Kamis, 20 September 2012

MASUK SURGA KARENA KENTUT

Mungkin hal yang satu ini menurut sebagian orang adalah hal tabu atau juga menjijikkan. Bukan hanya bau dan suaranya saja yang bikin perkara, tapi mengenai adab dan sopan santun bergaul dan bermasyarakat. Cowok ke
ntut itu adalah hal yang memalukan, lebih malu lagi bila cewek kentut, apalagi di muka umum atau sempat terdengar suaranya atau tercium aromanya... Malu setengah mati, cantiknya wajahpun terasa hilang lenyap diterpa bau yang menyengat.

Percaya tidak ada orang bisa masuk surga karena kentut?
Seorang gadis cantik berjilbab pink, berjalan masuk menghampiri sebuah toko baju. Langkahnya santai lemah gemulai, hiasan gadis muslimah tinggi semampai. Segera ia memilah-milih baju yang ia anggap cocok, serasi dan wellgromed dengan warna kulitnya dan mampu menjadi penunjang penampilannya.

Tanpa berlama-lama ia memilih baju, sebab tampaknya perutnya mulai mules. Tengak tengok kiri kanan ternyata dalam toko tersebut tak disediakan toilet. Sambil terburu-buru ia pun takut muatan perutnya ambrol di dalam toko, maka ia pun membawa baju pilihannya menuju kasir.

Ketika di depan kasir, Belum sempat ia bicara pada kasir... Tiba-tiba keluar suara tanpa rupa dari dirinya..
Duuuut...
Duuuut...
"Waduh... Mampus gue.." pikir si gadis.

Mukanya yang cantik hilang lenyap manakala sang bayu busuk menyengat hidungnya. Raut muka yang anggun merona berubah merah pucat kekuning-kuningan menahan malu. Belum pernah ia dipermalukan seperti ini, tapi kali ini ia malu bukan alang kepalang akibat angin malang yang terjepit ikat pinggang.
"Waduh...Udah bunyi bau lagi lu... Mau ditaruh dimana muka gue... Bikin malu aja sih lu."

Sang kasir hanya melongo. Kupingnya yang masih waras mendengar suara angin itu, hidungnya yang masih normal masih dapat menerima bau yang tak sedap itu. Ia memandang si gadis penuh tanda tanya keheranan. Sementara si gadis hanya blingsatan malu yang tiada batas.

"Mbak bilang apa, kalau nawar baju ngomongnya yang keras dong!" Pinta sang kasir seolah-olah tak mendengar dan tak membau angin si gadis. Ia tak mau gadis tsb semakin bertambah malu di hadapannya, makanya ia berpura-pura sbg orang tuli yang kurang pendengaran.

"Alhamdulillah... Ternyata dia tuli.. Aman deh gue.. Kagak jadi malu. ihiirrr.." Bisik hati si gadis bersorak kegirangan.
Mukanya yang tadi pucat pasi kini kembali berseri lagi. Aib seorang cewek tertutupi berkat sang kasir yang pura-pura tuli.

Siapakah dia sang kasir yang berhati mulia, yang mampu menyembunyikan aib pembelinya?
Dialah Hatim, dan sejak kejadian itu ia terkenal dengan julukan Hatim Al Asom (Hatim si manusia tuli). Dan ia pun dengan senang hati menerima julukan tsb melekat pada dirinya.

Sekitar 1 bulan kematian, seorang teman hatim bermimpi seolah-olah ia bertemu dengan hatim al asom.
"Wahai hatim, apa yang telah kau dapatkan dari Allah, dan bagaimana pula DIA memperlakukan dirimu?"
"Allah memperlakukan aku dengan baik, bahkan aku mendapat nikmat kubur yang begitu besar, nikmat awal bagi para penghuni surga." Jawab hatim.
"Amalan apakah yang membuat dirimu mendapat perlakuan istimewa seperti itu?"
"Semua itu ku dapatkan, hanya karena perkara kentut. Seorang gadis membeli pakaian di tokoku. Tanpa sengaja ia kentut, namun aku pura-pura tak mendengarnya. Aku berlagak tuli. Bila aku tak berpura-pura tuli, maka bisa saja aku akan terjerumus memasyhurkan aibnya. Padahal sesama muslim harus saling menutupi aib dan cela antar sesama, bukan diobral kemana-mana. Jangan pula kau kabarkan rahasia orang lain kesana kemari, karena itulah rahasiamu juga ditutupi oleh Allah."

(Sumber: Elegi Kristal Pagi, Karya Raden Ratemin)

35 MASALAH WANITA

Kadang saya HERAN, menurut
Rasulullah saw kebanyakan penduduk neraka adalah wanita.
“Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah orang-orang fakir dan aku melihat ke dalam neraka maka aku men
yaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas dan Imran)

Padahal pintu-pintu kebaikan dan pintu-pintu surga terbuka buat wanita, dan Allah telah memudahkan wanita untuk masuk ke dalam surga, dan wanita telah mendapatkan KELEBIHAN dan KEISTIMEWAAN:

1. Wanita yang solehah itu lebih baik daripada 70 orang pria yang sholeh.
 
2. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama Rasulullah SAW di dalam surga.
 
3. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh takwa serta tanggungjawab, maka baginya adalah surga.
 
4. Dari Aisyah r.a. “Barang siapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.”
 
5. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.
 
6. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu surga. Masuklah dari mana pintu yang dia kehendaki dengan tanpa dihisab.
 
7. Wanita yang taat kepada suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama dia taat kepada suaminya beserta menjaga shalat dan puasanya).
 
8. Perempuan apabila shalat lima waktu, puasa bulan Ramadan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu surga mana saja yang dia kehendaki.
 
9. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah SWT memasukkan dia ke dalam surga lebih dahulu daripada suaminya (dengan jarak 10.000 tahun perjalanan).
 
10. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah SWT mencatat baginya setiap hari dengan 1000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1000 kejahatan.
 
11. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah SWT mencatat baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah
 
12. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
 
13. Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu hisapan dari susunya diberi satu kebajikan.
 
14. Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah SWT memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah
 
15. Seorang wanita solehah adalah lebih baik daripada 70 orang wali.
 
16. Seorang wanita yang jahat adalah lebih buruk dari pada 1000 pria yang jahat.
 
17. Rakaat sholat dari wanita yang hamil adalah lebih baik daripada 80 rakaat sholat wanita yang tidak hamil.
 
18. Wanita yang memberi minum air susu kepada anaknya dari badannya (payudaranya sendiri) akan dapat satu pahala dari pada tiap-tiap titik susu yang diberikannya.
 
19. Wanita yang melayani dengan baik suami yang pulang ke rumah dalam keadaan letih akan mendapat pahala jihad.
 
20. Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suami yang melihat isterinya dengan kasih sayang akan dipandang Allah dengan penuh rahmat.
 
21. Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan kemudian menjaga adab rumah tangganya akan masuk surga 500 tahun lebih awal daripada suaminya, akan menjadi ketua 70.000 malaikat dan bidadari dan wanita itu akan dimandikan di dalam surga, dan menunggu suaminya dengan menunggang kuda yang dibuat dari yakut.
 
22. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari karena menjaga anak yang sakit akan diampuni oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia menghibur anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadah.
 
23. Wanita yang memerah susu hewan dengan “bismillah” akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkatan.
 
24. Wanita yang mengadon tepung dengan “bismillah”, Allah akan memberkati rezekinya.
 
25. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti menyapu lantai di baitullah.
 
26. Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada siang hari.
 
27. Wanita yang hamil akan dapat pahala beribadah pada malam hari.
 
28. Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun solat dan puasa dan setiap kesakitan pada satu uratnya Allah mengurniakan satu pahala haji.
 
29. Sekiranya wanita mati dalam masa 40 hari selepas bersalin, dia akan dikira sebagai mati syahid.
 
30. Jika wanita melayani suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun sholat.
 
31. Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup tempo (2½ thn), maka malaikat-malaikat dilangit akan kabarkan berita bahwa surga wajib baginya. Jika wanita memberi susu badannya kepada anaknya yang menangis, Allah akan memberi pahala satu tahun solat dan puasa.
 
32. Jika wanita memijat suami tanpa disuruh akan mendapat pahala 7kg emas dan jika wanita memijat suami bila disuruh akan mendapat pahala 7kg perak.
 
33. Wanita yang meninggal dunia dengan ridha suaminya akan memasuki surga.
 
 34. Jika suami mengajarkan isterinya satu masalah akan mendapat pahala 80 tahun ibadah.
 
35. Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat, tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang menutupi auratnya yaitu
memakai jilbab di dunia ini dengan istiqamah.

Wallahu a’lam bishowab

SETEGUK OBAT PEMBAWA LAKNAT

Pada suatu ketika seorang ulama' besar periode Tabi'in keluar dari pesantrennya datang mengunjungi santrinya yang sedang menderita penyakit kronis yang kini ia dalam detik-detik akhir menghadapi sakarotul m
aut.

Pada saat itu si santri sudah tidak mampu untuk bangkit dan berdiri, bahkan santri itupun tak mampu lagi untuk duduk dan berucap sepatah katapun, bahkan mengucapkan syahadat pun ia sudah tak mampu. Sehingga sang kyai terpanggil hatinya untuk membantu meringankan beban santrinya di masa-masa injury time.

Beliau memulai menuntun dan mentalqininya membaca syahadat dengan pelan-pelan, namun lidah murid beliau sama sekali tidak dapat digerakkan untuk berucap syahadat, berulang-ulang kali Mbah kyai terus mengulangi talqinan, si santri tetap tak bergeming. Mulutnya menganga sementara matanya melotot mendelik ke atas dengan pandangan kosong tanpa arti.

Santrinya yang lain berkata:
"Maaf Mbah kyai, sebanyak tuan menuntunnya membaca syahadat, sebanyak itu pula tuan akan menemui kegagalan, ia tidak akan bisa mengucapkannya dan tidak akan mampu melafalkannya. Hal itu telah saya coba sebelum tuan tiba di sini. Saya sudah coba sekuat kemampuan saya, tapi saya tetap menemui kegagalan."

Tak lama kemudian ia meninggal dunia, Sang kyai pun keluar dari tempat santrinya sambil menangis sesenggukan tak kuasa meneteskan air mata karena merasa sedih melihat santrinya
meninggal dunia tanpa mengucapkan kalimat syahadat, mati tanpa iman dan islam di dadanya.

Selang beberapa hari setelah 40 hari kematian si santri, sang kyai bermimpi tentang muridnya, dalam mimpinya ia melihat bahwa si santri sedang tertarik menuju neraka. Sang guru terkejut, lalu beliau bertanya kepada si santri: "Wahai muridku mengapa kamu ketika hendak meninggal dunia tidak bisa mengucapkan syahadat?"

Ia menjawab: "Wahai guruku, dahulu semasa saya hidup, saya mengidap suatu penyakit kronis, kemudian saya berobat kepada seorang dokter, ia menyarankan saya untuk minum obat berupa khomer, aturan minum dan resepnya adalah saya dalam setahun saya harus meneguk satu guci khomer dan jika tidak saya menjalankan saran dan resep dokter, maka penyakit itu akan terus melekat pada diri saya, karena saya ingin segera sembuh, saya pun lakukan saran dokter, setiap setahun sekali saya menghabiskan minuman khomer satu guci."

"Setahun kemudian, karena kesehatan saya sedikit membaik ukuran obat saya setengah guci dalam setahun. Hingga tahun ketujuh ukuran obat saya tinggal satu sloki setahun. Tapi setelah masuk tahun kedelapan penyakit saya kembali kambuh dan waktu itu saya tahu guru datang menuntun saya membaca syahadat, tapi mulut dan lidah saya kelu tak bisa ucapkan yang guru ajarkan."

Sang kyai kemudian berkata, "Sebesar apapun penyakit pasti ada obatnya, kecuali penyakit tua. Allah menciptakan penyakit pasti pula menciptakan obat. Dan Allah tak pernah menciptakan obat dari perkara haram. Bila ada dokter memberi resep obat dari perkara haram, maka ia bukanlah mengobatimu tapi ia justru membunuhmu."

(Sumber: CAP, Cerita Anak Pesantren, Karya Jun Haris)

BIARKANLAH TIKUS KRASAN DI RUMAHKU

Dalam sebuah riwayat dikisahkan,
Imam malik rahimahullah adalah guru besar sang Imam Syafi'i rahimahullah, beliau banyak menimba ilmu dari gurunya, mulai ilmu nahwu shorof, tafsir quran, hadits dan mustha
lah hadits. Tak lupa akhlak dari imam malik sangatlah mengagumkan dimata imam syafi'i.

Pernah suatu hari imam malik tak makan gara-gara makanannya dimakan tikus dan cecurut di rumahnya. Bahkan kejadian tersebut berbulan-bulan ia alami.
"Guru, kenapa anda tidak makan?" tanya syafi'i muda.
"Aku selalu kalah start dari tikus dan cecurut di rumah. Tapi tiada apa, mungkin itu sudah menjadi rejeki tikus."
"Kenapa guru tidak pelihara kucing untuk menakutinya, kenapa pula guru tidak menjebak atau mengusirnya? Bukankah hal itu bisa menjadikan masalah bila tikus beranak pinak bertambah banyak?" tanya syafi'i muda.

Imam malik tersenyum sambil menepuk-nepuk pundak santrinya, "Kamu benar muridku. Tapi setidaknya sebelum bertindak kita harus melihat masalah dari berbagai sudut dan sisi, jangan menilik dari satu sisi saja. Sebab orang yang menyimpulkan masalah dari satu sudut pandang saja maka ia terjatuh dalam ketidak-adilan. Bila jatuh dalam ketidak-adilan maka ia akan terjatuh dalam tindak kesewenang-wenangan dan kedzaliman. Bila jatuh pada kedzaliman maka ia jatuh dalam dosa dan permusuhan."

Syafi'i muda mendengar petuah gurunya dengan penuh takdzim dan pemahaman. Ilmu bagi syafi'i muda tak hanya didapat melalui bangku sekolah dan pengajian yang formal saja, justru ilmu terkadang harus didapatkan melalui kegiatan non-formal, penerapan dan bukan teori belaka. Ia manggut-manggut takjub dan terkagum-kagum atas jawaban gurunya.

Imam malik menambahkan, "Aku bisa saja mengusir dan memberantas tikus dan cecurut dari rumahku. Tapi ketahuilah, ketika aku melakukan itu maka tikus dan cecurut tersebut justru akan lari dan ganti mengganggu rumah-rumah tetanggaku. Dan kamu tahu, bahwa ketidak-nyamanan tetanggaku adalah berasal dari tikus dan cecurut yang melarikan diri dari rumahku. Itu semua berarti akulah sumber ketidak-nyamanan itu.
Jadi, biarkanlah tikus dan cecurut itu krasan di rumahku."

Subhanallah...
Imam syafi'i muda tercengang atas definisi gurunya tentang menjaga perasaan tetangga, sikap dan sifat rela berkorban demi menjaga kerukunan dan silaturrahim dalam kehidupan bertetangga.

(Sumber: Nashaihud Diniyyah Wa Washayal Imaniyyah)

NAMAKU HUSAIN V

Aku berjanji dalam hatiku, apabila nanti telah menikah takkan pernah ku biarkan istriku lakukan pekerjaan berat. Wanita bukanlah pekerja tapi dia adalah guru bagi anak-anakku. Akan aku hormati dia sebagai layaknya gu
ru. Aku mulyakan dia seperti layaknya wali murid menghormati kepala sekolah anaknya. Guru anakku, hanya boleh mengajar dan mendidik, tak boleh mencuci pakaian ataupun memasak untuk wali murid, namun wali muridlah yang melakukan semua itu. Aku memandang istriku bukan atas dasar dia wanita, tapi atas dasar Guru Anak-anakku.

Aku di rumah mertua telah 3 hari lamanya. Namun tak pernah ku jumpai dia di rumah ini. Warga rumah inipun tak ku ketahui dan ku kenal kecuali pak gunawan. Hingga karena panik, akupun berinisiatif mencarinya. Kemana gerangan dia. Apakah dia malu menampakkan diri, ataukah ia grogi?
Tapi aku bingung tanya keberadaannya, tanya siapa. Sangat malu bila tanya pak gun.

Segera ku kumpulkan keberanian, ku buang ciutnya nyali untuk bertanya pada salah seorang perempuan yang menurutku adalah adiknya fatimah. Raut muka hampir mirip tapi beda warna kulit wajah dan fisiknya.
"Maaf dik, sejak saya di sini, saya belum bertemu fatimah, sampean tahu dimana dia?"
Dia hanya tersenyum, "Orangnya tiap hari ada di sini mas, gak kemana-mana?"
"Saya sudah mencarinya tapi tak ada."
"Mas saja yang kurang jeli."
"O ya sudah, nanti akan saya cari lagi, matur suwun ya."

Di hari ke 5, mbah kyai datang ke rumah. Ketika aku masuk rumah, beliau sedang asyik ngobrol dengan pak gun dan adiknya fatimah. Aku menyalaminya dan kemudian duduk di sebelah pak gun, mertuaku. Aku diam menunggu apa yang akan dikatakannya.
"Sin, anak ini bilang katanya kamu bingung nyari fatimah?" sambil menunjuk pada adiknya fatimah.
"Bukan begitu pak dhe, dia sendiri saja yang kurang jeli."

Aku diam. Memperhatikan kelakar mbah kyai dan adik fatimah. Kok bisa akrab banget ya..dia panggil mbah kyai dgn sebutan "pak dhe."

Ucapan mbah kyai segera membuyarkan diamku.
"Ya kamu itu nduk yang keterlaluan. Sana cepat minta maaf sama suamimu."
Adiknya fatimah segera mendekati dan bersimpuh di depanku. Ia ambil tanganku dengan kedua telapak tangannya. Aku langsung menolak dan menariknya. Namun terlambat ia sudah memegang tanganku begitu erat.
"Maafin Fatimah ya mas. Selama ini telah bersandiwara. Saya tak bermaksud apa-apa dengan semua ini, namun aku cuma ingin tahu sampai sejauh mana mas mau menerima aku. Akulah fatimah yang tempo hari sampean nikahi. Terus terang saja, waktu ta'aruf saya cuma eksen berkaki pincang, aslinya ya begini mas, kakiku sehat wal afiat. Wajahku memang sengaja ku lumuri sesuatu supaya kelihatan jelek di mata sampean. Fatimah minta maaf ya mas. Saya cuma menggoda saja kok. Aku dzohir batin dari sabang sampai merauke, ikhlas menjadi istrimu."

Akupun Tersenyum geli melihat fatimah menangis mencium tanganku. Ternyata pinter juga taktik cewek ini pikirku. Selain pinter wajahnya juga cantik. Kini baru ku tahu ia ingin sekedar mengujiku, apakah aku menikahinya berdasar NAFSU atau tidak. Berdasar kecantikan atau kejujuran hati. Dan akhirnya semua tahu, bahwa husain menikahi fatimah bukan karena kecantikan atau hal lain. Namun karena keikhlasan. Kecantikan bukan jaminan rumah tangga akan bahagia, namun suara hati dan tuntunan ilahi jua yang akan membawa keberkahan.

Mbah kyai kemudian juga memberi penjelasan, bahwa beliau tak lain adalah kakak kandung ibunya fatimah, dan fatimah adalah keponakannya.

Lengkap sudah kebahagiaan saat 2 tahun pernikahanku, seorang bayi mungil menjadi qurratul ain di tengah keluarga. Dan janjiku tetap ku tepati, fatimah aku larang memasak dan mencuci pakaian, aku sendiri yang mencuci dan memasak untuknya. Meski dia terkadang masih bandel diam-diam ke dapur untuk memasak sebagai penghilang kejenuhan sebagai pengajar TPA TPQ dan ustadzah pengajian ibu-ibu. Alhamdulillah, istriku bukanlah manja tapi dengan ini semua ia semakin patuh pada suami.

* Terima kasih buat, Ustadz Bahruddin, Ustadz Hasan, Ustadz Husain dan Ustadzah Fatimah yang telah sudi menjadi narasumber, memberikan sebuah cerita indah untuk kami (penulis). Semoga bermanfaat

Tamat

(Dikutib dari buku CAP, Cerita Anak Pesantren, Karya Jun Haris)

NAMAKU HUSAIN IV

Mbah kyai tersenyum melihat aku belingsatan serba salah.
"Kamu kenapa? Biasa aja lha wong aku cuma kebetulan mampir kok. Ini kenalkan temanku waktu di pesantren dulu." kata mbah kyai sambil menunjuk lelaki di sampin
gnya.
"Muhammad Husain" sambil menjabat tangannya.
"Saya Pak Gunawan."

Setelah itu aku duduk di depan guru sambil terus menundukkan kepala, aku tak berani lama-lama menatap mata beliau yang lembut tapi penuh rahasia. Sementara mbah kyai berbincang dengan sahabatnya.

Menjelang jam 7 pagi, mbah kyai berkata,
"Kamu hari ini gak ada repot sin?"
"Tidak, kyai."
"Kalau begitu kamu ikut saya ke rumah pak Gun, di rumahnya ada kondangan."
"Baik Kyai."
"Selain itu, kang gunawan ini punya anak gadis yang baru pulang dari pesantren krapyak (jogjakarta), anaknya cantik lho, sin. Ya.. Siapa tahu aja dia berjodoh dengan kamu sin! Bukankah demikian kang gun?"
Pak gunawan tersenyum.

Kami pun berangkat, Pak gun dengan sepeda motor Suzuki 700 membonceng mbah kyai, sementara aku mengikutinya dengan sepeda ontel kesayanganku.

Sesampai di rumah pak gunawan, tampak olehku sejumlah warga berkumpul menghadiri acara kondangan. Sepulang warga, tinggal aku dan mbah kyai yang tersisa. Aku hanya duduk terdiam, hati berdebar tak karuan. Bayangan sosok manakah yang akan muncul kali ini. Akankah ia seorang mahasiswi yang berotak nasionalis, ataukah seorang gadis pesantren yang berasumsi materialis. Sejuta tanya tiada jawab, berkecamuk dalam kepala yang tertunduk. Andai ia gadis nasionalis, mungkin masih ada jalan searah yang bisa aku tempuh, sebab kepahamanku melaksanakan ajaran agama islam secara utuh dan menyeluruh, merupakan pengamalan pancasila secara real dan konsekwen, bukan sekedar orasi, slogan yang manis di bibir saja.

"Nak Husain.. Sebentar lagi Fatimah anak saya akan masuk ke sini. Silahkan lihat dan pandangi. Kami orang tua hanya bisa jadi saksi." suara pak gunawan membuyarkan lamunanku
"Tapi jangan lihat yang neko-neko lho sin.. Awas ada hansip di luar.. He he." kelakar mbah kyai.

Tak percayakah aku pada pandangan mataku sendiri?
Atau sudah lamur dan rabunkah keduanya?
Tampak nyata keluar dari kamar membawa minuman dalam nampan. Langkahnya terseok-seok, tersendat-sendat lambat. Gelas di nampanpun serasa terguncang mengikuti gerak kakinya yang naik turun.
Aku mengucek-ngucek mata, benarkah apa yang aku lihat, seorang gadis berkaki pincang sebelah. Datang kemudian menuangkan kopi di hadapanku. Pikiranku kacau balau, mulut tak mampu untuk meracau.

Buumm..
Belum selesai pikiranku terjerembab dalam ketidak-percayaan, Kulihat wajahnya, ketika duduk di samping ayahnya. Benjolan-benjolan kecil berwarna hitam menghiasi separuh wajahnya. Terlihat jelas wajah tak menarik di mukanya. Dipadu jilbab putih yang sangat bertolak belakang warna dan rona wajahnya.
Sangat kontras. Aku dengan cepat menundukkan wajah dan pandanganku..
Astagfirullahal adzim
Subhanaka la ilma lana illa ma allamtana innaka antal alimul hakim

Aku terduduk pasrah, bagai samudra tak berombak, tak ku perhatikan lagi gadis itu dengan langkah lenggang kangkungnya meninggalkan tempat duduknya. Terang dan gelap pandanganku. Otakku berontak, miris dan terlecut panasnya keragu-raguanan. Namun Hatiku tak kuasa menolak dinding tebal doa-doa ku, ANDAI PILIHANMU ADALAH GADIS BEKAS WTS, AKUPUN TAK KAN MENOLAK. Ku buang wajah yang penuh benjolan yang terbayang, ku ganti kurnia dan jawaban Allah. Ku sirnakan langkah pincang tertatih-tatih dengan bayangan hadirnya mata lentik bayi di pangkuanku. Was-was adalah iblis. Ragu-ragu adalah syetan. Kumantapkan dalam hati untuk menerima dia apa adanya. Innallaha la yandzuru ila shuwarikum, wala ila amwalikum, wala ila ahsabikum, walakin yandzuru ila qulubikum wa a'malikum
Hatinya... Dan amalnya, itulah kunci pandangan yang bayan dan haq.

"Bagaimana sin, fatimah. Kamu mau jadi suaminya?" Tanya mbah kyai.
Dengan mata yang mantap akupun menjawab dengan anggukan.
"Aku tanya sekali lagi, kamu sanggup jadi mantunya kang gunawan?"
"Sanggup kyai, bila dia adalah jodo saya, maka saya berjanji tak akan menyia-nyiakannya. Saya akan memikul amanat ini."
"Mantap kamu, sin?"
"Insya Allah, kyai."
"Kalau ijab qabul sekarang kamu siap?"
"Siap Kyai."
"Bagaimana kang gun, sampeyan bisa cari saksi dan menjemput orang tuanya husain di rumah?" Kata kyai pada pak gunawan
"Gak terlalu cepat tho kang?"
"Oh yo gak tho kang, justru aku rasa ini udah terlambat."

Selang 3-4 jam, orang suruhan pak gun datang membawa bapak ibu, mas hasan dan istrinya. Ibu menangis terisak sambil memelukku. Sementara bapak dan mas hasan menyalami mbah kyai.

Tak tahu siapa yang bikin skenario, lepas dzuhur arak-arakan manusia berbaju putih datang membawa rebana yang ternyata kawan-kawanku dan santri2 mas hasan. Aku hanya duduk di pojokan masjid depan rumah pak gunawan ditemani ibu dan mbak iparku.
"Sin, ini mak bawa uang seratus ribu, nanti kamu pake buat maskawin, mak tahu tadi kamu gak bawa uang sama sekali, ya tho le?"
"Injih mak."

Di masjid itu, dengan menjabat tangan mbah kyai, "Ankahtuka wa zawwajtuka Muhammad husain bin Muradji, bi fathimata binti gunawan bi mahri miati alfi rufiyatin hallan."
"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bimahril madzkur, hallan."
Para saksi-saksipun mengangguk tanda suksesnya ijab qabul.

Alhamdulillah.. Itulah kata yang hampir serentak didengungkan. Masih tertancap janji, bila aku menikahi gadis pincang ini, maka akulah yang akan menyelesaikan tugasnya..

To be continue..

(Sumber: CAP Cerita Anak Pesantren, Jun Haris)

NAMAKU HUSAIN III

"Jangan anggap remeh kebajikan meski kecil nilainya, Tahu Diri, Percaya diri dan Mawas diri adalah langkah awal meraih Harga Diri", itulah motto hidupku tiap hari. Untuk meniti hari dan menata hatiku. Tak aku biark
an waktu sedikitpun terlewatkan kecuali untuk berbagi kemanfaatan melalui kebajikan meski hanya sekecil atom.

Bagi sebagian orang mungkin lucu. Aku punya kegiatan lucu, yach.. meski belum menikah tapi aku sering dimintai tolong tetangga atau teman, untuk urusan melamarkan dan menanyakan anak gadis orang yang berwali ruwet atau tak temu-temu ujung pembicaraan. Alhamdulillah, ternyata orang tua gadis akhirnya luluh juga ketika aku datang untuk berunding. Aku sering tersenyum sendirian mengingat aku sendiri belum pernah melamar untuk diri sendiri. Tapi sudah banyak teman sukses menikah lantaran izin Allah dan melalui husain yang bodo ini.
Tapi tak apalah... Yang penting aku bisa bermanfaat buat orang lain.

Dari kegagalan2 ta'aruf yang aku alami, ada banyak dapatkan hikmah yang tiada tara, pengalaman dan pengamalan yang jadi acuan langkah untuk memijak bumi masa depan, meski tiap malam air mata tak kunjung dingin. Ia masih selalu hangat menemani jerit malamku. Ia akan tetap selalu setia lembab untuk menghangatkan dinginnya air wudlu di mukaku. Ia akan senantiasa menghangatkan lembar sajadahku yang kedinginan di sepertiga malam. Doa-doa suci, munajat-munajat manis ku hantar tiap malam.

"Wahai Tuhanku, penguasa setiap Alam. Jiwa yang dhoif ini hadir menemui-Mu. Seuntai syukur hamba hatur, atas segala curahan nikmat yang tak pernah lelah menghujaniku. Syukurku masih hitungan jari namun kurnia-Mu luas tiada bertepi. Sembah sujudku selayang pandang, kasih sayang-Mu bak pasir tak terbilang.
Tuhanku.. Ribuan pintaan ampun atas semuanya, dzahir batin. Ku tahu dosa nistaku bagai seisi bumi langit yang tak bersisi, namun ku tahu bahwa ampunan-Mu melebihi atas semua dimensi.
Tuhanku.. aku tak tahu akan arti airmata ini, taubat ataupun sesal, insaf atau bengal aku tak tahu. Yang aku tahu, bahwa imanku teramat dangkal maka dalamkanlah, sabarku hanya segelas maka samudra kanlah, qanaahku sebatas keterbatasan maka sempurnakanlah.

Tuhanku, sebenarnya hamba malu ungkapkan ini semua, namun lebih tak tahu malu jika aku sok gengsi berlagak teguh atas segala cobaan-Mu. HambaMu ini tak kuasa lagi menanggung beban. Jodoh yg selama ini kunanti tak kunjung datang menepi, sementara diri yang lemah ini akan semakin lapuk dimakan usia. Pintaku...Bila dia jauh, mohon dekatkanlah dia. Bila dia dekat pertemukanlah kami. Bila dia hidup maka kumpulkan kami di bawah panji Rasulullah saw. Bila ia sudah mati maka kemana lagi hamba pergi mencari.
Aku hanya lembar hidup yang terserah hendak Kau lukis. Semua atas titahMu.
Bila hamba boleh bermohon, aku tak ingin mati sebelum menurunkan keturunan yang akan menggantikanku berjalan di jalanMu. Aku tak ingin mati tanpa mewarisi bumiMu dengan putra shalih shalihah.

Tuhan.. Segala jalan telah ku tempuh, untuk mencari dimana bumi yg akan kutitipi benih, segala cara terputus, segala usaha tak pernah mulus, semua datang pergi selalu pupus. Sementara ku sadar, tubuh dekil bersimbah nafsu dosa ini semakin aus. Hanya harapan dan keyakinan yang membuat ku untuk bertahan.

Tuhan .. Andai jodohku bukanlah gadis pilihanku, tapi Pilihan-Mu.. Maka serupa apapun aku terima. Entah Engkau pilihkan aku berupa janda pun aku terima. Bila Engkau pilihkan aku gadis bekas WTS pun aku tak kan menolak.

Andaikan gadis yang Kau pilih, semoga tak jauh beda dengan Aisyah, bila ia janda semoga tak beda jauh dari Khadijah. Semua atas TitahMu.
Semoga sholihah, Attoyyibatu lith thoyyibin..."

Malam semakin dekati pagi, dan di shubuh itu, tanpa kusadari, setelah wirid shubuh ku hadapkan wajah ke makmum.. Sesosok wajah yang tak asing ternyata diam-diam menjadi makmum, aku kaget alang kepalang, ku beranjak dari dudukku kuraih tangan dan kucium. Dialah Mbah kyai dari pesantrenku. Tempat dimana aku menimba ilmu. Terbersit dosa dan penyesalan dalam hatiku, enang husain itu siapa berani menjadi imam gurunya?

Aku malu, bersalah, berdosa dan segudang sesal tanpa hingga...

To be continue..

(Kisah Nyata Sahabat Penulis.
Sumber: CAP Cerita Anak Pesantren, Jun Haris)
 
Bersambung...

NAMAKU HUSAIN II

Semenjak kejadian itu, hatiku benar-benar terpukul, tapi bukanlah husain kalau berubah menjadi pemurung dan ciut hati. Kejadian tsb malah semakin membuat aku membuka lebar tentang dunia di luar pesantren dan pengaji
an. Bahkan aku semakin supel dan blater bergaul pada setiap orang, tak ada dendam dan permusuhan, tak ada iri dan dengki, yang ada hanya ayem, tentrem dan kedamaian.

Semua orang hanya tahu roman muka dan keceriaanku. Aku murah senyum pada semua orang, meski Tak tahu apa yang bergejolak dalam dadaku. Yang tiap malam selalu berdoa agar segera diberikan jodo yang kufu denganku. Aku teringat pada kata-kata nabi ya'kub, Innama asyku batsi wa huzni ilallah, Niscaya segala keluh kesah, gundah gulana, kesedihan dan kepedihan hanya patut kuadukan pada Allah semata, bukan pada manusia dan lainnya.

Ketika keluar rumah, tak jarang aku bersimpang dan berpapasan dengan cewek2 pelajar SMU dan mahasiswi, dan rata-rata mereka selalu menggoda aku, menanyakan aku sudah punya pacar atau belum. Hanya senyum yang kuberikan pada mereka. Bahkan tak segan-segan ada yang kirim surat. Aku tak punya hp jadi tak ada sms aku terima.

Otakku berontak manakala hatiku menolak dijadikan pacar, ingin punya tambatan hati, tapi aku takut dosa, sehingga peperangan batin yang berkecamuk antara hati dan akal, aku selalu memenangkan hati kecilku, bahwa hati kecil tak pernah bohong dan tak mau diajak maksiat, namun akal bisa teledor bahkan cenderung pada mengakali hukum. Pacaran bagi akal adalah boleh dan sah, namun hati mengatakan pacaran adalah dosa, sebab mendekati pada perbuatan zina.

Aku tak protes pada hukum Allah, untuk melarang pacaran. Dan akupun mesti berjuang keras untuk itu. Biarlah apa kata dunia, aku dianggap kolot, ndeso dan katrok, ketinggalan zaman.. Aku tak perduli.
Apa guna modern kalau aku melanggar perintah Allah?
Apa guna dicap cowok gaul, tapi pada kenyataannya harus menentang hukum?

Biarlah..
Ku terima dengan lapang dada semua kata mereka. Aku lebih bangga menyandang predikat jomblo abadi dari pada menghilangkan watak pribadi SANTRI yang selama ini aku jalani dan ugemi.
Aku lebih bahagia disebut perjaka tua tulen dan orisinil, dari pada menjadi laki-laki bekas, second dan mustakmal.

Semua kupasrahkan pada ilahi, aku tak ingin menyakiti Tuhan dengan memberontak hukumnya. Aku tak ingin disebut laku keras tapi berlabel pemberontak Allah, biarlah aku begini, aku tetap akan berusaha untuk menikah, tak tahu itu kapan, aku setia doa & usaha dan menyerahkan hasilnya dengan pasrah dan tawakal.

Kakakku, Hasan adalah pengasuh pesantren. Meski santrinya hanya puluhan saja, namun perjuangannya beserta istri untuk mencarikan jodo buat aku tak kurang-kurang. Pernah juga aku dipertemukan teman mbak iparku. Ia teman mbakku sewaktu mondok di pesantren khusus Hafidzoh (Penghafal Al quran wanita). Orangnya hafidzoh juga seperti mbak. Aku diperkenalkan padanya di pesantren milik kakak. Ia datang bersama keponakannya, dari lamongan ia tempuh dengan menaiki bus angkutan umum.
Jauh-jauh ia tempuh hanya ingin tahu, husain itu yang mana sih..

Selain hafidzoh, ia juga punya kegiatan lain yakni memberikan les pada anak2 pelajar di desanya. Sebab dia adalah guru honor SMP, di lamongan. Mungkin agar ilmu kuliahnya tak hilang dari ingatan, mengingat ia adalah S2 jurusan bahasa inggris. Pembawaannya kalem, tutur katanya indah. Wajah mungkin gak terlalu cantik. Hitam manis dan berpostur kecil 160cm.
Ini dia nih..Pikirku
Mungkin inilah jodoku..
Aku di tengah malam selalu berdoa untuk keselamatannya, kesehatan dan doa-doa kebaikan yang lain untuknya. Malah terkadang aku lupa untuk mendoakan diriku sendiri.

Sebulan berlalu, aku dipanggil mbak iparku, tanpa banyak bertanya dia langsung tunjukkan sms kepadaku, meski aku tak paham operasional hp tapi aku masih bisa untuk membaca,

"Mbak, maaf sebelumnya. Bukan aku tak mau dengan proses ta'aruf dan perjodohan ini, tapi IBUKU TAK MEMPERBOLEHKAN AKU DAPAT SUAMI YANG JAUH TEMPATNYA....
Sekali lagi, maaf. Sampaikan juga salam maaf saya buat mas husain."

Bummm...
Dadaku sesak seperti tertimpa bom hirosima nagasaki. Seluruh persendianku berasa rontok. Jantungku terasa berhenti berdenyut.. Doa-doaku kandas dilalap lokasi yang jauh.
Pikiranku tak tentu arah, APAKAH MUNGKIN JAUHNYA JARAK JADI ALASAN, kenapa juga melakukan ta'aruf jika sebelumnya telah ia ketahui rumahku jauh dari rumahnya?

Ohh.. Tuhan
Cerita apa lagi yang hendak hamba perankan, kisah sedih mana lagi yang bakal hamba jalani, balada tragedi mana lagi yang hendak Engkau skenario buatku, sehingga Engkau dengan menakjubkan menunjuk aku sebagai Tokoh utama yang penuh air mata?

Kulihat mbak iparku sesenggukan di pojok rumah. Sementara Mulutku menganga tak tahu harus bilang apa. Tersumpal balada hidup yang tak kunjung usai. Tertahan air mata disudut mata lemahku, namun tersungging senyum pahitku...
Allahu akbar
Innama asyku batsi wa huzni ilallah

Setetes air mata ku seka dengan La yukallifullohu nafsan illa wus-aha...

Kapankah kebahagiaan dapat ku genggam dalam rengkuhku?

(Kisah nyata sahabat penulis, Sumber: CAP Cerita Anak Pesantren, Jun Haris)

Bersambung...

NAMAKU HUSAIN

Aku terlahir dalam ruang lingkup keluarga dan lingkungan islami. Bapak dan ibuku alumni pondok pesantren besar di daerah kediri jawa timur. Sehingga kini, aku pun menjadi santri di pesantrennya. Itung-itung penerus perjuangan
.

Setelah menamatkan Imrithi, Alfiyah, Jauharul Maknun, balaghah, Mantiq dan pelajaran-pelajaran lain untuk kelas 3 tsanawiyah diniyah di pesantren, aku diangkat menjadi salah seorang musyawirin. 9 tahun lamanya kehidupan di pesantren aku jalani, kini aku pulang dan bertempat tinggal di rumah bersama bapak dan ibu.

Seminggu sekali aku tetap usahakan untuk ke mbah kyai pesantrenku. Dan sekaligus laporan atas tugas yang diembankan padaku, yaitu mendidik anak-anak TPA TPQ dan pengajian ibu-ibu desa serta pembelajaran shalat pada bapak2 dan ibu2 yang masih minim pengetahuan agama.

Ibu-ibu di pengajianku, terkadang nyeletuk tanya kenapa aku tidak segera menikah sementara usia sudah kepala 3. Aku hanya tersenyum meski dalam hatiku menangis mendengar celetukan mereka.

Jamaah di pengajianku pun makin bertambah, aku tak tahu sebabnya. Tapi salah satu ibu bilang bahwa selain ngajinya mudah dicerna, ustadz husain orangnya ganteng lho..
(Bukan riya lho ya, itu kata mereka, para ibu-ibu dan cewek2 desa.)

Orang boleh bilang apa saja, ganteng, tampan atau macho, aku tak perduli. Yang penting aku bisa mentasharufkan dan memanfaatkan ilmu di daerahku. Orang sekarang gak cukup modal ilmu dan tampang, buktinya sampai sekarang aku selalu tersisih dalam hal menikah.

Aku hanya anak desa di pinggiran gunung wilis, pagi aku ke tegal membantu ortu, entah itu Ngarit (cari rumput makanan sapi), atau kerja apapun aku gak gengsi. Lepas dzuhur aku ke pengajian yang berjarak 4 KM, ku tempuh dengan sepeda ontel.

Yach itulah kegiatanku sehari-hari. Hingga suatu hari akupun dipanggil untuk sowan kepada mbah Kyai.

"Husain, Kamu sudah pengin menikah?"
"Injih kyai."
"Begini Le.. Tadi malam ada sepasang suami istri datang kemari. Mereka minta tolong aku supaya mencarikan jodo buat anak gadisnya. Mereka mau calon mantunya anak pesantren yang pinter ngaji, dengan alasan supaya bisa membimbing putrinya. Putrinya itu kuliah di STAIN kediri, sudah skripsi lagi.
Setelah ku pikir-pikir, maka pilihanku jatuh kepadamu. Karena menurutku diantara kawan-kawan, kamulah yang paling Blater (supel), sumeh (murah senyum) dan tak gampang nesu (marah), sudah pasti kamu bisa bergaul dengan manapun, kalangan pelajar, mahasiswa dan orang umum."
"Kawula nderek kersa kemawon kyai (Saya menurut perintah kyai saja)."
"Lho ya jangan gitu tho Le.. Kamu juga harus tahu dulu siapa calonmu itu. Kamu ta'aruf aja dulu ke rumahnya. Sebab orang tuanya juga pengin tahu kamu, husain itu yang mana tho. Mereka sudah menunggu kamu sin. Ahad kamu berangkatlah ke rumahnya. Restu ku bersamamu."

Akupun pamitan, tak lupa mbah kyai memberikan secarik kertas berisikan alamat orang yang diceritakan mbah kyai tadi.

Esok hari, seusai dari tegalan. Aku pun berpakaian rapi, kopyah hitam, baju koko warna putih, celana hitam dan tak lupa minyak wangi kasturi favoritku. Dan dengan berbekal harapan, keyakinan dan restu dari guru, aku kayuh sepeda ontelku ke kota, mengingat alamat yang tertera berada di pusat kota. Besar harapanku untuk segera mengakhiri masa lajangku dgn menikah. Bapak ibu sudah tua, butuh hiburan hadirnya seorang cucu manis pelipur lara.

Bismillah..
Aku kayuh
Suara Kretek kretek.. Sebagai tasbih di jalanan yang mulai menyengat kulit. Shalawat nabi tak pernah lepas dari mulutku..
Allohumma sholli ala muhammad..

Setelah tanya kanan kiri, akhirnya sampai juga aku di tujuan. Aku terkejut setengah tak percaya, rumah itu begitu besar. Aku bingung di mana harus mengetuk pintu sebab rumahnya berpagar. Aku beranikan diri memencet bel di gapura. Tampak keluar lelaki setengah baya membuka pintu pagar.
Akupun uluk salam. Dan dijawabnya dengan pandangan curiga saat kusandarkan ke pagarnya.

"Hai mas.. Jangan di sandarkan di situ, nanti catnya rusak."
Akupun tersenyum sambil menyandarkan sepeda di bawah pohon akasia pinggiran aspal. Kemudian aku menghampirinya lagi.
"Apa benar ini rumah Pak...?"
"Ya betul saya sendiri, emang sampeyan siapa dan ada apa kemari mas?"
"Saya utusan dari mbah kyai..."
"Ooo.. Jadi kamu.."
Sambil dia mengamati aku, menyisir dari kaki sampai kepala. Kemudian beralih mengamati sepeda ontelku.
"Katakan apa yang di pesankan mbah kyai kepadamu?"
"Saya diperintahkan ke sini untuk memenuhi undangan bapak, katanya urusan ta'aruf dengan putri bapak. Bapak katanya mau cari mantu?"
"Iya sich... Tapi gak miskin kayak kamu tu.."

Brak..
Ia pun menutup pintu pagarnya. Aku tertegun di mulut pintu pagar. Aku putar sepeda dengan harapan hancur. Perasaanku amburadul di tolak mentah2 hanya alasan sepeda ontel dan kemiskinan. Kayuhan sepeda penuh linangan air mata. Aku tak tahu harus berbuat apa selain la haula wala quwwata illa billah...

Apakah orang miskin tak boleh menikah?

(Kisah nyata sahabat penulis.. Sumber: CAP Cerita Anak Pesantren, Jun Haris)

Bersambung..

KUNCI SURGA

Sewaktu berjalan di tepian sungai, Abu Yazid Al Busthami rahimahullah yang tatkala itu masih muda menjadi santri di sebuah pesantren, ia tak sengaja bertemu dengan Rahib beserta para biarawan muda. Mengetahui ia seorang muslim,
maka rahib pun bermaksud mengujinya.

RAHIB: Anak muda, aku hendak bertanya tentang agamamu, bolehkah?
ABU YAZID: InsyaAllah, saya dengan lapang hati menjawabnya
RAHIB: Apa ciptaan Tuhan yang dicelanya sendiri?
ABU YAZID: Suara keledai, sebagaimana tersebut dalam ayat-NYA: "...Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara
keledai." (Luqman 19)
RAHIB: Apa ciptaan Allah yang tidak berayah dan tidak beribu?
ABU YAZID: Mereka adalah malaikat yang tidak berayah dan tidak beribu. Tubuhnya nur,
tidak makan dan tidak minum, tidak dilahirkan dan tidak melahirkan, tidak pernah tidur dan beristirahat. Dia bertasbih siang dan malam, seperti halnya kita bernapas setiap saat.
RAHIB: Siapa pula ciptaan Allah yang tidak berayah dan tidak beribu?
ABU YAZID: Nabi Adam, sebagaimana dalam firman-Nya: "Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia." (Ali
Imran 59)
RAHIB: Pohon apa yang yang terdiri dari 12 ranting, dan setiap ranting terdiri dari 30 daun. Pada tiap daun ada 5 buahnya, 3 buah diantaranya ada teduhnya, dan 2 diantaranya ada di panasnya?
ABU YAZID:: Pohon yang terdiri dari 12 ranting itu yang pada tiap rantingnya ada 30 daun, dan pada tiap daun ada 5 buah, 2 buah diantaranya ada di panasnya dan 3 buah lagi ada di teduhnya. Yang dimaksud dengan pohon itu adalah tahun, tiap-tiap tahun ada 12 bulan, tiap-tiap bulan ada 30 hari, pada tiap-tiap hari terdapat 5 kewajiban menunaikan shalat, 2 shalat ditunaikan di siang hari(Dhuhur dan Ashar), dan 3 shalat lainnya ditunaikan pada waktu matahari terbenam, yakni Maghrib, Isya', dan Subuh.
RAHIB: Mengagumkan..
ABU YAZID: Kini perkenankan saya bertanya, wahai tuan Rahib.
RAHIB: Ok. Pertanyaanmu pasti dengan mudah dapat ku jawab
ABU YAZID: Apakah kunci surga itu?
RAHIB: ...(Diam dan tidak segera menjawab)
Para biarawan muda pun menjadi gusar kepada gurunya. Mereka pun berkata, "Bagaimana ini guru? Dia (Abu Yazid) dapat menjawab semua pertanyaan Sampeyan, sedangkan Guru sendiri tidak mampu menjawab SATU pertanyaan pun?"
Maka Rahib menjelaskan, "Wahai anak-anakku! Aku tahu jawabannya, akan tetapi aku takut kepada kalian semua...."
Para biarawan muda serentak
berkata, "Silakan Sampeyan jawab! Tidak usah takut dan ragu-ragu kepada kami."

Sang Rahib pun kemudian menjawab dengan suara keras.
"Kunci surga itu ialah: Laa ilaaha illallah, Muhammad Rasululullah (Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad Rasul Allah)".

Setelah Rahib mengucapkan kalimat tauhid tsb, kontan seluruh biarawan muda pun mengikuti ucapan gurunya, berharap mereka semua dapat meraih surga, walau mereka tak tahu maknanya.
Mereka serempak "Laa
ilaaha illallah, Muhammad Rasululullah".
ABU YAZID: Tahukah kalian, bahwa dengan mengucapkan kalimat tsb kalian sudah menjadi muslim?
RAHIB: Ya Aku tahu. Tapi aku takut menjelaskannya, aku ikhlas memuslimkan diriku
ABU YAZID: Lalu bagaimana nasib mereka para biarawan muda tsb?
RAHIB: Biarkan mereka yang memutuskan sendiri nasib mereka, meski aku gurunya namun agama dan keyakinan mereka tergantung orang tuanya bukan gurunya.
Buat murid-muridku, mulai saat ini kubebaskan kalian semua, pulanglah, bila kalian tetap mengikutiku dengan wajah dan nuansa baru yakni sbg muslim, maka kalian akan bermasalah dengan orang tua kalian di rumah.

"Kami sudah mengatakan kalimat tsb, jadi kamipun akan bersedia menanggung apapun resikonya. Biarlah keyakinan urusan hati kami, dan biarlah yang akan terjadi, terjadilah." jawab mereka.

(Sumber: CAP, Cerita Anak Pesantren, Karya Jun Haris)