Rabu, 17 Oktober 2012

SYUKUR DI ATAS PENDERITAAN ORANG LAIN

Sirri al-Saqothi adalah salah seorang Sufi, beliau pernah berkata, ”Sudah tiga puluh tahun aku beristighfar kepada Allah hanya karena ucapan al-hamdulillah yang keluar dari mulutku.”

Junaid Al Baghdad

y santri syeikh Sirri As Saqoty bercerita tentang gurunya. "Tentu saja banyak orang menjadi bingung dengan pernyataan guru sirri, lalu Akupun bertanya kepada beliau, ”Wahai Guru, Bagaimana itu bisa terjadi?”

Syeikh Sirri lalu berkata, ”Dulu kala, Saat itu aku memiliki sebuah toko di Baghdad. Suatu saat aku mendengar berita bahwa pasar Baghdad hangus dilalap si jago merah, aku pun tergopoh-gopoh mendengar, sebab tokoku berada tepat di tengah pasar tersebut. Aku bersegera pergi ke sana untuk memastikan apakah tokoku juga terbakar ataukah tidak?

Seseorang sesama pedagang bicara memberitahuku, ”Santai saja kang sirri, daganganmu selamat, api tidak sampai menjalar ke tokomu.”
Terbengong-bengong Aku pun mengucapkan,
”Alhamdulillah!”

Setelah itu banyak hari dan waktu hanya terpikir olehku, ”Apakah hanya engkau saja yang hidup dan berada di dunia ini? Walaupun tokomu tidak terbakar, bukankah toko-toko orang lain banyak yang terbakar. Ucapanmu: "Alhamdulilah" menunjukkan bahwa engkau bersyukur karena api tidak membakar tokomu.
Dengan demikian, engkau telah rela toko-toko orang lain terbakar asalkan tokomu tidak terbakar!"

Lalu aku pun berkata kepada diriku sendiri lagi, ”Tidak adakah barang sedikit perasaan sedih atas musibah yang menimpa banyak orang-orang dan teman-teman sesama pedagang di hatimu, wahai Sirri? Kau bersyukur di atas penderitaan orang lain!”

Junaid Al baghdady melanjutkan kisah kehidupan gurunya, "Dari kejadian kebakaran inilah kemudian syeikh Sirri mengambil dari hadits Nabi, ”Barang siapa melewatkan waktu paginya tanpa memperhatikan urusan kaum muslimin, niscaya bukanlah ia termasuk dari mereka (kaum muslimin).”
"Sudah 30 tahun saya beristighfar atas ucapan al-hamdulillah itu."

Junaid al baghdady berkata, "Akhirnya beliau keluarkan harta bendanya yang ada dan dibagikan kepada masyarakat yang terkena musibah kebakaran, terutama yatim dan fakir miskin. Beliau selalu menerima tamu dan orang-orang yang mengharap derma darinya. Banyak juga anak-anak telantar di jalanan yang hidup tak tentu arah dan tujuan, tanpa orang tua dan saudara. Mereka kemudian diasuh, diadopsi dan dibesarkannya dalam pesantren kami. Bahkan kebanyakan santri-santri di sini adalah anak-anak yatim piatu dan bekas-bekas anak jalanan yang diinsyafkan olehnya. Mereka semua di sini bagai saudara sendiri, makan, pakaian, semua fasilitas dan sarana gratis ia sediakan di pesantren ini asal mereka mau qonaah dan menerima apa adanya."

Subhanalloh...
Adakah di negeri kita yang kepeduliannya terhadap sesama menyamai Syekh Sirri Saqothi rahimahullah. Memberi makan ratusan santri tanpa harus mencari sumbangan kesana-kemari, tanpa yayasan dan akte notaris.
Jika tidak ada layaknya beliau, ada baiknya kita menjadikan sikap beliau sebagai suri tauladan.

(Sumber: CAP, Cerita Anak Pesantren, karya Jun Haris)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar