(Di ambil dari buku Buah Kecil Kebahagiaan Karya Jun Haris)
Ya Allah..
Ku mohon kepada-Mu berikan
jodoh yang terima aku apa adanya.
Doaku pun Engkau jawab,
Engkau hadirkan seorang pemuda kehadapanku.
...
Dalam bincang-bincang ta'aruf ku ketahui ternyata ia hanya tamatan SMA.
Padahal aku sarjana, dan akupun begitu kecewa.
Maka ku beralasan
kepada penghubungku, bahwa ibuku menghendaki suamiku adalah orang
sekotaku, yang tinggal tak jauh dari daerahku.
Oh.. Tuhan..
Aku menghendaki dia terima apa adanya, tapi ternyata aku tak menerima
keadaannya.
Ya Allah..
Ku pinta padamu calon imamku, yang
shalih yang terima aku apa adanya. Yang mampu mendidikku dan keluargaku
menjadi muslimah yang shalihah, keluarga yang sakinah.
Engkau
pun menghadirkan pemuda shalih dalam hidupku. Pemuda alim, seorang
ustadz yang mampu menjadi imamku.
Namun dalam pertemuan ta'aruf, ku
pandang wajahnya pasaran dan pas-pasan, tak ganteng dan tak begitu
tampan. Ku bingung bagaimana cara menghindari, maka dengan hati-hati,
aku bilang bahwa aku belum ada chemistry.
Oh Tuhan..
Ku
bilang pada-Mu pemuda yang terima aku apa adanya, tapi kenapa aku tak
menerima dia apa adanya?
Ya Allah..
Ku harap pemuda jujur,
beriman dan tanggung jawab supaya tak ada perselingkuhan dalam rumah
tangga kami. Seorang pemuda yang setia yang terima aku apa adanya.
Engkau pun hadirkan pemuda tampan itu dalam hidupku.
Namun
penuturannya dalam ta'aruf, membuat aku cemas, merinding dan takut.
Bagaimana tidak, ia adalah yatim piatu, tak punya ortu tak punya
saudara, yang ada hanya teman senasib sebaya di pesantrennya.
Dalam
ketakutan akan masa depan, ekonomi dan kebutuhan, maka ku katakan bahwa
aku tak mau suami yang lahirnya hari senin, sebab hari itu bertepatan
dengan hari kematian kakekku.
Oh Tuhan..
Jujur sih jujur,
tampang sih OK, Dia terima aku yang ilmu islamnya tak begitu mendalam,
tapi Kenapa aku tak terima dia apa adanya?
Ya Allah, aku tak
tahu bagaimana perasaan pemuda-pemuda alim yang ku tolak dengan berbagai
dalih dan alasan.
Maafkanlah aku, ku bohongi kalian dengan
kata-kata TERIMA AKU APA ADANYA, yang nyatanya bersyarat harus
berpendidikan tinggi, gagah, alim, tampan dan kaya.
Ya allah..
Ku pinta alim, Engkau datangkan pemuda alim tapi miskin dan rendah
pendidikan.
Ku pinta imam, Kau datangkan ustadz alim tapi berwajah
pasaran tampang pas-pasan.
Ku pinta pemuda jujur, setia dan tanggung
jawab tapi Engkau datangkan pemuda shalih dan tampan, tapi sayang ia
yatim piatu sebatang kara tak punya apa-apa.
Oh...Tuhan
Ku
bilang terima aku apa adanya, ternyata aku plin-plan tak mau menerima
dia apa adanya. Padahal aku tahu, bahwa terima aku apa adanya berarti
aku ikhlas dengan apa yang dia punya...
Tapi semua terkuak sudah..
Isi kepala dan dadaku mendidih mengatakan.. AKU GADIS YANG BERSYARAT.
Semua kata, TERIMA AKU APA ADANYA, adalah kebohongan perempuan
yang sudah menjadi rahasia umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar