Kamis, 20 Desember 2012

ARTI ORANG TUA

Pada ujian akhir penerimaan raport di sebuah pesantren, tampak seorang santri putra tak henti-hentinya senyum terkulum di bibir mungilnya. Wajah imutnya menghiasi panggung kehormatan haflah (acara perpisahan) karena menyabet predikat santri teladan tahun ini. Anak 10 tahunan ini mampu melampaui nilai-nilai akumulasi kepribadian kakak-kakak kelasnya.

"Apa yang menyebabkan Adik bisa terpilih sebagai santri teladan tahun ini?" tanya MC kepadanya.
"Saya tidak tahu, tapi ini adalah hadiah dari Allah swt untuk saya." jawabnya polos
"Apa yang membuat dewan Asatid memilihmu, bahkan kamu bisa mengalahkan kakak-kakak kelasmu?"
"Ya.. Tugas saya cuma belajar, jadi gak ada yang istimewa dalam diri saya!"
"Ada laporan bahwa kamu sangat rajin dalam belajar dalam mengulang-ulang pelajaran, betul?"
"Betul!"
"Apa yang membuat kamu begitu rajin belajar?"
"Ibu saya!"
"Kenapa dengan Ibumu?"
"Karena ibu selalu mendoakan saya jadi anak shalih, berguna dan bermanfaat bagi lainnya!"
"Jadi kamu terpilih jadi santri teladan karena ibumu?"
"Ya!"
"Apa yang menjadikan ibumu sebagai sosok penting dalam hidupmu?"
"Karena ibu saya seorang wanita shalihah."
"Apa yang ibu ajarkan kepadamu?"
"Banyak!"
"Salah satunya apa?"
"Beliau Selalu berterima kasih pada pemberian ayah saya, walau sekecil apapun. Dan juga tak lupa ibu menyuruhku tersenyum meski sesusah apapun!"
"Bagaimana ibumu bisa sehebat itu?"
"Karena ayah saya selalu memberi contoh untuk selalu bersyukur dengan ikhlas dalam setiap perbuatan."

Jawaban anak kecil itu benar-benar menyentuh hati para hadirin. Isak tangis pun terdengar dimana mana. Sang kyai dengan bangga dan terharu memeluk anak didiknya.

"Anakku, mana ibu bapakmu, suruh mereka naik ke atas panggung. Berkat mereka kamu jadi anak yang shalih!" kata sang kyai.
Santri belia itu hanya terdiam, kemudian menjawab, "Maaf pak kyai, saya tidak berani memanggil Bapak ibu saya untuk bisa hadir."
"Kenapa, nak?"
"Karena mereka sudah dipanggil oleh Allah swt!"

(Sumber: CAP Cerita Anak Pesantren, Karya Jun Haris)

PESONA IMAM SYAFI'I

Pada suatu hari Imam Asy-Syafi’i ra datang berkunjung ke rumah al-Imam Ahmad bin Hambal. Seusai makan malam bersama, Imam Asy-Syafi’i masuk ke kamar yang telah disediakan untuknya, dan beliau segera berbaring (tidur) hingga esok fajar.

Puteri Imam Ahmad yang mengamati Imam Syafi’i sejak awal kedatangannya hingga masuk kamar tidur, terkejut melihat teman dekat ayahnya itu. Dengan terheran-heran ia bertanya, “Ayah…, ayah selalu memuji dan mengatakan bahwa Imam Syafi’i itu seorang ulama yang amat alim. Tapi setelah kuperhatikan dengan seksama, pada dirinya banyak hal yang tidak berkenan di hatiku, dan tidak sealim yang kukira.”

Imam Ahmad bin hambal agak terkejut mendengar perkataan puterinya. Ia balik bertanya,
“Ia seorang yang alim, anakku. Mengapa engkau berkata demikian?”
Sang putri berkata lagi, “Aku perhatikan ada tiga hal kekurangannya, Ayah.
Pertama, pada waktu disuguhi makanan, makannya lahap sekali. Kedua, sejak masuk ke kamarnya, ia tidak shalat malam dan baru keluar dari kamarnya sesudah tiba shalat subuh. Ketiga, ia shalat subuh tanpa berwudhu lebih dahulu."

Imam Ahmad bin hambal merenungkan perkataan puterinya itu, maka untuk mengetahui lebih jelasnya dia menyampaikan pengamatan puterinya kepada Imam Syafi’i.

Maka Imam Syafi’i tersenyum mendengar pengaduan puteri Imam Ahmad tersebut. Lalu dia berkata, “Wahai Ahmad sahabatku, ketahuilah olehmu. Aku banyak makan di rumahmu karena aku tahu makanan yang ada di rumahmu jelas halal dan thoyib. Maka aku tidak meragukannya sama sekali. Karena itulah aku bisa makan dengan tenang dan lahap. Lagi pula aku tahu engkau adalah seorang pemurah.
Makanan orang yang pemurah itu adalah obat, sedangkan makanan orang kikir adalah penyakit.
Aku makan semalam bukan untuk kenyang, akan tetapi untuk berobat dengan makananmu itu, wahai Ahmad.

Sedangkan mengapa aku semalam tidak shalat malam, karena ketika aku meletakkan kepalaku di atas bantal tidur, tiba-tiba seakan aku melihat dihadapanku kitab Allah dan sunnah RasulNya. Dengan izin Allah, malam itu aku dapat menyusun 72 masalah ilmu fiqih Islam sehingga aku tidak sempat shalat malam lebih lama.

Sedangkan kenapa aku tidak wudhu lagi ketika shalat subuh, karena aku pada malam itu tidak dapat tidur sekejap pun. Aku semalam tidak tidur sehingga aku shalat fajar dengan wudhu shalat Isya’. Karena kebiasaanku menggunakan wudlu shalat isya'ku untuk shalat subuh. Dan itu sudah berlangsung lama semenjak aku masuk akil baligh."

(Sumber: Manaqibus Syafi'i rahimahulloh)

KETIKA IKHLAS BICARA

Ikhlas itu tidak terpaksa
Tidak terasa
Dan tidak pula merasa

Meremehkan pada orang lain berarti kau sudah kalah satu langkah darinya.

Suudzon pada keberhasilan dan kemuliaan orang lain berarti kau menghancur-leburkan karaktermu sendiri.

Iri dan dengki pada kenikmatan orang lain berarti kau tak punya semangat untuk bangkit.

Banyak bicara, dalih dan alasan pada satu kegagalan berarti kau banyak kebohongan.

Suka berburuk sangka pada orang lain berarti kau biasa membohongi orang lain.

Suka mencari kekurangan dan kesalahan orang lain berarti kau yang merasa paling benar sendiri.

Keras dan kasar terhadap anak kecil dan orang yang lemah, berarti kau orang yang tak mengenal kedamaian.

Belajar tak harus dari buku
Tak harus duduk manis di atas bangku
Tak harus formal beralmamater
Di sekitarmu banyak ilmu
Di dekatmu banyak pengetahuan
Hanya saja kita tak sanggup membuka hati, mata dan telinga
Kita hanya cenderung membuka mulut saja.

(Sumber: Buah Kecil Kebahagiaan, Karya Jun Haris)

SECANGKIR KOPI DARI PESANTREN

Serombongan orang datang mengunjungi Kyai Sepuh di sebuah pesantren kecil di sebuah desa. Meskipun dari pesantren kecil dan di desa pula, Kyai Sepuh ini kerap sekali menerima tamu dari berbagai kalangan untuk berbagai urusan. Kyai Sepuh ini terkenal dengan kemampuannya memberikan berbagai solusi persoalan yang rumit dengan caranya yang mudah – sederhana. Seperti biasa Pak Kyai mendengarkan dahulu masalah para tamunya, baru kemudian memberikan solusinya.

Maka satu demi satu rombongan tersebut mengutarakan problemnya masing masing. Ada yang mengeluhkan problem keluarganya yang seret ekonomi, ada yang meminta pengasihan supaya enteng jodoh, ada yang mengeluhkan anaknya yang bandel, ada yang meminta jampi-jampi untuk saudaranya yang sakit dlsb.

Setelah semua berkesempatan menyampaikan uneg-uneg mereka, Mbah Kyai minta ijin untuk mengambilkan kopi di belakang – saking sederhananya Kyai ini sampai tidak memiliki pembantu. Tidak lama kemudian Beliau datang dengan membawa teko berisi kopi, didampingi istrinya yang membawakan sejumlah cangkir.

Karena kesederhaannya pula diantara cangkir-cangkir tersebut tidak ada yang sama bentuk, model maupun ukurannya. Menyadari akan adanya rasa penasaran para tamunya, Mbah Kyai-pun menjelaskan : “Anu, itu cangkir-cangkir peninggalan para santri yang sudah lulus dari pesantren ini…”.
Kemudian dia mempersilahkan tamunya: “Silahkan ambil sendiri kopinya…”

Setengah berebut, tamunya memilih cangkir yang paling baik untuknya. Jumlah cangkir memang cukup dan semuanya mendapatkan cangkirnya, tetapi tentu saja yang duluan yang mendapatkan cangkir yang paling bagus.

Sambil memperhatikan tamu2nya menikmati kopi dari beraneka ragam cangkir, Mbah Kyai –pun siap memberikan SATU solusi untuk seluruh keluhan dan masalah yang disampaikan oleh tamu-tamunya.

“Dari yang saya dengarkan tadi, dan dari cangkir-cangkir kopi yang kalian pegang – masalah kalian sebenarnya sederhana”.

Dia melanjutkan:
“Selama ini terasa rumit, karena kalian fokus pada cangkirnya bukan pada kopinya. Yang kalian butuhkan kan kopi tho? – sedangkan cangkir hanyalah alat untuk bisa minum kopi. Bila kalian terlalu fokus pada alat, kalian tidak akan sampai pada tujuan…”

“Sekarang fokuslah pada kopi kalian, maka cangkir yang berwarna-warni beraneka bentuk tidak akan mengganggu kenikmatan kopi kalian…!”.

Lalu Mbah Kyai membacakan surat Ad Dzariyat – ayat 56, “Dan Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah menyembah-Ku.”

Lalu beliau menutup nasehatnya: “Selama kalian tidak kehilangan fokus pada tujuan hidup kalian yaitu menyembah kepadaNya, selama kalian hanya mengajak masyarakat untuk menyembah kepadaNya, insyaallah kalian tidak akan terganggu oleh aneka persoalan ekonomi dan keluarga, jodoh, kesehatan, sakit dan kematian dan sejenisnya.”

Para tamu hanya manggut-manggut sambil menginstrospeksi diri, mereka mengurai permasalahan masing-masing di dalam hati. Dalam hati pula sebagian mereka berkata: “Jadi selama ini kita cuma rebutan cangkir, sampai mengesampingkan kopinya.. Masyaalloh?”

Sebagian ada lagi yang tersenyum, tersenyum geli melihat betapa lucu tingkahnya selama ini.

Kita.. Terkadang menilai sesuatu berdasar dari dzohirnya. Menilai seseorang sebatas wajah dan fisiknya. Menilai buku dari sampulnya. Menghormati karena kekayaan, pangkat dan jabatannya. Penampilan tak selamanya menampilkan keaslian. Kita tertipu dan ditipu oleh mata kita sendiri.

Ingatlah satu peribahasa, "Dari jarum yang buruk bisa tersulam kain yang bagus. Dari pena yang jelek mampu tersusun syair yang indah."

(Sumber: CAP, Cerita Anak Pesantren, Karya Jun Haris)

SU'UDZON PADA ALLAH

Terkadang Allah memberikan harta kekayaan kepada hambaNya supaya mereka bersyukur. Bisa mentasharufkan (membelanjakan) pada jalan Allah. Tapi mereka malah menganggap suatu PEMBERATAN

Terkadang Allah memberikan pangkat dan kedudukan kepada hambaNya supaya mereka bisa mengatur dunia sebaik-baiknya sesuai perintahNya, tapi mereka anggap sebuah TIRANI

Terkadang Allah memberikan kemiskinan dan kemelaratan kepada hambaNya supaya mereka ringan hisabnya, supaya bersabar. Tapi mereka anggap sebuah KEHINAAN

Terkadang Allah memberikan hambaNya ujian, cobaan dan musibah supaya mereka mau kembali padaNya. Tapi mereka anggap sebuah KEMURKAAN.

Siapa yang suudzon kepada Allah, maka jangan harap hatinya ada setetes KEDAMAIAN

IBLIS MAU TOBAT ?

Satu ketika nenek moyangnya setan yang bernama Iblis mendatangi Nabi Musa AS.
Ia berkata:
"Wahai Musa, Engkau adalah manusia yang diutus oleh Allah, dan Dia telah berfirman kepadamu secara langsung."

Melihat gelagat yang kurang enak maka Nabi Musa alaihi salam menjawab:
"Ya, benar. Apa yang kamu inginkan dan kamu ini siapa?"

Jawab Iblis:
"Aku iblis, wahai Musa! Dan katakan kepada Tuhanmu, ada diantara makhluk-Mu yang mau bertobat."

Nabi Musa sangat hati-hati dalam menghadapi Musuh para nabi ini. Kemudian Diapun berkata pada Allah apa yang dikatakan iblis kepadanya, dia tak ingin berbuat sesuatu tanpa perintah dari Allah.

Kemudian, setelah munajat, Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa AS:
"Katakan padanya bahwa Aku menerima permohonannya. Dan sekarang perintahkan dia untuk sujud perhormatan kepada kuburannya Nabi Adam AS. Kalau dia mau bersujud (penghormatan) kepada Adam, Aku mau menerima tobatnya."

Setelah mendapat wahyu, nabi Musa AS segera memberitahukan berita ini kepada iblis.
"Kalau kamu pengin taubat, datangilah kuburan Adam alaihi salam, dan berilah sujud penghormatan kepada beliau!"

Tapi apa, iblis justru marah-marah dan dengan congkak mengumpat-umpat (misuh-misuh) pada nabi musa as.

Iblis membantah:
"Wahai Musa, aku sudah tidak sujud ketika Adam masih di surga, lalu bagaimana mungkin aku sujud padanya yang sudah mati. Diperintah oleh Allah untuk sujud saja aku menolak, apalagi yang memerintah adalah kamu yang hanya seorang nabi."

Sambil berlalu, iblis tetap mengumpat-umpat dan berjalan sambil terkentut-kentut, karena itulah salah satu kebiasaan iblis.

