Setelah menuntut ilmu di pesantren, seorang santri pulang ke daerahnya
di pedesaan, dan kini ia berprofesi sbg petani. Di samping rumahnya dia
mempunyai seorang tetangga yang berlainan agama dan berprofesi sebagai...
pemburu yang memelihara anjing-anjing galak dan kurang terlatih.
Karena kurang terlatih, Anjing-anjing itu sering melompati pagar dan
mengejar-ngejar domba-domba si Santri.
Suatu hari anjing-anjing
itu melompati pagar dan menyerang beberapa anak kambing sehingga
terluka parah. Si santri itu merasa tak sabar, dan memutuskan untuk
menegur, tapi ia tak enak hati untuk melukai hati tetangganya, maka
pergilah si santri tsb ke pesantrennya dahulu untuk mengkonsultasikan
masalahnya pada sang kyai, gurunya.
Sang kyai itu mendengarkan
kisah santrinya dengan seksama dan beliau berkata,
“Saya bisa saja
membantumu untuk menghukum tetanggamu yang bekerja sbg pemburu itu dan
memerintahkan dia untuk merantai dan mengurung anjing-anjingnya. Tetapi
di lain sisi, Kamu akan kehilangan seorang Tetangga dan mendapatkan
seorang musuh. Mana yang kamu inginkan, teman atau musuh yang jadi
tetanggamu?”
Sambil memandang wajah sang kyai dgn tawadu', si
santri itu menjawab bahwa ia lebih suka mempunyai seorang teman.
“Baik, saya akan menawari Kamu sebuah solusi, yang mana domba-dombamu
akan tetap aman dan ini akan membuat tetanggamu tetap sebagai teman.”
Mendengar solusi pak Kyai,
kang santri itu setuju.
Ketika
sampai di rumah, Santri itu segera melaksanakan solusi Sang kyai. Dia
mengambil sepasang anak domba terbaiknya dan menghadiahkannya kepada
tetangganya yang berlainan agama itu, yang mana tetangganya tsb menerima
dan berterima kasih dan sukacita atas hadiah berupa anak domba.
Untuk menjaga dombanya yang masih cempe, si pemburu itu mengkerangkeng
anjing-anjingnya. Sejak saat itu anjing-anjingnya tidak pernah menggangu
domba-domba kang santri lagi.
Di samping rasa terima kasihnya
atas kedermawanan kang santri,
pemburu itu sering membagi hasi
buruannya berupa daging kancil, rusa dan burung kepada kang santri.
Sewaktu menerima daging yang disembelih tanpa menyebut nama Allah,
si santri pun bingung, mau nolak gak enak hati sama tetangga nanti
dikatakan sok suci, padahal islam kan diturunkan sbg RAHMATAN LIL
ALAMIN, tp mau dimakan kok haram.
Dalam kebingungan maka
dimasaklah daging pemberian tsb dan dicampur dgn daging domba miliknya
sendiri, dan kemudian dihadiahkanlah daging pemberian pemburu tsb kepada
keluarga pemburu tanpa tersisa sedikitpun, dalam keadaan matang dan
siap makan. Dan keluarga pemburu tak mengetahui bahwa daging yang mereka
makan tsb adalah daging pemberian mereka sendiri.
Dan dalam
waktu singkat tetangga itu menjadi teman yang baik meskipun berbeda
agama dan keyakinan.
“Cara Terbaik untuk mengalahkan dan
mempengaruhi orang adalah dengan kebajikan dan belas kasih.”
(CAP: Cerita Anak Pesantren, Karya Jun Haris)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar