Kamis, 20 Desember 2012

PESONA IMAM SYAFI'I

Pada suatu hari Imam Asy-Syafi’i ra datang berkunjung ke rumah al-Imam Ahmad bin Hambal. Seusai makan malam bersama, Imam Asy-Syafi’i masuk ke kamar yang telah disediakan untuknya, dan beliau segera berbaring (tidur) hingga esok fajar.

Puteri Imam Ahmad yang mengamati Imam Syafi’i sejak awal kedatangannya hingga masuk kamar tidur, terkejut melihat teman dekat ayahnya itu. Dengan terheran-heran ia bertanya, “Ayah…, ayah selalu memuji dan mengatakan bahwa Imam Syafi’i itu seorang ulama yang amat alim. Tapi setelah kuperhatikan dengan seksama, pada dirinya banyak hal yang tidak berkenan di hatiku, dan tidak sealim yang kukira.”

Imam Ahmad bin hambal agak terkejut mendengar perkataan puterinya. Ia balik bertanya,
“Ia seorang yang alim, anakku. Mengapa engkau berkata demikian?”
Sang putri berkata lagi, “Aku perhatikan ada tiga hal kekurangannya, Ayah.
Pertama, pada waktu disuguhi makanan, makannya lahap sekali. Kedua, sejak masuk ke kamarnya, ia tidak shalat malam dan baru keluar dari kamarnya sesudah tiba shalat subuh. Ketiga, ia shalat subuh tanpa berwudhu lebih dahulu."

Imam Ahmad bin hambal merenungkan perkataan puterinya itu, maka untuk mengetahui lebih jelasnya dia menyampaikan pengamatan puterinya kepada Imam Syafi’i.

Maka Imam Syafi’i tersenyum mendengar pengaduan puteri Imam Ahmad tersebut. Lalu dia berkata, “Wahai Ahmad sahabatku, ketahuilah olehmu. Aku banyak makan di rumahmu karena aku tahu makanan yang ada di rumahmu jelas halal dan thoyib. Maka aku tidak meragukannya sama sekali. Karena itulah aku bisa makan dengan tenang dan lahap. Lagi pula aku tahu engkau adalah seorang pemurah.
Makanan orang yang pemurah itu adalah obat, sedangkan makanan orang kikir adalah penyakit.
Aku makan semalam bukan untuk kenyang, akan tetapi untuk berobat dengan makananmu itu, wahai Ahmad.

Sedangkan mengapa aku semalam tidak shalat malam, karena ketika aku meletakkan kepalaku di atas bantal tidur, tiba-tiba seakan aku melihat dihadapanku kitab Allah dan sunnah RasulNya. Dengan izin Allah, malam itu aku dapat menyusun 72 masalah ilmu fiqih Islam sehingga aku tidak sempat shalat malam lebih lama.

Sedangkan kenapa aku tidak wudhu lagi ketika shalat subuh, karena aku pada malam itu tidak dapat tidur sekejap pun. Aku semalam tidak tidur sehingga aku shalat fajar dengan wudhu shalat Isya’. Karena kebiasaanku menggunakan wudlu shalat isya'ku untuk shalat subuh. Dan itu sudah berlangsung lama semenjak aku masuk akil baligh."

(Sumber: Manaqibus Syafi'i rahimahulloh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar