Kamis, 20 Desember 2012

WTS SABA PESANTREN

Malam itu, seorang wanita cantik datang ke pesantren kami. Penampilan yang gemulai, kaos merah lengan pendek yang pressbody, dibalut celana panjang pensil, kerudung putih menutupi rambut bagian belakang. Hal ini menambah rasa penasaran.

Setelah salam dan masuk ke ruang tamu di rumah pak kyai, wanita cantik itupun mengutarakan maksud kedatangannya,
"Maaf pak kyai, nama saya Elvira, sowan saya kemari tiada lain mau minta PENGLARISAN. Karena dagangan saya akhir-akhir ini mulai sepi pembeli, sebab saya banyak mendapat saingan oleh para pedagang baru yang notabene umurnya lebih muda dari saya."
"Umur sampeyan?"
"23, pak!"
"Rumah sampeyan?"
"Surabaya, pak?"
"Oh.. Pantes. Dagang di kota besar emang banyak saingan, kalau kita gak pinter-pinter mengelola keuangan dan modal dobel bisa-bisa bangkrut."
"Tapi dagangan saya modalnya ya begini ini, pak kyai!"
"Emang Sampeyan dagang apa, mbak?"
"Dagang buah, pak kyai!"
"Sudah lama sampeyan menekuni pekerjaan itu?"
"Sejak kelas 2 SMA, ya sekitar 7 tahunan!"
"Emang buah apa saja yang sampeyan jual?"
"Cuma satu macam, pak!"
"Lho...?"
"Saya jualan buah dada, sekaligus tubuh saya. Untuk menyambung hidup keluarga dan sekolah adik-adik saya. Bapak sudah meninggal dan ibu saya adalah janda dengan 6 orang anak. Saya adalah anak yang pertama."

Astaghfirullah al adzim.. Bisik hati pak kyai. Apa gak nyasar ya orang ini, jual kesucian kok minta penglarisan. Tapi karena didorong oleh rasa kasihan, pak kyaipun kemudian hanya diam mendengar tangisan penuturan balada hidupnya, dan kisah hidup keluarga si gadis cantik itu yang ternyata adalah WTS (Wanita Tuna Susila)

"Jadi niat sampeyan melakukan pekerjaan ini adalah demi menghidupi ibu dan adik-adik sampeyan?"
"Betul pak kyai, selain itu KEBAHAGIAAN adalah tujuan utama saya, karena terus terang, hidup saya seakan tanpa arah dan tujuan. Sampai detik ini saya belum pernah merasakan apa itu kedamaian dan kebahagiaan dalam hati!"
"Kalau demikian niat dan tujuan sampeyan kemari.. Ok saya bantu. Tapi apa sampeyan bisa menepati syarat-syarat PENGLARISAN ini?"
"Apapun syarat yang pak kyai minta, akan saya tepati!"
"Persyaratan penglarisan ini berat, meski dibilang tak ada hubungannya sama sekali dengan uang atau materi, tapi WAKTU!"
"Saya akan berusaha menurut pada petunjuk kyai."
"Syarat pertama, Sampeyan harus MANDI JINABAT keramas sebanyak 41 hari. Dan dilakukan dini hari jam 12 ke atas. Bagaimana sanggup?"

Si gadis diam. Lalu menjawab, "Baik pak kyai, saya sanggup mandi malam keramas selama 41 malam!"
Saya kan tiap hari kerja malam, aih.. Gampang amat syaratnya, pikir si gadis.
"Bagus... Syarat kedua, sampeyan HARUS SELALU MENJAGA KESUCIAN selama 41 Hari. Selama itu badan sampeyan harus selalu SUCI. Sampeyan harus menjauhi segala hal yang membatalkan wudlu. Bila kentut atau buang air sampeyan harus langsung wudlu lagi. Mau tidur wudlu dulu, bangun tidur juga langsung wudlu!"
"Dengan begitu, pekerjaan saya gak terganggu kan, pak kyai?"
"Oh gak kok, mbak. Silahkan kerjakan pekerjaan sampeyan yang menurut sampeyan baik dan bermanfaat, tapi sampeyan harus selalu suci dan tak boleh batal. Apa sampeyan sanggup?"

Si gadis kali ini tersenyum. Dia berpikir, Saya pasti bisa melakukannya ... ini kan pekerjaan enteng dan mudah! Anak TK pun bisa. Setiap orang juga mampu melakukannya.. Ada ada aja pak kyai satu ini.

"Syarat ketiga.. Apa pak kyai..?"
 
"Syarat yang ketiga, ketika sampeyan selesai keramas malam, sampeyan harus melakukan SHALAT MALAM sebanyak 11 rakaat dan harus dilakukan rutin tiap malam.
2 rakaat shalat taubatan nasuha
2 rakaat shalat Meminta ridho Allah swt
2 rakaat shalat birrul walidain
2 rakaat shalat hajat
3 rakaat shalat witir
Setelah itu duduk membaca wirid ini." Kata pak kyai sambil menyodorkan tulisan yang ditulis dengan abc biasa, tidak ditulis dengan huruf arab.
"Tapi saya gak bisa shalat yang begitu-begituan, tolong minta ditulis sekalian!"
"Tapi sampeyan bisa shalat kan?"
"Bisa pak, di komplek juga ada pengajiannya juga kok!"
"Oo... Begitu." kata pak kyai. "Ya sudah saya tuliskan niat shalat-shalat itu sekalian."

Setelah selesai menulis dan menerima kertas dari pak kyai, si gadis pun pamitan pulang. Si gadis berniat memberikan amplop kepada pak kyai.
"Apa ini.. Bawa pulang saja. Berikan pada ibu dan adik-adik sampeyan. Sampeyan kan kesusahan, tak perlu saya menambah kesusahan sampeyan. Bukankah begitu?"
"Tapi pak kyai..?"
"Gak pakai tapi-tapian. Ibu dan adik-adik sampeyan lebih membutuhkan!"
Si gadis pun pulang ke surabaya malam itu.

Sampai di rumah, ia langsung ke kamar mandi wudlu. Ia ikuti petunjuk pak kyai. Dandan rapi, pakai minyak wangi, kosmetik ia masukkan dalam tas kecilnya. Tak lupa secarik kertas dari pak kyai ia selipkan di dalamnya. Ia pun berangkat kerja.

Tiba di komplek, ia langsung dapat job. Tak tanggung-tangung kali ini kontraktor apartemen membokingnya. Ih mujur amat gue malam ini dapat mangsa kelas kakap, bisiknya.

Setelah tawar menawar harga, akhirnya sepakat, ia dibawa ke sebuah apartemen. Masih di komplek, Dalam hati ia bingung, ketika si hidung belang meraih tangannya. Terpikir olehnya, laki-laki megang tangan saya kan.. waduh.. batal dong wudlu saya..

"Maaf mas, saya mau ke kamar mandi.. bentar saja!"
"Ok.." sahut hidung belang.
Di kamar mandi ia pun wudlu kembali. Sip.. Sekarang saya sudah suci.. Kerja lagi.

Dalam apartemen, ia berkata, "Mas jangan pegang-pegang atau ngapa-ngapain saya ya, nanti wudlu saya batal lagi, saya capek mas bolak-balik ke kamar mandi, nih udah 7 kali saya wudlu."
"Lho saya udah bayar kamu mahal untuk melayani saya. Bukan untuk lihat kamu wira-wiri ke kamar mandi."
"Ya udah.. saya layani mas. Mau kopi, teh atau apa aku buatin mas.."
"Aku mau kamu melayani aku!" Hidung belang mulai marah.
"Untuk yang begituan maaf aja mas, saya gak bisa, saya mau melayani mas, tapi saya gak disentuh, saya gak mau wudlu saya batal."

Akhirnya, berlalulah si hidung belang darinya. Tak sepeser pun uang ia dapatkan. Begitu juga hari-hari berikutnya, tak disangka dirinya begitu laris namun tak satupun lelaki mampu menaklukkannya membatalkan wudlu. Juga tak ada uang ia hasilkan. si gadis semakin bingung dengan dirinya sendiri. Di sisi lain ia butuh uang, tapi di sisi lain ia sudah berkata "SANGGUP" memenuhi persyaratan. Ini pilihan sulit, pilih uang atau menepati janji. Dan ia lebih memilih tidak mendapat uang daripada harus membatalkan wudlunya.

Malam-malam yang ia lewati, ia mandi keramas, shalat malam dan wirid. Dan anehnya, wirid yang ditulis pak kyai untuk ia amalkan cuma SYAHADAT, TASBIH, ISTIGHFAR, SHALAWAT DAN AYAT KURSI yang masing-masing dibaca 11x. Begitu besar pengaruhnya pada gadis WTS ini.

"Kalau tiap hari aku gak dapat uang, bagaimana aku menghidupi ibu dan adik-adikku?
Tapi meski aku gak dapat uang, hatiku bisa menemukan kedamaian dan kebahagiaan.
Sementara aku tak tega lihat ibu jualan sayur keliling...
Ya Allah beri hamba jalan terbaik...

Seminggu berlalu, si gadis kembali datang ke pesantren pak kyai. Ia utarakan semua yang telah ia lakukan.
"Pak kyai.. Apa tidak ada keringanan bagi saya, tentang syarat-syarat itu? Kalau begini saya gak bisa lagi menghidupi ibu dan adik-adik saya lagi..
Kini ibu saya malah jualan sayuran keliling, hati saya merintih dengan semua ini, sementara adik-adik saya mendapat teguran dari BP3 karena tunggakan SPP. Tolong pak kyai, beri saya solusi.."


"Baiklah, bila sampeyan mau, tinggallah di pesantren ini, pada siang hari. Dan sore hari sampeyan boleh pulang." Kata pak kyai
"Maksudnya, pak kyai?"
"Sampeyan bisa memasak kan?"
"Bisa pak!"
"Ya sudah, Sampeyan sementara di sini saja, masak sama santri-santri putri yang menetap di sini, bagaimana?"
"Apa saya gak merepotkan pak?"
"Ya Gak lah, sampeyan pulang dulu pamit sama ibu. Ini ada sangu buat sampeyan!" Pak kyai mengulurkan amplop berisi uang. Si gadis hanya menangis tak tahu harus berbuat apa.
"Kalau ibu sampeyan setuju, Mulai besok pagi, sampeyan memasak sama santri-santri putri di sini, sebab bu nyai repot sendirian ngurus semuanya. Apalagi lagi banyak tukang dan kuli bangunan yang lagi kerja."

"Kasihan ya bah.." kata ibu nyai saat melepas kepergian si gadis.
"Ya mudah-mudahan bu.. Allah membuka pintu hidayah kepadanya. Saya lihat anak itu sudah ada tanda-tanda mau berhenti dari kegiatan kotornya. Siapa tahu dia mau bertaubat kembali pada jalan yang benar, tetap dalam bakti pada orangtuanya, tanpa harus melakukan tindakan asusila."
"Amin. Mudah-mudahan Allah memberikan hidayah pada kita semua."

Begitulah, akhirnya si gadis membantu memasak di pesantren itu di siang hari. Malam ia berada di rumah. Tak lupa ibu nyai membawakan sekedar oleh-oleh untuk ibunya. Alangkah terkejutnya si gadis, saat ibu nyai memberikan sebuah amplop kepadanya.
"Apa-apaan ini bu? Saya di sini cuma bantu-bantu saja, bukan kerja. Saya bisa bantu-bantu disini sudah senang jangan lagi memberati pikiran saya dengan menerima uang dari ibu nyai."
"Yang memberi uang sama sampeyan itu lho siapa? Aku cuma nitip ini, berikan pada ibumu! Saya memberi untuk ibumu, bukan untuk kamu!"
"Tapi saya gak bisa menerima itu bu!"
"Kalau kamu gak mau dititipi ya sudah gak apa-apa, nanti pak kyai dan saya sendiri yang akan datang pada ibumu!"

Door..
Hati gadis itu bagai disambar halilintar. Haru bercampur bahagia mengaduk-aduk perasaan dan batinnya. Suara tangisnya pun tak dapat dibendung. Tatkala dunia tak bersahabat dengannya, ternyata Allah masih menghargainya dengan mengirim penolong dalam hidupnya. Di saat dunia saling merebutkan untungnya masing-masing ternyata masih ada satu celah untuk menghargai kebersamaan.

"Ya Allah..." Teriak gadis itu sambil bersimpuh memeluk lutut bu nyai. Perasaannya meledak tanpa bisa ditahan. Gemuruh kekosongan jiwa ia tumpahkan sejadi-jadinya lewat tangisnya.

Perlahan bu nyai mengelus-elus kepalanya yang sekarang sudah berjilbab. Seperti usapan kasih sayang dari ibu untuk anaknya.
"Kamu sekarang sudah menjadi salah satu bagian dari warga pesantren. Jadi masalahmu adalah masalah kami juga. Kesusahanmu adalah kesusahan kami juga. Kami akan terus berusaha membantumu sebisanya. Jadi tolonglah.. Jangan buat pak kyai kecewa karenamu. Biarkanlah masa lalu yang kelam cuma jadi sejarah dan kenangan. Biarlah membusuk seiring berjalannya waktu.
Ingatlah.. Anakku.. Allah tak akan memberikan kesengsaraan pada hambaNya yang benar-benar bertaubat dan menyesali perbuatannya. Asal kita benar-benar dan sungguh-sungguh mengganti perbuatan buruk kita dengan perbuatan yang baik dan bermanfaat."

Nasehat bu nyai menancap dalam ke dasar sanubarinya. Di rumah, biasanya ia gunakan pergi kerja ke komplek kini perlahan ia tinggalkan. Semalaman ia hanya membaca Quran yang siang hari ia pelajari dari bu nyai. Kegiatan keramas malam, shalat malam dan wirid semakin ia perbanyak. Bahkan tak jarang ia tak tidur semalaman. Sementara itu, ibu dan adik-adiknya malah ikutan ngaji dan shalat bersamanya hingga ia pun mampu memenuhi persyaratan genap 41 hari.

Bulan-bulan berlalu, si gadis tampak betah di pesantren. Bahkan 2 adiknya, menyusul untuk menetap di sana. Perlaha tapi pasti, perubahan muncul dalam diri dan keluarganya. Hingga pada akhirnya, pak kyai menemukan seorang pemuda untuknya dan menikahkannya. Kabar terakhir suaminya menjadi seorang pejabat tinggi di daerah sumbawa. Ia kini dan suami yang shalih itu, menjadi donatur tetap pesantren. Tiap 3 bulan ia sekeluarga mengunjungi pak kyai dan bu nyai yang telah berjasa mengangkatnya dari dunia hitam.
Bahkan kesibukannya makin bertambah setelah kini juga menjadi guru ngaji dan guru PAUD.

Rahasia Allah siapa yang tahu. Yang pasti berbuat baik bagi sesama adalah tanda-tanda dari orang yang bermanfaat.
Tamat


 (Sumber: CAP Cerita Anak Pesantren, Karya Jun Haris)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar