"Ya Allah.. Segala ikhtiar segala usaha telah hamba
tempuh,
berbagai doa telah hamba panjatkan, bermacam cara telah hamba lakukan,
tumpukan harta telah hamba korbankan demi kesembuhan buah hatiku.
Ya Allah..
Kini tak tahu kemana hamba harus melangkah, hamba tak tentu arah. Tolong hambaMu ya Allah. Tiada tali tempat bergantung kecuali taliMu, tak ada pintu yang pantas diketuk kecuali pintuMu.
Jika hamba boleh memilih, maka ambillah nyawa hamba sebagai gantinya. Namun jika hamba tak diperkenankan untuk memilih, maka sembuhkanlah dia. Apabila Engkau beri anak hamba sembuh, maka sebagai bukti kesungguhanku, hamba akan keluar dari alam dunia selama seminggu. Semoga Engkau kabulkan doa hamba."
Tak lama kemudian, Allah berikan kesembuhan pada si anak dari penyakitnya, kini ia bisa bermain-main lagi dengan temannya, tidak cacat dan normal seperti lainnya. Namun anehnya sang ibu tidak segera memenuhi apa yang telah ia nadzarkan pada Allah.
Pada suatu malam ketika ibu tidur, ia bermimpi salah seorang menegurnya agar menepati janji yang telah ia ikrarkan, dan jika ia mengingkarinya maka siksaan pedih akan ditimpakan padanya, keluarga dan anaknya. Sambil terengah-engah ia bangun dari tidur, ia berfikir bagaimana caranya untuk memenuhi janjinya.
Pada pagi hari ia bercerita kepada keluarganya tentang nadzarnya, setelah berembug, maka semua keluarga ternyata mendukung agar nadzar tsb segera dilaksanakan.
Keluarga akhirnya menggali lubang kuburan di belakang rumah untuk ibu muda yang baru beranak satu, setelah selesai semuanya sang ibu masuk ke dalam liang kubur lengkap dengan accesoris mayat, mata, hidung, telinga dan jumlah 9 lubang dalam tubuhnya ditempel dengan kapas dan hanya mengenakan kain kafan.
Tak lama setelah sempurna proses penguburan, si ibu duduk bersila menghadap kiblat. Mulutnya komat-kamit membaca tahlil, tahmid, tasbih, takbir dan shalawat. Jari-jarinya bergerak-gerak seperti memutar tasbih, tubuhnya meliuk ke kanan ke kiri mengikuti irama dzikirnya.
Mendadak wajahnya seperti menangkap cahaya dari arah depan. Cahaya itu makin lama semakin menambah penasaran. Segera ia membuka kapas penutup matanya. Ia melihat lubang kecil yang semakin lama semakin membesar, menampilkan pemandangan luas hingga tak nampak lagi bahwa ia berada dalam lubang ukuran 2 meter.
Lalu ia mencoba melangkah ke pemandangan indah itu dan di sana ia mendapati sebuah kebun yang indah, luas tanpa batas yang hanya dihuni oleh dua orang
wanita berpakaian dan berkerudung putih-putih.
Dengan hati-hati ibu muda itu menyapa sambil mengucapkan
salam kepada keduanya.
"Assalamu 'alaikum."
Mereka berdua diam tidak menjawab salamnya, mereka hanya tersenyum.
Sang ibu muda bertanya:
"Maaf bu.. Kenapa kalian berdua tidak menjawab salam saya?"
Mereka menyalami tangan sambil menjawab: "Kita sudah tidak dituntut untuk menjawab salam (di akherat sudah tidak ada kewajiban sebagaimana di dunia).
Lalu si ibu bertanya lagi, "Memang di sini daerah mana bu, masuk kabupaten apa?"
Lagi-lagi mereka berdua tersenyum melihat ibu muda itu takjub melihat pemandangan di situ.
"Kamu lupa sama aku, perhatikan baik-baik. Aku ini istrinya mbah abdullah, yang ini istri mbah hadi, teman jamaah di masjid. Kamu pangling ya?" Tanya mereka
Sejenak jantung ibu muda ini berdetak, "Lho kalian berdua kan sudah mati. Lagian kok lebih muda kalian dibanding aku. Padahal jamaah di masjid dulu sampean udah tua-tua banget?
Lalu kenapa ada perbedaan antara kalian berdua, istri mbah abdullah memakai mahkota dan istri mbah hadi di atas kepala ada seekor burung yang terus menerus mematuk kepala?"
Wanita pertama istri mbah abdullah menjawab: "Aku di dunia adalah wanita solihah dan ketika aku meninggal dunia suamiku rela denganku karena aku selalu taat kepadanya."
Wanita yang kedua menjawab: "Sementara aku adalah wanita sholihah di dunia namun ketika aku meninggal dunia, suamiku dalam keadaan murka kepadaku karena aku sering membantah perkataannya dan tidak taat kepadanya, maka tolonglah aku. Jika kamu kembali ke dunia mintakan maaf kepada suamiku, katakan kepadanya keadaanku yang sebenarnya di sini."
Tak lama si ibu mendengar panggilan suami dan anaknya yang telah menjemputnya untuk keluar dari liang kubur setelah 7 hari ia di sana, maka si ibu keluar dan kembali ke rumahnya, banyak sekali yang mengunjunginya dan diantaranya tetangga ada pula hadir mbah hadi suami wanita yang meminta tolong untuk dimintakan kerelaan suaminya.
Mendengar cerita sang ibu muda, mbah hadi menangis sambil berkata: "Memang benar, aku dulu sempat murka kepada dia bahkan sampai ia meninggal, akan tetapi sekarang aku telah merelakannya."
Pada malam harinya si ibu bermimpi bahwa wanita yang semula dipatuk kepalanya oleh burung sekarang telah bebas dari siksaan itu berkah kerelaan suaminya.
(Sumber: CAP Cerita Anak Pesantren, Karya Jun Haris)
Ya Allah..
Kini tak tahu kemana hamba harus melangkah, hamba tak tentu arah. Tolong hambaMu ya Allah. Tiada tali tempat bergantung kecuali taliMu, tak ada pintu yang pantas diketuk kecuali pintuMu.
Jika hamba boleh memilih, maka ambillah nyawa hamba sebagai gantinya. Namun jika hamba tak diperkenankan untuk memilih, maka sembuhkanlah dia. Apabila Engkau beri anak hamba sembuh, maka sebagai bukti kesungguhanku, hamba akan keluar dari alam dunia selama seminggu. Semoga Engkau kabulkan doa hamba."
Tak lama kemudian, Allah berikan kesembuhan pada si anak dari penyakitnya, kini ia bisa bermain-main lagi dengan temannya, tidak cacat dan normal seperti lainnya. Namun anehnya sang ibu tidak segera memenuhi apa yang telah ia nadzarkan pada Allah.
Pada suatu malam ketika ibu tidur, ia bermimpi salah seorang menegurnya agar menepati janji yang telah ia ikrarkan, dan jika ia mengingkarinya maka siksaan pedih akan ditimpakan padanya, keluarga dan anaknya. Sambil terengah-engah ia bangun dari tidur, ia berfikir bagaimana caranya untuk memenuhi janjinya.
Pada pagi hari ia bercerita kepada keluarganya tentang nadzarnya, setelah berembug, maka semua keluarga ternyata mendukung agar nadzar tsb segera dilaksanakan.
Keluarga akhirnya menggali lubang kuburan di belakang rumah untuk ibu muda yang baru beranak satu, setelah selesai semuanya sang ibu masuk ke dalam liang kubur lengkap dengan accesoris mayat, mata, hidung, telinga dan jumlah 9 lubang dalam tubuhnya ditempel dengan kapas dan hanya mengenakan kain kafan.
Tak lama setelah sempurna proses penguburan, si ibu duduk bersila menghadap kiblat. Mulutnya komat-kamit membaca tahlil, tahmid, tasbih, takbir dan shalawat. Jari-jarinya bergerak-gerak seperti memutar tasbih, tubuhnya meliuk ke kanan ke kiri mengikuti irama dzikirnya.
Mendadak wajahnya seperti menangkap cahaya dari arah depan. Cahaya itu makin lama semakin menambah penasaran. Segera ia membuka kapas penutup matanya. Ia melihat lubang kecil yang semakin lama semakin membesar, menampilkan pemandangan luas hingga tak nampak lagi bahwa ia berada dalam lubang ukuran 2 meter.
Lalu ia mencoba melangkah ke pemandangan indah itu dan di sana ia mendapati sebuah kebun yang indah, luas tanpa batas yang hanya dihuni oleh dua orang
wanita berpakaian dan berkerudung putih-putih.
Dengan hati-hati ibu muda itu menyapa sambil mengucapkan
salam kepada keduanya.
"Assalamu 'alaikum."
Mereka berdua diam tidak menjawab salamnya, mereka hanya tersenyum.
Sang ibu muda bertanya:
"Maaf bu.. Kenapa kalian berdua tidak menjawab salam saya?"
Mereka menyalami tangan sambil menjawab: "Kita sudah tidak dituntut untuk menjawab salam (di akherat sudah tidak ada kewajiban sebagaimana di dunia).
Lalu si ibu bertanya lagi, "Memang di sini daerah mana bu, masuk kabupaten apa?"
Lagi-lagi mereka berdua tersenyum melihat ibu muda itu takjub melihat pemandangan di situ.
"Kamu lupa sama aku, perhatikan baik-baik. Aku ini istrinya mbah abdullah, yang ini istri mbah hadi, teman jamaah di masjid. Kamu pangling ya?" Tanya mereka
Sejenak jantung ibu muda ini berdetak, "Lho kalian berdua kan sudah mati. Lagian kok lebih muda kalian dibanding aku. Padahal jamaah di masjid dulu sampean udah tua-tua banget?
Lalu kenapa ada perbedaan antara kalian berdua, istri mbah abdullah memakai mahkota dan istri mbah hadi di atas kepala ada seekor burung yang terus menerus mematuk kepala?"
Wanita pertama istri mbah abdullah menjawab: "Aku di dunia adalah wanita solihah dan ketika aku meninggal dunia suamiku rela denganku karena aku selalu taat kepadanya."
Wanita yang kedua menjawab: "Sementara aku adalah wanita sholihah di dunia namun ketika aku meninggal dunia, suamiku dalam keadaan murka kepadaku karena aku sering membantah perkataannya dan tidak taat kepadanya, maka tolonglah aku. Jika kamu kembali ke dunia mintakan maaf kepada suamiku, katakan kepadanya keadaanku yang sebenarnya di sini."
Tak lama si ibu mendengar panggilan suami dan anaknya yang telah menjemputnya untuk keluar dari liang kubur setelah 7 hari ia di sana, maka si ibu keluar dan kembali ke rumahnya, banyak sekali yang mengunjunginya dan diantaranya tetangga ada pula hadir mbah hadi suami wanita yang meminta tolong untuk dimintakan kerelaan suaminya.
Mendengar cerita sang ibu muda, mbah hadi menangis sambil berkata: "Memang benar, aku dulu sempat murka kepada dia bahkan sampai ia meninggal, akan tetapi sekarang aku telah merelakannya."
Pada malam harinya si ibu bermimpi bahwa wanita yang semula dipatuk kepalanya oleh burung sekarang telah bebas dari siksaan itu berkah kerelaan suaminya.
(Sumber: CAP Cerita Anak Pesantren, Karya Jun Haris)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar