke dunia mintakan maaf kepada suamiku, katakan kepadanya keadaanku yang sebenarnya di sini."

Tak lama si ibu mendengar panggilan suami dan anaknya yang telah menjemputnya untuk keluar dari liang kubur setelah 7 hari ia di sana, maka si ibu keluar dan kembali ke rumahnya, banyak sekali yang mengunjunginya dan diantaranya tetangga ada pula hadir mbah hadi suami wanita yang meminta tolong untuk dimintakan kerelaan suaminya.

Mendengar cerita sang ibu muda, mbah hadi menangis sambil berkata: "Memang benar, aku dulu sempat murka kepada dia bahkan sampai ia meninggal, akan tetapi sekarang aku telah merelakannya."

Pada malam harinya si ibu bermimpi bahwa wanita yang semula dipatuk kepalanya oleh burung sekarang telah bebas dari siksaan itu berkah kerelaan suaminya.

(Sumber: CAP Cerita Anak Pesantren, Karya Jun Haris)

MISIK DARI SURGA

Ketika Nabi Adam alaihi salam diturunkan oleh Allah dari surga ke permukaan bumi, maka lepaslah segala accesoris, perhiasan dan mahkota tubuhnya dan dari tubuh hawa istrinya. Mereka kemudian telanjang dan dikarenakan malu,
maka pada saat turun itu juga mereka berdua menutupi auratnya dengan menggunakan beberapa daun-daunan yang tumbuh di surga. Hingga turun ke dunia pun, daun-daunan itu tetap menempel menutupi auratnya.

Mendengar kabar bahwa seorang khalifah diturunkan ke bumi, sepasang kijang datang mengunjungi berharap keberkahan dan ingin mengabdi sepenuhnya pada beliau. Namun mereka terkejut melihat sang junjungan hanya berpakaian dari daun, hingga akhirnya diutarakanlah maksud kedatangan mereka, yakni menyambut suka cita kedatangan nabi Adam dan istrinya. Sepasang kijang tsb berjanji akan mengabdi pada mereka.

"Wahai Nabiyullah adam, hamba berdua ingin menanyakan satu hal, bila itu diperkenankan! Kata kijang jantan.
"Katakanlah hai kijang!"
"Hamba mohon maaf atas kelancangan hamba dengan pertanyaan ini. Menurut firasat dan insting hamba, Anda adalah seorang nabiyullah, khalifatullah, kekasih Allah dan penghuni surga. Yang mana penghuni surga seharusnya memakai perhiasan yang indah, pakaian yang indah dan mengapa Anda berdua bahkan hanya memakai daun sebagai penutup aurat."

Kemudian nabiyullah Adam alaihi salam menceritakan awal mula mereka digoda iblis hingga akhirnya mereka harus di hukum pembuangan ke bumi.

Tanpa sadar, air mata kedua kijang itu menetes tak kuasa menahan haru. Siti hawa memeluk keduanya untuk melerai tangis mereka. Sedalam-dalamnya mereka ungkapkan rasa bela sungkawa kepada Siti hawa dan suaminya karena turun dari surga akibat tipu daya iblis laknatullah.

Atas segala niat yang terpuji dari sepasang kijang tsb, Nabi Adam alaihis salam kemudian memberikan hadiah sehelai daun yang dari surga sebagai rasa terima kasih atas perhatian dan belas asihnya mau mengunjungi dengan niat yang solihah. Dengan linangan air mata, kedua kijang itu memakan daun surga hadiah nabi adam dan istrinya.

Setelah berpamitan, sepasang kijang tsb berangkat pergi ke hutan dengan harapan sore nanti bisa membawakan nabi adam dan istrinya buah-buahan segar dari hutan.

Namun hal aneh terjadi, setelah memakan daun surga tubuh kedua kijang mengeluarkan bau dan aroma yang wangi atau biasa disebut "misik".

Melihat kijang punya keistimewaan, para hewan yang lain menjadi iri dan ingin memiliki seperti yang dimiliki kijang lalu mereka datang menuju Nabi Adam dan meminta daun penutup auratnya, mereka datang bukan dengan niat yang baik seperti kijang, akan tetapi dengan niat ingin berkulit indah dan wangi seperti kijang.

Melihat niat mereka yang tidak baik, maka Nabi Adam pun mengusir mereka dan tidak memberikan mereka sehelai daun pun.

Niat yang baik akan dibalas Allah dengan kebaikan dan keberkahan hidup. Maka jangan ragu-ragu untuk berniat baik kepada siapapun, kapanpun dan dimanapun meskipun anda belum bisa melakukannya.

(Qishasul Anbiya')

SUSAHNYA SAAT ISTRI NGIDAM

Wuhaib bin Al-Warrad menceritakan, “Kami mendengar kalau ‘Umar bin Abdul Aziz telah mendirikan rumah penyimpan bahan makanan yang khusus diperuntukkan bagi fakir miskin dan ibnu Sabil.

Lalu, pada suatu hari, ‘Umar melakukan inspeksi ke rumah bahan makanan tersebut dan ternyata di situ dia bertemu dengan seorang pelayan wanitanya yang sedang membawa mangkuk beirisi secangkir air susu.

‘Umar bertanya kepadanya, “Apa ini?”

Pelayannya menjawab, “Istrimu, Fathimah, sedang hamil dan dia menginginkan secangkir air susu. Jika perempuan yang sedang hamil menginginkan sesuatu, tetapi tidak dituruti, dikhawatirkan janin yang dikandungnya akan keguguran. Oleh karena itu, saya mengambil secangkir air susu dari sini.”

Kemudian, ‘Umar mengambil mangkuk itu dari pelayannya, lalu berjalan menuju istrinya sambil berkata dengan suara keras, “Seandainya yang ada dalam perutnya (janinnya) itu tidak mau makan kecuali dari makanan orang-orang miskin dan fakir… Demi Allah saya tidak akan memberi dia makanan!!!

Kemudian, ‘Umar masuk ke kamar istrinya. Istrinya pun bertanya, “Apa yang terjadi denganmu?”

‘Umar menjawab, “Dia (pembantu itu) menyangka kalau bayi yang kau kandung itu tidak mau makan kecuali hanya dari makanan orang-orang fakir dan miskin. Seandainya dia tidak mau makan kecuali hanya dari makanan itu… Demi Allah, saya tidak akan memberikan makan kepadanya.”

Istrinya berkata kepada pelayan tadi, “Celaka kamu, kembalikan air susu itu ke tempatnya. Demi Allah, saya tidak akan mencicipinya.”

Wuhaib bin Al-Warrad berkata, “Kemudian, pembantunya mengembalikan airu susu itu ke tempat penyimpanan makanan bagi kaum fakir dan miskin.”

(Sumber Hilyatul Auliya')

Kamis, 20 September 2012

MASUK SURGA KARENA KENTUT

Mungkin hal yang satu ini menurut sebagian orang adalah hal tabu atau juga menjijikkan. Bukan hanya bau dan suaranya saja yang bikin perkara, tapi mengenai adab dan sopan santun bergaul dan bermasyarakat. Cowok ke
ntut itu adalah hal yang memalukan, lebih malu lagi bila cewek kentut, apalagi di muka umum atau sempat terdengar suaranya atau tercium aromanya... Malu setengah mati, cantiknya wajahpun terasa hilang lenyap diterpa bau yang menyengat.

Percaya tidak ada orang bisa masuk surga karena kentut?
Seorang gadis cantik berjilbab pink, berjalan masuk menghampiri sebuah toko baju. Langkahnya santai lemah gemulai, hiasan gadis muslimah tinggi semampai. Segera ia memilah-milih baju yang ia anggap cocok, serasi dan wellgromed dengan warna kulitnya dan mampu menjadi penunjang penampilannya.

Tanpa berlama-lama ia memilih baju, sebab tampaknya perutnya mulai mules. Tengak tengok kiri kanan ternyata dalam toko tersebut tak disediakan toilet. Sambil terburu-buru ia pun takut muatan perutnya ambrol di dalam toko, maka ia pun membawa baju pilihannya menuju kasir.

Ketika di depan kasir, Belum sempat ia bicara pada kasir... Tiba-tiba keluar suara tanpa rupa dari dirinya..
Duuuut...
Duuuut...
"Waduh... Mampus gue.." pikir si gadis.

Mukanya yang cantik hilang lenyap manakala sang bayu busuk menyengat hidungnya. Raut muka yang anggun merona berubah merah pucat kekuning-kuningan menahan malu. Belum pernah ia dipermalukan seperti ini, tapi kali ini ia malu bukan alang kepalang akibat angin malang yang terjepit ikat pinggang.
"Waduh...Udah bunyi bau lagi lu... Mau ditaruh dimana muka gue... Bikin malu aja sih lu."

Sang kasir hanya melongo. Kupingnya yang masih waras mendengar suara angin itu, hidungnya yang masih normal masih dapat menerima bau yang tak sedap itu. Ia memandang si gadis penuh tanda tanya keheranan. Sementara si gadis hanya blingsatan malu yang tiada batas.

"Mbak bilang apa, kalau nawar baju ngomongnya yang keras dong!" Pinta sang kasir seolah-olah tak mendengar dan tak membau angin si gadis. Ia tak mau gadis tsb semakin bertambah malu di hadapannya, makanya ia berpura-pura sbg orang tuli yang kurang pendengaran.

"Alhamdulillah... Ternyata dia tuli.. Aman deh gue.. Kagak jadi malu. ihiirrr.." Bisik hati si gadis bersorak kegirangan.
Mukanya yang tadi pucat pasi kini kembali berseri lagi. Aib seorang cewek tertutupi berkat sang kasir yang pura-pura tuli.

Siapakah dia sang kasir yang berhati mulia, yang mampu menyembunyikan aib pembelinya?
Dialah Hatim, dan sejak kejadian itu ia terkenal dengan julukan Hatim Al Asom (Hatim si manusia tuli). Dan ia pun dengan senang hati menerima julukan tsb melekat pada dirinya.

Sekitar 1 bulan kematian, seorang teman hatim bermimpi seolah-olah ia bertemu dengan hatim al asom.
"Wahai hatim, apa yang telah kau dapatkan dari Allah, dan bagaimana pula DIA memperlakukan dirimu?"
"Allah memperlakukan aku dengan baik, bahkan aku mendapat nikmat kubur yang begitu besar, nikmat awal bagi para penghuni surga." Jawab hatim.
"Amalan apakah yang membuat dirimu mendapat perlakuan istimewa seperti itu?"
"Semua itu ku dapatkan, hanya karena perkara kentut. Seorang gadis membeli pakaian di tokoku. Tanpa sengaja ia kentut, namun aku pura-pura tak mendengarnya. Aku berlagak tuli. Bila aku tak berpura-pura tuli, maka bisa saja aku akan terjerumus memasyhurkan aibnya. Padahal sesama muslim harus saling menutupi aib dan cela antar sesama, bukan diobral kemana-mana. Jangan pula kau kabarkan rahasia orang lain kesana kemari, karena itulah rahasiamu juga ditutupi oleh Allah."

(Sumber: Elegi Kristal Pagi, Karya Raden Ratemin)

35 MASALAH WANITA

Kadang saya HERAN, menurut
Rasulullah saw kebanyakan penduduk neraka adalah wanita.
“Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah orang-orang fakir dan aku melihat ke dalam neraka maka aku men
yaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas dan Imran)

Padahal pintu-pintu kebaikan dan pintu-pintu surga terbuka buat wanita, dan Allah telah memudahkan wanita untuk masuk ke dalam surga, dan wanita telah mendapatkan KELEBIHAN dan KEISTIMEWAAN:

1. Wanita yang solehah itu lebih baik daripada 70 orang pria yang sholeh.
 
2. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama Rasulullah SAW di dalam surga.
 
3. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh takwa serta tanggungjawab, maka baginya adalah surga.
 
4. Dari Aisyah r.a. “Barang siapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.”
 
5. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.
 
6. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu surga. Masuklah dari mana pintu yang dia kehendaki dengan tanpa dihisab.
 
7. Wanita yang taat kepada suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama dia taat kepada suaminya beserta menjaga shalat dan puasanya).
 
8. Perempuan apabila shalat lima waktu, puasa bulan Ramadan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu surga mana saja yang dia kehendaki.
 
9. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah SWT memasukkan dia ke dalam surga lebih dahulu daripada suaminya (dengan jarak 10.000 tahun perjalanan).
 
10. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah SWT mencatat baginya setiap hari dengan 1000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1000 kejahatan.
 
11. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah SWT mencatat baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah
 
12. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
 
13. Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu hisapan dari susunya diberi satu kebajikan.
 
14. Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah SWT memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah
 
15. Seorang wanita solehah adalah lebih baik daripada 70 orang wali.
 
16. Seorang wanita yang jahat adalah lebih buruk dari pada 1000 pria yang jahat.
 
17. Rakaat sholat dari wanita yang hamil adalah lebih baik daripada 80 rakaat sholat wanita yang tidak hamil.
 
18. Wanita yang memberi minum air susu kepada anaknya dari badannya (payudaranya sendiri) akan dapat satu pahala dari pada tiap-tiap titik susu yang diberikannya.
 
19. Wanita yang melayani dengan baik suami yang pulang ke rumah dalam keadaan letih akan mendapat pahala jihad.
 
20. Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suami yang melihat isterinya dengan kasih sayang akan dipandang Allah dengan penuh rahmat.
 
21. Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan kemudian menjaga adab rumah tangganya akan masuk surga 500 tahun lebih awal daripada suaminya, akan menjadi ketua 70.000 malaikat dan bidadari dan wanita itu akan dimandikan di dalam surga, dan menunggu suaminya dengan menunggang kuda yang dibuat dari yakut.
 
22. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari karena menjaga anak yang sakit akan diampuni oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia menghibur anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadah.
 
23. Wanita yang memerah susu hewan dengan “bismillah” akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkatan.
 
24. Wanita yang mengadon tepung dengan “bismillah”, Allah akan memberkati rezekinya.
 
25. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti menyapu lantai di baitullah.
 
26. Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada siang hari.
 
27. Wanita yang hamil akan dapat pahala beribadah pada malam hari.
 
28. Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun solat dan puasa dan setiap kesakitan pada satu uratnya Allah mengurniakan satu pahala haji.
 
29. Sekiranya wanita mati dalam masa 40 hari selepas bersalin, dia akan dikira sebagai mati syahid.
 
30. Jika wanita melayani suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun sholat.
 
31. Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup tempo (2½ thn), maka malaikat-malaikat dilangit akan kabarkan berita bahwa surga wajib baginya. Jika wanita memberi susu badannya kepada anaknya yang menangis, Allah akan memberi pahala satu tahun solat dan puasa.
 
32. Jika wanita memijat suami tanpa disuruh akan mendapat pahala 7kg emas dan jika wanita memijat suami bila disuruh akan mendapat pahala 7kg perak.
 
33. Wanita yang meninggal dunia dengan ridha suaminya akan memasuki surga.
 
 34. Jika suami mengajarkan isterinya satu masalah akan mendapat pahala 80 tahun ibadah.
 
35. Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat, tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang menutupi auratnya yaitu
memakai jilbab di dunia ini dengan istiqamah.

Wallahu a’lam bishowab

SETEGUK OBAT PEMBAWA LAKNAT

Pada suatu ketika seorang ulama' besar periode Tabi'in keluar dari pesantrennya datang mengunjungi santrinya yang sedang menderita penyakit kronis yang kini ia dalam detik-detik akhir menghadapi sakarotul m
aut.

Pada saat itu si santri sudah tidak mampu untuk bangkit dan berdiri, bahkan santri itupun tak mampu lagi untuk duduk dan berucap sepatah katapun, bahkan mengucapkan syahadat pun ia sudah tak mampu. Sehingga sang kyai terpanggil hatinya untuk membantu meringankan beban santrinya di masa-masa injury time.

Beliau memulai menuntun dan mentalqininya membaca syahadat dengan pelan-pelan, namun lidah murid beliau sama sekali tidak dapat digerakkan untuk berucap syahadat, berulang-ulang kali Mbah kyai terus mengulangi talqinan, si santri tetap tak bergeming. Mulutnya menganga sementara matanya melotot mendelik ke atas dengan pandangan kosong tanpa arti.

Santrinya yang lain berkata:
"Maaf Mbah kyai, sebanyak tuan menuntunnya membaca syahadat, sebanyak itu pula tuan akan menemui kegagalan, ia tidak akan bisa mengucapkannya dan tidak akan mampu melafalkannya. Hal itu telah saya coba sebelum tuan tiba di sini. Saya sudah coba sekuat kemampuan saya, tapi saya tetap menemui kegagalan."

Tak lama kemudian ia meninggal dunia, Sang kyai pun keluar dari tempat santrinya sambil menangis sesenggukan tak kuasa meneteskan air mata karena merasa sedih melihat santrinya
meninggal dunia tanpa mengucapkan kalimat syahadat, mati tanpa iman dan islam di dadanya.

Selang beberapa hari setelah 40 hari kematian si santri, sang kyai bermimpi tentang muridnya, dalam mimpinya ia melihat bahwa si santri sedang tertarik menuju neraka. Sang guru terkejut, lalu beliau bertanya kepada si santri: "Wahai muridku mengapa kamu ketika hendak meninggal dunia tidak bisa mengucapkan syahadat?"

Ia menjawab: "Wahai guruku, dahulu semasa saya hidup, saya mengidap suatu penyakit kronis, kemudian saya berobat kepada seorang dokter, ia menyarankan saya untuk minum obat berupa khomer, aturan minum dan resepnya adalah saya dalam setahun saya harus meneguk satu guci khomer dan jika tidak saya menjalankan saran dan resep dokter, maka penyakit itu akan terus melekat pada diri saya, karena saya ingin segera sembuh, saya pun lakukan saran dokter, setiap setahun sekali saya menghabiskan minuman khomer satu guci."

"Setahun kemudian, karena kesehatan saya sedikit membaik ukuran obat saya setengah guci dalam setahun. Hingga tahun ketujuh ukuran obat saya tinggal satu sloki setahun. Tapi setelah masuk tahun kedelapan penyakit saya kembali kambuh dan waktu itu saya tahu guru datang menuntun saya membaca syahadat, tapi mulut dan lidah saya kelu tak bisa ucapkan yang guru ajarkan."

Sang kyai kemudian berkata, "Sebesar apapun penyakit pasti ada obatnya, kecuali penyakit tua. Allah menciptakan penyakit pasti pula menciptakan obat. Dan Allah tak pernah menciptakan obat dari perkara haram. Bila ada dokter memberi resep obat dari perkara haram, maka ia bukanlah mengobatimu tapi ia justru membunuhmu."

(Sumber: CAP, Cerita Anak Pesantren, Karya Jun Haris)

BIARKANLAH TIKUS KRASAN DI RUMAHKU

Dalam sebuah riwayat dikisahkan,
Imam malik rahimahullah adalah guru besar sang Imam Syafi'i rahimahullah, beliau banyak menimba ilmu dari gurunya, mulai ilmu nahwu shorof, tafsir quran, hadits dan mustha
lah hadits. Tak lupa akhlak dari imam malik sangatlah mengagumkan dimata imam syafi'i.

Pernah suatu hari imam malik tak makan gara-gara makanannya dimakan tikus dan cecurut di rumahnya. Bahkan kejadian tersebut berbulan-bulan ia alami.
"Guru, kenapa anda tidak makan?" tanya syafi'i muda.
"Aku selalu kalah start dari tikus dan cecurut di rumah. Tapi tiada apa, mungkin itu sudah menjadi rejeki tikus."
"Kenapa guru tidak pelihara kucing untuk menakutinya, kenapa pula guru tidak menjebak atau mengusirnya? Bukankah hal itu bisa menjadikan masalah bila tikus beranak pinak bertambah banyak?" tanya syafi'i muda.

Imam malik tersenyum sambil menepuk-nepuk pundak santrinya, "Kamu benar muridku. Tapi setidaknya sebelum bertindak kita harus melihat masalah dari berbagai sudut dan sisi, jangan menilik dari satu sisi saja. Sebab orang yang menyimpulkan masalah dari satu sudut pandang saja maka ia terjatuh dalam ketidak-adilan. Bila jatuh dalam ketidak-adilan maka ia akan terjatuh dalam tindak kesewenang-wenangan dan kedzaliman. Bila jatuh pada kedzaliman maka ia jatuh dalam dosa dan permusuhan."

Syafi'i muda mendengar petuah gurunya dengan penuh takdzim dan pemahaman. Ilmu bagi syafi'i muda tak hanya didapat melalui bangku sekolah dan pengajian yang formal saja, justru ilmu terkadang harus didapatkan melalui kegiatan non-formal, penerapan dan bukan teori belaka. Ia manggut-manggut takjub dan terkagum-kagum atas jawaban gurunya.

Imam malik menambahkan, "Aku bisa saja mengusir dan memberantas tikus dan cecurut dari rumahku. Tapi ketahuilah, ketika aku melakukan itu maka tikus dan cecurut tersebut justru akan lari dan ganti mengganggu rumah-rumah tetanggaku. Dan kamu tahu, bahwa ketidak-nyamanan tetanggaku adalah berasal dari tikus dan cecurut yang melarikan diri dari rumahku. Itu semua berarti akulah sumber ketidak-nyamanan itu.
Jadi, biarkanlah tikus dan cecurut itu krasan di rumahku."

Subhanallah...
Imam syafi'i muda tercengang atas definisi gurunya tentang menjaga perasaan tetangga, sikap dan sifat rela berkorban demi menjaga kerukunan dan silaturrahim dalam kehidupan bertetangga.

(Sumber: Nashaihud Diniyyah Wa Washayal Imaniyyah)