(Sumber: Majalisus Saniyah)

SURAT IMAM AL GHAZALI

Imam Al-Ghazali, penulis kitab Ihya Ulumuddin, pernah mengirim surat kepada salah seorang muridnya. Melalui surat itu, Al-Ghazali ingin menyampaikan tentang pentingnya memadukan antara ilmu dan amal. Karena ilmu saja tidak cukup, harus ada pengajaran dan pengamalan.
***
Assalamu alaikum wr wb
Anakku…
Nasihat itu mudah. Yang sulit adalah menerimanya. Karena, ia keluar dari mulut yang tidak biasa merasakan pahitnya nasihat. Sesungguhnya siapa yang menerima ilmu tetapi tidak mengamalkannya, maka pertanggungjawabannya akan lebih besar. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Orang yang paling berat azabnya pada hari kiamat kelak adalah orang berilmu (‘alim ulama) yang tidak memanfaatkan ilmunya.”

Anakku…
Janganlah engkau termasuk orang yang bangkrut dalam beramal, dan kosong dari ketaatan yang sungguh-sungguh. Yakinlah, ilmu semata tak akan bermanfaat-tanpa mengamalkannya. Sebagaimana halnya orang yang memiliki sepuluh pedang Hindi; saat ia berada di padang pasir tiba-tiba seekor macan besar nan menakutkan menyerangnya, apakah pedang-pedang tersebut dapat membelanya dari serangan macan, jika ia tidak menggunakannya?! Begitulah perumpamaan ilmu dan amal. Ilmu tak ada guna tanpa amal.

Anakku…
Sekalipun engkau belajar selama 100 tahun dan mengumpulkan 1000 kitab, kamu tidak akan mendapatkan rahmat Allah tanpa beramal.
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm: 39)
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. Al-Kahfi: 110)

Anakku…
Selama tidak beramal, engkaupun tidak akan mendapatkan pahala. Ali Karramallahu wajhahu berkata, “Siapa yang mengira dirinya akan sampai pada tujuan tanpa sungguh-sungguh, ia hanyalah berangan-angan. Angan-angan adalah barang dagangan milik orang-orang bodoh."

Hasan Al-Basri rahimahullah berkata, “Meminta surga tanpa berbuat amal termasuk perbuatan dosa.”

Dalam sebuah khabar, Allah SWT berfirman, “Sungguh tak punya malu orang yang meminta surga tanpa berbuat amal.”

Rasulullah saw bersabda, “Orang cerdas ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya dan berbuat untuk setelah kematian. Dan orang bodoh ialah siapa yang memperturutkan hawa nafsunya dan selalu berangan-angan akan mendapatkan ampunan Allah.”

Anakku…
Hiduplah semaumu, karena pada hakikatnya engkau itu mayit. Cintailah sesukamu, karena pasti engkau akan meninggalkannya. Dan, lakukanlah amal karena pasti engkau akan diberi balasan.

Ilmu tanpa amal adalah gila.
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44). Dan, amal tanpa ilmu adalah sia-sia.
Keduanya harus dipadukan satu sama lain.

Ilmu semata tak akan menghindarkanmu dari maksiat hari ini, dan tidak pula dapat menyelamatkanmu dari siksa neraka di hari esok. Jika hari ini kamu tidak sungguh-sungguh beramal, maka pada hari kiamat kelak engkau akan berkata,
“Kembalikanlah kami (ke dunia) agar dapat melakukan amal salih.”
Namun dijawab, “Hei kamu, bukankah kamu telah dari sana?!”

Camkanlah anakku..
Semoga ilmumu manfaaat dunia akherat.
Wassalamu alaikum wr wb

(Sumber: Manakibul Ghazali)

MASUK SURGA KARENA ANJING

Ada seseorang sedang berjalan-jalan, dan ketika ia merasa kehausan, ia turun ke suatu sumur yang tidak jauh dari situ. Setelah dahaganya hilang, ia segera naik lagi dan ia melihat seekor anjing yang lidahnya terjulur ke tanah karena hausnya. Ia berkata dalam hati, “Anjing ini pasti kehausan seperti aku tadi!!”

Ia turun lagi ke dalam sumur, ia menciduk air dengan menggunakan sepatunya dan membawanya ke atas dengan menggigitnya. Sampai di atas, ia memberi minum anjing tersebut dengan air di dalam sepatunya.

Rasulullah SAW yang menceritakan kisah tersebut bersabda, “Allah SWT berterima kasih kepada lelaki itu dan mengampuni dosa-dosanya!!”

Salah seorang sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, memangnya kita bisa memperoleh pahala sehubungan dengan (memberi makan/minum) pada binatang?”
Beliau bersabda, “Pada setiap yang berjantung lagi hidup ada pahala!!”

Pada riwayat lain yang hampir senada, Nabi SAW menceritakan bahwa seorang wanita pelacur melihat seekor anjing yang terengah-engah dan lidahnya terjulur, tampaknya ia hampir mati kehausan.
Pelacur itu melepas sepatunya dan diikatkan pada kain kerudungnya untuk menimba air dari sumur yang tidak jauh dari situ. Setelah itu ia memberi minum anjing itu sehingga ia segar kembali.

Nabi SAW menyatakan bahwa Allah mengampuni dosa-dosa wanita pelacur itu karena kepedulian dan sikap kasih sayangnya memberi minum pada anjing yang kehausan. Dan ia juga memperoleh hidayah sehingga meninggalkan perbuatan maksiatnya dan bertaubat kepada Allah.


(Sumber: CAP Cerita Anak Pesantren, Karya Jun Haris)

SANTRI DAN SEMUT

Namanya Az Zamakhsyari. Ia seorang ulama terkenal, ahli dalam banyak ilmu pengetahuan agama. Namun, ia lebih terkenal sebagai tokoh ilmu nahwu (gramatika bahasa Arab).

Menjadi ahli dalam ilmu bahasa bagi Az Zamakhsyari adalah keberhasilan yang boleh dibilang sebagai prestasi dan kesuksesan luar biasa dalam menghadapi rintangan. Betapa tidak, sejak kecil ia telah mempelajari ilmu nahwu, tetapi hingga menginjak remaja ia tak kunjung paham dengan ilmu yang dipelajarinya.

Bayangkan, selama bertahun-tahun belajar untuk membedakan antara subyek (mubtada) dan obyek (khabar) saja ia tidak bisa. Tak paham mana kata benda (isim) dan mana kata kerja (fi'il). Sementara teman-temannya, hampir semuanya telah mengusai ilmu itu. Bahkan ada di antara mereka yang diberi tugas untuk mengajar adik-adik kelas mereka.

Kenyataan ini nyaris membuat Az-Zamakhsyari putus asa. Ia merasa malu dengan usianya yang semakin tua tetapi belum tahu apa-apa, apalagi ia harus duduk dan belajar bersama anak-anak yang jauh di bawah usianya.

Di tengah kegalauannya, ia pun meninggalkan pesantren di mana sekarang ia diami, pergi merantau untuk mencari ilmu di tempat lain. Tanpa pamit pada sang kyai. Karena jelas nantinya pak kyai tak akan memberinya izin.

Setelah cukup jauh berjalan, ia mampir berteduh di sebuah rumah. Ketika sedang beristirahat sambil menyandarkan punggungnya di tembok, ia melihat seekor semut kecil sedang menggigit sisa kulit korma. Semut itu berusaha menarik kulit korma yang ukurannya lima kali lipat lebih besar dari tubuhnya, ia tarik dengan mulutnya ke lubang di tembok itu. Berkali-kali ia melakukannya namun selalu gagal, kulit korma selalu jatuh ke tanah.

Az-Zamakhsyari terpaku melihat kelakuan semut itu, yang mempunyai keuletan dan kegigihan yang mengagumkan. Setelah berkali-kali gagal, ternyata sang semut akhirnya berhasil membawa naik kulit korma itu dengan cara dipotong kecil-kecil seukuran mulut mungilnya.

Saat itu muncullah pemikiran dalam benak Az-Zamakhsyari,
“Seandainya aku melakukan seperti yang dilakukan semut ini, niscaya aku juga akan berhasil.”

Setelah mengucapkan itu, ia pun menyesal perbuatannya lari dari pesantren. Dia memutuskan untuk kembali ke pesantrennya dan membatalkan niatnya untuk merantau. Ia pun menyesali perbuatannya di hadapan pak kyai. Dan berjanji tak akan mengulanginya lagi. Ia bertekad tak akan kembali ke rumah sebelum menguasai ilmu-ilmunya pak kyai.

Hasilnya, dalam waktu tak lebih dari 3 bulan, ia pahami ilmu di pesantren itu sedikit demi sedikit hingga sang kyai pun akhirnya menunjuknya sebagai wakilnya (badal) menggantikan sang kyai ketika sang kyai udzur. Inilah ilmu, seperti semut membawa kulit kurma. Az-Zamakhsyari akhirnya benar-benar meraih impiannya. Ia menguasai ilmunya sedemikian rupa. Bahkan, ia menjadi tokoh nahwu yang sangat disegani.

Cita-cita yang luhur, yang di dalamnya terkandung tekad, semangat dan kerja keras, memang seringkali membuat orang tidak mau berhenti. Bahkan, seekor semut pun, menghayati semangat ini. Apalagi kita, manusia yang telah dimodali akal, pikiran dan perasaan. Harusnya lebih dari semut yang mengandalkan insting belaka.

(Sumber : CAP Cerita Anak Pesantren, Karya Jun Haris)

WTS SABA PESANTREN

Malam itu, seorang wanita cantik datang ke pesantren kami. Penampilan yang gemulai, kaos merah lengan pendek yang pressbody, dibalut celana panjang pensil, kerudung putih menutupi rambut bagian belakang. Hal ini menambah rasa penasaran.

Setelah salam dan masuk ke ruang tamu di rumah pak kyai, wanita cantik itupun mengutarakan maksud kedatangannya,
"Maaf pak kyai, nama saya Elvira, sowan saya kemari tiada lain mau minta PENGLARISAN. Karena dagangan saya akhir-akhir ini mulai sepi pembeli, sebab saya banyak mendapat saingan oleh para pedagang baru yang notabene umurnya lebih muda dari saya."
"Umur sampeyan?"
"23, pak!"
"Rumah sampeyan?"
"Surabaya, pak?"
"Oh.. Pantes. Dagang di kota besar emang banyak saingan, kalau kita gak pinter-pinter mengelola keuangan dan modal dobel bisa-bisa bangkrut."
"Tapi dagangan saya modalnya ya begini ini, pak kyai!"
"Emang Sampeyan dagang apa, mbak?"
"Dagang buah, pak kyai!"
"Sudah lama sampeyan menekuni pekerjaan itu?"
"Sejak kelas 2 SMA, ya sekitar 7 tahunan!"
"Emang buah apa saja yang sampeyan jual?"
"Cuma satu macam, pak!"
"Lho...?"
"Saya jualan buah dada, sekaligus tubuh saya. Untuk menyambung hidup keluarga dan sekolah adik-adik saya. Bapak sudah meninggal dan ibu saya adalah janda dengan 6 orang anak. Saya adalah anak yang pertama."

Astaghfirullah al adzim.. Bisik hati pak kyai. Apa gak nyasar ya orang ini, jual kesucian kok minta penglarisan. Tapi karena didorong oleh rasa kasihan, pak kyaipun kemudian hanya diam mendengar tangisan penuturan balada hidupnya, dan kisah hidup keluarga si gadis cantik itu yang ternyata adalah WTS (Wanita Tuna Susila)

"Jadi niat sampeyan melakukan pekerjaan ini adalah demi menghidupi ibu dan adik-adik sampeyan?"
"Betul pak kyai, selain itu KEBAHAGIAAN adalah tujuan utama saya, karena terus terang, hidup saya seakan tanpa arah dan tujuan. Sampai detik ini saya belum pernah merasakan apa itu kedamaian dan kebahagiaan dalam hati!"
"Kalau demikian niat dan tujuan sampeyan kemari.. Ok saya bantu. Tapi apa sampeyan bisa menepati syarat-syarat PENGLARISAN ini?"
"Apapun syarat yang pak kyai minta, akan saya tepati!"
"Persyaratan penglarisan ini berat, meski dibilang tak ada hubungannya sama sekali dengan uang atau materi, tapi WAKTU!"
"Saya akan berusaha menurut pada petunjuk kyai."
"Syarat pertama, Sampeyan harus MANDI JINABAT keramas sebanyak 41 hari. Dan dilakukan dini hari jam 12 ke atas. Bagaimana sanggup?"

Si gadis diam. Lalu menjawab, "Baik pak kyai, saya sanggup mandi malam keramas selama 41 malam!"
Saya kan tiap hari kerja malam, aih.. Gampang amat syaratnya, pikir si gadis.
"Bagus... Syarat kedua, sampeyan HARUS SELALU MENJAGA KESUCIAN selama 41 Hari. Selama itu badan sampeyan harus selalu SUCI. Sampeyan harus menjauhi segala hal yang membatalkan wudlu. Bila kentut atau buang air sampeyan harus langsung wudlu lagi. Mau tidur wudlu dulu, bangun tidur juga langsung wudlu!"
"Dengan begitu, pekerjaan saya gak terganggu kan, pak kyai?"
"Oh gak kok, mbak. Silahkan kerjakan pekerjaan sampeyan yang menurut sampeyan baik dan bermanfaat, tapi sampeyan harus selalu suci dan tak boleh batal. Apa sampeyan sanggup?"

Si gadis kali ini tersenyum. Dia berpikir, Saya pasti bisa melakukannya ... ini kan pekerjaan enteng dan mudah! Anak TK pun bisa. Setiap orang juga mampu melakukannya.. Ada ada aja pak kyai satu ini.

"Syarat ketiga.. Apa pak kyai..?"
 
"Syarat yang ketiga, ketika sampeyan selesai keramas malam, sampeyan harus melakukan SHALAT MALAM sebanyak 11 rakaat dan harus dilakukan rutin tiap malam.
2 rakaat shalat taubatan nasuha
2 rakaat shalat Meminta ridho Allah swt
2 rakaat shalat birrul walidain
2 rakaat shalat hajat
3 rakaat shalat witir
Setelah itu duduk membaca wirid ini." Kata pak kyai sambil menyodorkan tulisan yang ditulis dengan abc biasa, tidak ditulis dengan huruf arab.
"Tapi saya gak bisa shalat yang begitu-begituan, tolong minta ditulis sekalian!"
"Tapi sampeyan bisa shalat kan?"
"Bisa pak, di komplek juga ada pengajiannya juga kok!"
"Oo... Begitu." kata pak kyai. "Ya sudah saya tuliskan niat shalat-shalat itu sekalian."

Setelah selesai menulis dan menerima kertas dari pak kyai, si gadis pun pamitan pulang. Si gadis berniat memberikan amplop kepada pak kyai.
"Apa ini.. Bawa pulang saja. Berikan pada ibu dan adik-adik sampeyan. Sampeyan kan kesusahan, tak perlu saya menambah kesusahan sampeyan. Bukankah begitu?"
"Tapi pak kyai..?"
"Gak pakai tapi-tapian. Ibu dan adik-adik sampeyan lebih membutuhkan!"
Si gadis pun pulang ke surabaya malam itu.

Sampai di rumah, ia langsung ke kamar mandi wudlu. Ia ikuti petunjuk pak kyai. Dandan rapi, pakai minyak wangi, kosmetik ia masukkan dalam tas kecilnya. Tak lupa secarik kertas dari pak kyai ia selipkan di dalamnya. Ia pun berangkat kerja.

Tiba di komplek, ia langsung dapat job. Tak tanggung-tangung kali ini kontraktor apartemen membokingnya. Ih mujur amat gue malam ini dapat mangsa kelas kakap, bisiknya.

Setelah tawar menawar harga, akhirnya sepakat, ia dibawa ke sebuah apartemen. Masih di komplek, Dalam hati ia bingung, ketika si hidung belang meraih tangannya. Terpikir olehnya, laki-laki megang tangan saya kan.. waduh.. batal dong wudlu saya..

"Maaf mas, saya mau ke kamar mandi.. bentar saja!"
"Ok.." sahut hidung belang.
Di kamar mandi ia pun wudlu kembali. Sip.. Sekarang saya sudah suci.. Kerja lagi.

Dalam apartemen, ia berkata, "Mas jangan pegang-pegang atau ngapa-ngapain saya ya, nanti wudlu saya batal lagi, saya capek mas bolak-balik ke kamar mandi, nih udah 7 kali saya wudlu."
"Lho saya udah bayar kamu mahal untuk melayani saya. Bukan untuk lihat kamu wira-wiri ke kamar mandi."
"Ya udah.. saya layani mas. Mau kopi, teh atau apa aku buatin mas.."
"Aku mau kamu melayani aku!" Hidung belang mulai marah.
"Untuk yang begituan maaf aja mas, saya gak bisa, saya mau melayani mas, tapi saya gak disentuh, saya gak mau wudlu saya batal."

Akhirnya, berlalulah si hidung belang darinya. Tak sepeser pun uang ia dapatkan. Begitu juga hari-hari berikutnya, tak disangka dirinya begitu laris namun tak satupun lelaki mampu menaklukkannya membatalkan wudlu. Juga tak ada uang ia hasilkan. si gadis semakin bingung dengan dirinya sendiri. Di sisi lain ia butuh uang, tapi di sisi lain ia sudah berkata "SANGGUP" memenuhi persyaratan. Ini pilihan sulit, pilih uang atau menepati janji. Dan ia lebih memilih tidak mendapat uang daripada harus membatalkan wudlunya.

Malam-malam yang ia lewati, ia mandi keramas, shalat malam dan wirid. Dan anehnya, wirid yang ditulis pak kyai untuk ia amalkan cuma SYAHADAT, TASBIH, ISTIGHFAR, SHALAWAT DAN AYAT KURSI yang masing-masing dibaca 11x. Begitu besar pengaruhnya pada gadis WTS ini.

"Kalau tiap hari aku gak dapat uang, bagaimana aku menghidupi ibu dan adik-adikku?
Tapi meski aku gak dapat uang, hatiku bisa menemukan kedamaian dan kebahagiaan.
Sementara aku tak tega lihat ibu jualan sayur keliling...
Ya Allah beri hamba jalan terbaik...

Seminggu berlalu, si gadis kembali datang ke pesantren pak kyai. Ia utarakan semua yang telah ia lakukan.
"Pak kyai.. Apa tidak ada keringanan bagi saya, tentang syarat-syarat itu? Kalau begini saya gak bisa lagi menghidupi ibu dan adik-adik saya lagi..
Kini ibu saya malah jualan sayuran keliling, hati saya merintih dengan semua ini, sementara adik-adik saya mendapat teguran dari BP3 karena tunggakan SPP. Tolong pak kyai, beri saya solusi.."


"Baiklah, bila sampeyan mau, tinggallah di pesantren ini, pada siang hari. Dan sore hari sampeyan boleh pulang." Kata pak kyai
"Maksudnya, pak kyai?"
"Sampeyan bisa memasak kan?"
"Bisa pak!"
"Ya sudah, Sampeyan sementara di sini saja, masak sama santri-santri putri yang menetap di sini, bagaimana?"
"Apa saya gak merepotkan pak?"
"Ya Gak lah, sampeyan pulang dulu pamit sama ibu. Ini ada sangu buat sampeyan!" Pak kyai mengulurkan amplop berisi uang. Si gadis hanya menangis tak tahu harus berbuat apa.
"Kalau ibu sampeyan setuju, Mulai besok pagi, sampeyan memasak sama santri-santri putri di sini, sebab bu nyai repot sendirian ngurus semuanya. Apalagi lagi banyak tukang dan kuli bangunan yang lagi kerja."

"Kasihan ya bah.." kata ibu nyai saat melepas kepergian si gadis.
"Ya mudah-mudahan bu.. Allah membuka pintu hidayah kepadanya. Saya lihat anak itu sudah ada tanda-tanda mau berhenti dari kegiatan kotornya. Siapa tahu dia mau bertaubat kembali pada jalan yang benar, tetap dalam bakti pada orangtuanya, tanpa harus melakukan tindakan asusila."
"Amin. Mudah-mudahan Allah memberikan hidayah pada kita semua."

Begitulah, akhirnya si gadis membantu memasak di pesantren itu di siang hari. Malam ia berada di rumah. Tak lupa ibu nyai membawakan sekedar oleh-oleh untuk ibunya. Alangkah terkejutnya si gadis, saat ibu nyai memberikan sebuah amplop kepadanya.
"Apa-apaan ini bu? Saya di sini cuma bantu-bantu saja, bukan kerja. Saya bisa bantu-bantu disini sudah senang jangan lagi memberati pikiran saya dengan menerima uang dari ibu nyai."
"Yang memberi uang sama sampeyan itu lho siapa? Aku cuma nitip ini, berikan pada ibumu! Saya memberi untuk ibumu, bukan untuk kamu!"
"Tapi saya gak bisa menerima itu bu!"
"Kalau kamu gak mau dititipi ya sudah gak apa-apa, nanti pak kyai dan saya sendiri yang akan datang pada ibumu!"

Door..
Hati gadis itu bagai disambar halilintar. Haru bercampur bahagia mengaduk-aduk perasaan dan batinnya. Suara tangisnya pun tak dapat dibendung. Tatkala dunia tak bersahabat dengannya, ternyata Allah masih menghargainya dengan mengirim penolong dalam hidupnya. Di saat dunia saling merebutkan untungnya masing-masing ternyata masih ada satu celah untuk menghargai kebersamaan.

"Ya Allah..." Teriak gadis itu sambil bersimpuh memeluk lutut bu nyai. Perasaannya meledak tanpa bisa ditahan. Gemuruh kekosongan jiwa ia tumpahkan sejadi-jadinya lewat tangisnya.

Perlahan bu nyai mengelus-elus kepalanya yang sekarang sudah berjilbab. Seperti usapan kasih sayang dari ibu untuk anaknya.
"Kamu sekarang sudah menjadi salah satu bagian dari warga pesantren. Jadi masalahmu adalah masalah kami juga. Kesusahanmu adalah kesusahan kami juga. Kami akan terus berusaha membantumu sebisanya. Jadi tolonglah.. Jangan buat pak kyai kecewa karenamu. Biarkanlah masa lalu yang kelam cuma jadi sejarah dan kenangan. Biarlah membusuk seiring berjalannya waktu.
Ingatlah.. Anakku.. Allah tak akan memberikan kesengsaraan pada hambaNya yang benar-benar bertaubat dan menyesali perbuatannya. Asal kita benar-benar dan sungguh-sungguh mengganti perbuatan buruk kita dengan perbuatan yang baik dan bermanfaat."

Nasehat bu nyai menancap dalam ke dasar sanubarinya. Di rumah, biasanya ia gunakan pergi kerja ke komplek kini perlahan ia tinggalkan. Semalaman ia hanya membaca Quran yang siang hari ia pelajari dari bu nyai. Kegiatan keramas malam, shalat malam dan wirid semakin ia perbanyak. Bahkan tak jarang ia tak tidur semalaman. Sementara itu, ibu dan adik-adiknya malah ikutan ngaji dan shalat bersamanya hingga ia pun mampu memenuhi persyaratan genap 41 hari.

Bulan-bulan berlalu, si gadis tampak betah di pesantren. Bahkan 2 adiknya, menyusul untuk menetap di sana. Perlaha tapi pasti, perubahan muncul dalam diri dan keluarganya. Hingga pada akhirnya, pak kyai menemukan seorang pemuda untuknya dan menikahkannya. Kabar terakhir suaminya menjadi seorang pejabat tinggi di daerah sumbawa. Ia kini dan suami yang shalih itu, menjadi donatur tetap pesantren. Tiap 3 bulan ia sekeluarga mengunjungi pak kyai dan bu nyai yang telah berjasa mengangkatnya dari dunia hitam.
Bahkan kesibukannya makin bertambah setelah kini juga menjadi guru ngaji dan guru PAUD.

Rahasia Allah siapa yang tahu. Yang pasti berbuat baik bagi sesama adalah tanda-tanda dari orang yang bermanfaat.
Tamat


 (Sumber: CAP Cerita Anak Pesantren, Karya Jun Haris)